Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku

Cerita Dewasa Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku - Ini adalah kisah masa laluku ketika aku berselingkuh dengan Susi, sahabat istriku, saat ia baru putus dengan pacarnya.

Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Selingkuh,

Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.


Perkenalkan aku Agus. Umurku sekarang sekitar 26 tahun. Aku sudah menikah dengan pacarku, sebut saja Lilis, dan kami sudah dikaruniai 1 orang putra. Kejadian ini sekitar tahun 2010, ketika itu aku masih berpacaran dengannya.

"Sayang aku udah mau pulang nih".

Sebuah pesan singkat yang dikirim oleh pacarku, menandakan dia sudah hampir selesai bekerja. Lilis bekerja di Supermarket sebagai SPG salah satu produk susu bayi. Tingginya sekitar 160cm, kulitnya putih bersih dengan rambut panjang terurai. Sungguh beruntung aku mempunyai pacar seperti dia.

Aku melihat jam sudah menunjukan jam 9 malam. "Saatnya jemput nih", pikirku dalam hati. Aku Segera berganti pakaian, mengambil 2 buah helm, dan segera bergegas menyalakan kuda besiku.

Aku dan Lilis sudah berpacaran cukup lama hampir 2 tahun lamanya. Kami bertemu pada tahun 2008. Dan sudah banyak yang kami lakukan seperti remaja-remaja jaman sekarang lainnya (You know what i mean).

"Kamu dimana? aku nunggu di tempat biasa yah".

Kembali pesan singkat yang dikirim oleh Lilis. Saat itu aku masih dalam perjalanan dengan kuda besiku. Beberapa saat kemudian, akhirnya aku sampai ditempat biasa aku menjemput Lilis.

"Maap yah sayang, udah lama yah nunggunya?" ujarku kepada Lilis.
"Gak kok sayang" ujar Lilis sambil menarik tanganku dan menciumnya.

Lalu kuberikan helm yang sudah kubawa kepada Lilis dan menyuruh Lilis naik ke kuda besiku. Aku pun bergegas pergi mengantarkan Lilis pulang ke rumahnya.

Di perjalanan aku mengobrol dengan Lilis, "Sayang aku ntar mau yah" ujarku kepada Lilis.
"Yah, aku lagi dapet sayang. Tadi perutku mules banget, eh pas ke kamar mandi nggak taunya dapet. Maap yah sayang." gumam Lilis
"Yaaaaaahh..." ujarku dengan nada kecewa.
"Ya udah isepin punya aku aja yah sampe keluar. soalnya aku lagi pengen banget nih"
"Curang ah! kamu doang yang enak, aku enggak" ambek Lilis dengan nada manja
"Plisssss donk sayang, kamu cantik deh" bujukku pada Lilis.
"Ya udah aku isepin, tapi kita makan dulu yah. Aku laper nih, tapi kamu yang bayar. Haha..." ucap Lilis
"Haha. Beresss sayang." ucapku bahagia

Langsung saja aku membelokan kuda besiku ke Rumah Makan Seafood pinggir jalan. Dan kamipun langsung duduk dan memesan makanan yang tertera di menu.

"Drrrrrtttttt... Drrrrrttttt... Drrrrrtttttt..."
"Hp kamu getar tuh yank" ucapku kepada Lilis

Segera Lilis mencari HP-nya yang bergetar di dalam tas. Sebelumnya Hpnya memang di-silent ketika bekerja. Terlihat di layar Hpnya tertera Nama Susi, teman kecil sekaligus tetangganya.

"Halo, ada apa sus?" jawab Lilis di telepon.
..... (Aku tidak bisa mendengar suara Susi di telepon)
"Gue baru pulang kerja, nih lagi sama Agus" ucap Lilis.
"Bentar lagi gue pulang, lagi makan dulu sama Agus."
"Besok aja sus, besok lu ke rumah gue aja. soalnya besok gue off." timpal Lilis.
"Oke, ya udah gue mau makan dulu yah. Ga enak nih sama Agus." ujar Lilis karena makanan yang kami pesan sudah datang diantarkan oleh salah satu pegawai.

Lalu Lilis pun menaruh Hpnya kembali kedalam tas tanda percakapannya dan Susi berakhir.
"Kenapa yank si Susi?" tanyaku pada Lilis.
"Biasa yank, dia mau curhat sama aku tentang pacarnya, si Robin. kasian deh si Susi masa di diduain sama si Robin." ucap Lilis kesal.
"Oh, kirain ada apa. Ya udah yuk kita makan dulu, ntar makanannya keburu dingin." ujarku.

Susi adalah teman Lilis dari kecil. Mereka sangat dekat sekali sehingga jika mereka ada masalah, pasti mereka curhat satu sama lain. Susi berpostur tubuh sedikit lebih tinggi dari Lilis, namun lebih kurus dari Lilis. Kulitnya kecokelatan beda sekali dengan Lilis yang memang putih bersih.

Yang aku suka dari Susi, dia memakai jilbab dan wajahnya pun cukup mаnіs. selain Susi, Lilis mempunyai 2 orang teman wanita yg merupakan teman curhat maupun teman nongkorongnya di Rumah, sebut saja namanya Rina dan Fitri.

Setelah menghabiskan makanan dan membayarnya, aku pun langsung menyalakan kuda besiku kembali dan segera mengantarkan Lilis pulang kerumahnya. Sesampai di rumahnya, aku pun segera mengucapkan salam dan mencium tangan kedua orang tua Lilis yang sedang menonton TV di ruang tamu. Sedangkan Lilis langsung menuju kekamarnya untuk berganti pakaian kerjanya.

"Duduk gus" ucap Mamahya Lilis kepadaku.
"Iya, makasih mah." aku pun segera duduk dengan orang tua Lilis di sofa ruang tamu.
"Liss... Si Agus ambilkeun minum tah." ucap Mamah Lilis dengan aksen Sundanya yang kental.

Tidak lama kemudian kedua orang tua Lilis pun beranjak pergi dari ke kamarnya. Sungguh aneh memang karena setiap aku datang ke rumah Lilis, kedua orang tuanya pun serasa mengerti dan langsung masuk ke kamarnya. Mungkin aneh, namun memang begitu kenyataannya.

Lilis merupakan anak bontot dari 3 bersaudara. Kakak yang pertama dan kedua sudah menikah dan tidak tinggal bersama lagi dengan orang tua Lilis. Jadi dirumahnya hanya ada orang tuanya dan Lilis sendiri.

Tak lama kemudian Lilis datang memakai celana pendek dan kaos sambil membawa 1 gelas dan 1 botol air putih minum. Sungguh sеkѕi sekali pacarku ini. Pahanya yang putih mulus terpampang jelas olehku. Lalu dia pun duduk di sampingku dan menuangkan air minum.

"Minum nih yank" ujarnya.

Aku pun langsung meneguk segelas air putih dingin yang dituangkan. Lilis mulai merebahkan badannya di sofa tempat aku duduk dengan kepalanya berada di pahaku.

"Mana janji kamu? Katanya mau isepin punya aku sampe keluar?" bisikkku kepada Lilis sambil meraba-raba dadanya yang ternyata sudah tidak memakai BH. Ukuran dada Lilis tidak terlalu besar, sekitar 34B namun sangat sekel.

"Iya, ntar. Tunggu papah sama mamah tidur dulu." bisiknya kepadaku.

Tanganku pun semakin bergerilya di buah dada Lilis. Aku bisa merasakan putіngnya dari balik kaosnya. Lalu aku masukkan tanganku ke kaosnya. Kali ini aku bisa merasakan buah dada Lilis seutuhnya.

Aku remas buah dadanya, dan kupilin putіngnya.
"Ssshhhh..." hanya itu yang kudengar dari mulut Lilis.
"Yank, jangan digituin. Ntar aku jadi mau." bisik Lilis kepadaku sambil mencium telingaku.
"Haha, suruh siapa kamu dapet?" ledekku kepada Lilis.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.30.
"Yank, ayo! Aku udah nggak tahan nih. Udah malem juga." bisikku kepada Lilis.
"Iyaa.. Ya udah aku ambil bantal dulu yah? Sekalian liat keadaan. hehe..." ucapnya. Memang kamar Lilis melewati kamar kedua orangtuanya. Lilis mungkin ingin memastikan kedua orang tuanya sudah benar-benar tidur atau belum.

"Amann.. udah sepi." ujar Lilis sambil melempar sebuah bantal ke arahku.

Memang ini trik kami ketika aku sedang mendapatkan servis orаl sеkѕ dari Lilis. Jadi untuk berjaga jaga siapa tau orang tuanya keluar, aku masih bisa menutupi pеnіѕku dengan bantal.

Lalu Lilis pun duduk di sampingku. Aku pun mengambil bantal yang tadi dilemparnya untuk menutupi ke arah kamar kedua orang tua Lilis. Lilis pun mulai meraba-raba pеnіѕku yang sudah tegang dari balik celana levisku.

"Udah tegang aja nih si
. Udah gak sabar yah?" ucap Lilis sambil tersenyum.
"Iya nih yank, aku udah sange banget gara-gara ngeremes tоkеt kamu tadi." ucapku.

Aku langsung saja melumat bibir Lilis, dan dia pun membalas dengan ganas ciuman dariku. Tangan Lilis pun mulai mencari resleting celanaku dan diturunkannya. Segera dia merogoh ke dalam resletingku, dan mengeluarkan pеnіѕku dari sarangnya.

Akhirnya pеnіѕku terpampang jelas dihadapan Lilis. Pеnіѕku memang tidak terlalu besar dan juga tidak kecil, sekitar 15 cm dan diameter 5 cm pada saat sedang tegang. Namun dengan ukuran pеnіѕ ini aku mampu membuat Lilis ketagihan sеkѕ denganku.

Lilis mulai mengenggam pеnіѕku sambil tetapi berciuman denganku, lalu dikocok-kocok pelan pеnіѕku. Sentuhan tangan Lilis membuat aku semakin bringas lagi melahap bibir Lilis.

Lilis pun melepaskan ciumannya dariku. Lalu ia pun segera menunduk menyamping mengarahkan mulutnya ke pеnіѕku. Dicium-ciumnya pangkal dan ujung pеnіѕku, lalu ia melihat ke arahku sambil tersenyum. Aku tau ini trik Lilis, dia tidak ingin cepat-cepat memasukan pеnіѕku ke mulutnya untuk mempermainkan bіrаhіku sejenak.

"Cepetan yank masukin (ke mulut)" ujarku.

Perlahan Lilis pun mulai memasukan pеnіѕku ke mulutnya. Pertama hanya sebatas pangkal pеnіѕku saja.

"Yang dalem donk yank" ujarku kepada Lilis sambil menekan kepalanya.

Hangat sekali ketika aku merasakan hampir semua pеnіѕku dilahap olehnya, tidak lupa aku pun memberikan pujian kepadanya agar ia semakin bringas menghisap pеnіѕku.
"Iyah gitu sayang, mantepp banget."

Lilis pun semakin kencang menaik turunkan kepalanya. Aku hanya bisa merem melek menikmati orаl sеkѕ dari Lilis. Lilis memang jago dalam urusan orаl sеkѕ, kadang-kadang ia lakukan dalam gerakan memutar. Kembali lagi naik-turun dan yang paling aku suka deep troath.

Hampir 10 menit aku menikmati service orаl sеkѕ dari Lilis, aku pun mulai merasa pеnіѕku mulai berdenyut pertanda aku mau orgаѕmе.
"Yank, mantep yank. aku mau keluar." ujarku keenakan.

Lilis pun mempercepat kulumannya terhadap pеnіѕku. Tak lama kemudian rasa geli menerpa pеnіѕku dan rasa enak sampai ke otakku, dan keluarlah air mаnіku di dalam mulut Lilis.

Croot... croot... croottt...

Lilis segera mencabut mulutnya dari pеnіѕku dan menahan sisa muncratan air mаnіku ke tangannya. Kulihat Lilis menahan sesuatu di mulutnya, yang berlumuran di sekitar bibirnya.

"Kamu kok nggak bilang sih mau keluar?" ujarnya kepadaku.
"Lah, tadi aku kan udah bilang mau keluar, kamu malah cepetin. Haha." ujarku sambil mengelap sisa air mаnіku menggunakan tisu yang sudah disiapkan sebelumnya.

Lilis pun bergegas kekamar mandi membersihkan mulut dan tanganya yang terkena air mаnіku. Aku pun lemas tidak berdaya, duduk menyender di sofa.

"Sungguh beruntung aku punya pacar Lilis. Udah jago orаl, cantik lagi." ujarku dalam hati.
"Lilis...!" teriak suara perempuan yang aku kenal memanggil pacarku dari luar.
"Wah... Suara si Susi tuh." pikirku dalam hati sambil mengambil bantal dan menutupi pеnіѕku yang sudah lemas dan belum aku masukan ke sarangnya.

Dan tiba-tiba pintu pun terbuka. Kulihat sosok Susi menggunakan kerudung, kaos, dan celana legging hitam.
"Gus, si Lilis mana?" tanyanya padaku.
"Eh, susi. Lilis di kamar mandi tuh." ujarku panik sambil terus menutupi pеnіѕku dengan bantal agar tak terlihat oleh Susi.

Susi pun sepertinya tau apa yang berusaha aku tutupi karena gelagatku memang panik saat itu. Susi hanya tersenyum melihat ke arah bantal yang aku pegang.

"Tumben lu belum tidur jam segini?" ujarku mencairkan keadaan.
"Iya nih, gue lagi galau nggak bisa tidur. Tadi gue abis ke rumah si Fitri, ngeliat motor lu di depan. Ya udah gue mampir kesini." ujar Susi.

Tak lama kemudian Lilis pun datang membawa dengan handuk yang diletakan di atas pundaknya.
"Eh lu sus, tumben malem malem kesini? gue kira siapa." ujar Lilis
"Iya nih gue pengen curhat sama lu, lis. Malem ini gue nginep disini yah?" ujar Susi dengan wajah murung.
"Ya udah. Nginep mah nginep ajah. Bilang dulu ama nyokap lu. Ntar nyariin lagi."
"Iya ntar gue telpon nyokap gue. Ngomong-ngomong lu sama agus abis ngapain? Abis kaya gitu lu yah?" ujar Susi dengan tertawa.

Aku dan Lilis pun saling melihat.
"Gak, lah. Orang gue lagi dapet. Gile luh." jawab Lilis.
"Ya udah gue ke kamar lu duluan yah? Dah lu selesain dulu berdua ntar si Agus pusing lagi. Haha." ujar Susi sambil berjalan ke arah kamar Lilis.

Aku pun segera bergegas memasukan pеnіѕku yang sedari tadi kututupi dengan bantal. Memang Susi sudah mengetahui bahwa aku dan Lilis sudah pernah ML, dan aku pun juga mengetahui bahwa Susi sudah ML dengan pacarnya yang sekarang, begitupun dengan Rina dan Fitri.

Seringkali aku berkhayal ML dengan Susi, Rina, atau Fitri ketika aku sedang onani. Ingin rasanya aku menikmati tubuh Susi yang berbalut jilbabnya itu. Mungkin sensasinya akan berbeda pikirku. Tapi itu tidak mungkin karena Lilis dan Susi bersahabat sudah lama, jadi tidak mungkin Susi mengkhianati Lilis.

Karena waktu sudah menunjukan jam 23.00, akhirnya aku pamit kepada Lilis untuk pulang.
"Yank, aku pulang dulu yah udah malem nggak enak ama tetangga." ujarku kepada Lilis sembari mengecup keningnya.
"Ya udah. Hati-hati yah sayang di jalan." ucap Lilis sembari mencium tanganku. Lalu aku pun bergegas pulang dengan perasaan bahagia. Masih terbayang olehku ketika mulut Lilis menghisap-hisap pеnіѕku.

Keesokan harinya aku pun mulai beraktifitas kembali seperti biasanya.
"Pagi sayang" sebuah pesan singkat dari Lilis yang dikirim dari ponselnya.
"Pagi juga, sayang. Makasih yah buat semalem. Makin sayang deh sama kamu." tulisku membalas pesan singkatnya.
"Iya, sayang. Semangat yah kerjanya biar cepet bisa halalin aku. hehe..." balas Lilis.

Waktu sudah menunjukan pukul 07.00 pagi. Seperti biasa aku pun bersiap berangkat kerja. Saat itu aku bekerja di salah satu PT sebagai kordinator operasional.

Aku pun memacu kuda besiku ke kantorku yang berada di bilangan pusat Jakarta. Ketika aku sampai di kantor dan memarkirkan motor, Hp ku berdering. Kulihat di layar monitor HP ku nama "Susi".

"Tumben nih si Susi nelpon gue. Pasti Lilis nih minjem hp si Susi." pikirku dalam hati.
"Halo gus, nih gue Susi" sapa Susi ditelepon.
"Eh, elu sus? Kirain gue si Lilis. Ada apaan?" tanyaku heran.
"Gus, tolongin gue. Ntar malem anterin gue nyari alamat." ujar Susi dengan nada sedih.
"Nyari alamat? Emang ada apaan sus? Lu lagi nangis yah?" tanyaku padanya.
"Gus, si Robin ngeduain gue. Tapi dia gak mau ngaku. Gue mau nyari alamat cewek barunya. Gue dapet alamatnya dari temennya Robin. Plisss, gus tolongin gue." ujar Susi di telepon dengan nada tersedu-sedu.
"Yah gue sih mau aja, lu bilang dulu sama Lilis lah." ujarku kepada Susi.
"Gue udah bilang tadi, gus. Katanya gak apa-apa. Plisss gus kali ini aja" ujarnya memohon.
"Ya udah gue anterin. Dah lu sekarang tenang dulu jangan terlalu dipikirin. Udah dulu ya sus, gue masuk kerja dulu" ujarku kepadanya.
"Oh ya udah. Makasih banyak gus sebelumnya" ujar Susi mengakhiri pembicaraan.

Di dalam hati, aku pun merasa iba kepada Susi. Memang Susi kalah cantik dibandingkan Lilis, namun Susi lebih kalem dan mаnіs di balik jilbabnya sehingga membuatnya anggun dan cantik.

Harusnya Robin bersyukur punya pacar seperti Susi, tetapi ia malah menyia-nyiakannya. Padahal sosok seperti Susi-lah yang pantas disandingkan sebagai istri.

-----

Waktu sudah menunjukan pukul 17.00, saatnya aku bergegas pulang. Aku pun segera memacu kuda besiku menuju ke rumahku. Sesampainya di rumah, aku pun segera menelpon Lilis.

"Halo, yank. Lagi ngapain?" tanyaku membuka percakapan.
"Lagi di kamar aja nih, biasa nonton TV" ucapnya.
"Oh, iya. Ntar malem aku mau nganterin Susi nyari alamat pacar barunya si Robin. Susi udah bilang belum ke kamu?" tanyaku kepada Lilis.
"Udah, justru aku yang nyaranin, soalnya Susi gak bisa bawa motor. Kalo sama aku takutnya ada apa apa. Kalo kamu kan cowok, seenggaknya buat jaga jaga aja." ucap Lilis.
"Tapi bener nih gak apa-apa? Emang kamu gak cemburu?" candaku kepada Lilis.
"Gak, lah. Ngapain juga aku cemburu sama sahabat sendiri. Aku percaya kok sama kamu." ujar Lilis.
"Ya udah kalo gitu aku mau mandi dulu deh. Jadi nanti abis maghrib aku langsung berangkat kesana biar gak kemaleman." ucapku.
"Oh ya udah. Ntar hati-hati di jalan ya." ujar Lilis mengakhiri pembicaraan kami di telepon.

Selesai maghrib aku pun siap-siap menuju ke rumah Susi. Tak lama Susi pun mengirim pesan singkat ke Hp ku.
"Gus, ntar gue tunggu di depan jalan aja yah. Gak enak kalo lu jemput gue ke rumah. Ntar gue disangka ngerebut cowok orang lagi."

Aku pun segera menaiki kuda besiku dan menuju ke tempat yang dimaksud oleh Susi. Sesampainya disana aku pun segera mengirimi Susi pesan singkat.
"Sus, gue udah nyampe nih di depan jalan deket alfamart."

Tak lama kemudian Susi pun membalas,
"Iya tunggu bentar ya gus" jawabnya melalui pesan singkat.

Tak lama kemudian Susi pun datang. Kali ini ia memakai kaos berwarna putih ditutupi oleh blazer berwarna hitam, celana levis, dan kerudung hitam yang menutupi sampai ke dadanya.

"Maaf ya gus udah ngerepotin lu. Kalo bukan minta tolong sama lu, gue gak tau harus minta tolong sama siapa lagi." ucap Susi.

Ku lihat mata Susi sembab, mungkin karena dia habis nangis seharian hari ini. Rasa iba pun mulai keluar dari hatiku melihat sosok perempuan yang tersakiti. Jujur saja aku tidak bisa melihat seorang perempuan menangis.

"Iya gak apa-apa sus, ya udah yuk naek." kataku sembari memberinya sebuah helm. Di perjalanan terlihat Susi menjaga jarak terhadapku. Duduknya agak berjauhan, berbeda dengan Lilis yang selalu memelukku ketika sedang kubonceng.

"Emang dimana sus alamatnya?" tanyaku mencairkan suasana karena Susi hanya diam saja semenjak naik ke kuda besiku.
"Eh, iya. Maap gus, di daerah sini gus" ucapnya memberikanku alamat di daerah selatan jakarta.
"Oh, di situ. Itu mah gue tau." jawabku karena memang tempat yang dimaksud lumayan dekat dengan rumah temanku semasa SMA.

Sepanjang perjalanan Susi tetap diam. Kadang-kadang aku membuka obrolan yang hanya dijawab sepatah kata olehnya. Aku memaklumi karena aku tau emosi Susi sedang tidak stabil, antara marah sedih.

Daripada nih anak bunuh diri, aku hanya bisa membantu sebisaku. Memang Robin adalah orang yang pertama mendapatkan tubuh Susi. Robin dan Susi sudah lama berpacaran, mungkin hampir menginjak 3 tahun. Makanya aku tau betul apa yang ada di dalam perasaan Susi saat ini.

Akhirnya kami sampai di rumah yang dimaksud. Yang lebih mengagetkan lagi, terlihat di depan rumah tersebut terparkir motor Robin.

Kulihat ke arah Susi, matanya mulai berkaca-kaca.
"Bener, kan gus. Apa yang orang-orang bilang selama ini?" ucap Susi dengan tersendu dan air matanya mulai berlinang.
"Yang sabar yah, sus. Lu harus tegar." ucapku menenangkan Susi.

Susi pun menghapus air matanya dan berjalan ke arah rumah tempat dimana motor Robin pacarnya terparkir.
"Assalamualaikum" ucap Susi sambil mengetuk pintu rumah tersebut. Aku pun segera bergegas mendampingi Susi karena aku takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Tak lama kemudian keluar seorang perempuan dengan rambut panjang dan kulit yang lumayan hitam.
"Ada apa yah?" ucap wanita tersebut
"Ada Robinnya?" tanya Susi.
"Emang ada apa nyari Robin? Kamu siapanya Robin?" tanya wanita tersebut.
"Kami temannya Robin, kami hanya ingin mengobrol sebentar dengan Robin. bisa tolong panggilin Robinnya sebentar?" ucapku karena kulihat Susi sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Sebentar yah."

"Sayang, ada yang nyariin kamu tuh. Katanya temen kamu." teriak wanita tersebut ke dalam rumahnya memanggil Robin. Tak lama Robin pun keluar. Dengan wajah yang kaget, ia melihat pacarnya dan aku yang datang. Aku memang sebelumnya sudah mengenal Robin, kedekatan Lilis dan Susi pun memaksa kami saling kenal.

"Kamu ngapain kesini sus?" ucap Robin panik.
"Kamu jahat a sama ade! ternyata selama ini bener yang dibilang orang-orang. ade bener-bener kecewa! terima kasih a udah bikin ade sakit hati!" ucap Susi sambil menangis sejadi-jadinya.
"Emang lu siapanya Robin? Dia siapa yank? ucap wanita berambut panjang yang bersama Robin.
"Saya pacarnya Robin, dan kami sudah 3 tahun berpacaran." ucap Susi dengan tersedu
"Bener itu yank? Kamu bilang selama ini kamu belum punya pacar? Kamu jawab yang jujur!" ucap wanita tersebut dengan mata yang mulai berkaca-kaca
"Iyah, dis. maapin aku." ucap Robin.
"Jadi selama ini kita udah jalan 6 bulan, lu udah make gue sampe bikin gue hamil, lu ternyata udah punya cewek?!" ucap wanita itu sambil menangis dan memegang perutnya.

Aku dan Susi pun sangat kaget mendengar perkataan wanita itu.
"Disya, maapin aku. aku milih kamu, aku akan tanggung jawab. aku sayang kamu." ucap Robin kepada wanita itu yang ternyata bernama Disya.

Susi pun menangis sejadi-jadinya, dan yang tidak kusangka ia memelukku. Dia menangis di dada ku.
"Udah sus, cowok kaya gini nggak usah ditangisin. masih banyak kok yang sayang sama lu." ucapku menenangkan Susi.

Tiba-tiba...
"Ini pasti gara-gara elu yah gus" ucap Robin sembari melayangkan pukulan ke arahku. Dengan sigap aku pun melepas pelukanku dari Susi dan menghindar. Aku segera membalas dengan pukulan telak ke arah rahang pipinya. Robin pun jatuh tersungkur sambil memegang rahang pipinya.

Aku pun segera menarik tangan Susi.
"Udah, sus! Cowok kaya gitu nggak usah diambil hati! Lupain aja!"

Aku dan Susi pun segera pergi dari sana meninggalkan Robin yang masih tersungkur dan Disya yang sudah masuk ke dalam rumahnya. Segera aku pun menyalakan kuda besiku dan pergi dari rumah itu.

Di perjalanan Susi pun masih menangis tersedu. Kali ini ia memelukku erat dan menangis di punggungku. Terasa buah dadanya menempel di punggungku.
"Udah sus jangan nangis terus. Buat apa lu buang-buang air mata lu cuma buat cowok kaya Robin. Masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik lagi dari Robin dan sayang seutuhnya sama lu." ucapku menenangkan Susi

"Kita pulang yah?" lanjutku.
"Gue gak mau pulang" ujar Susi sembari menangis.
"Lah, kalo nggak mau pulang terus lu mau kemana? Ke rumah Lilis?" tanyaku heran.
"Gue gak mau, terserah pokoknya gue gak mau pulang." ucapnya.

Aku pun kebingungan. Aku tak tau harus membawa Susi kemana.
"Ya udah gini aja, kalo emang gak mau pulang. Lu gue sewain hotel yah? Lu bisa nenangin diri dulu disana. Biar gue yang bayar sewanya." ujarku kepada Susi
"Terserah...!"hanya itu yang keluar dari mulut Susi. Pada saat itu aku tidak ada pikiran macam-macam dengan Susi karena aku hanya iba pada sahabat pacarku saja.

Singkat cerita. Kami pun sampai di sebuah hotel dan aku segera memarkirkan kuda besiku. Aku melihat ke arah Susi, wajahnya pucat sekali seperti tidak ada alasan lagi untuk dia hidup lagi di dunia ini.

Aku pun segera menuju meja recepsionis dan Susi masih duduk di atas kuda besiku. Aku memesan 1 kamar ukuran deluxe. Tak apalah pikirku keluar uang dari pada nih anak bunuh diri. Sengaja aku memesan kamar yang cukup mahal, di pikiranku saat itu hanya ingin membuat Susi nyaman.

Setelah mendapatkan kunci dengan nomor kamarnya, aku pun bergegas kembali ke Susi. Kulihat Susi sudah tidak berada di atas motorku, ia hanya duduk termenung di pelataran hotel.
"Sus, gue udah pesenin nih kamar buat lu. Lu mau naek apa nggak? tanyaku kepada Susi. Susi tidak berkata apa-apa dan berdiri. Aku pun segera menggenggam tangannya dan menuntunnya naik masuk kekamar hotel.

Aku sangat kaget karena saat itu tangan Susi dingin sekali.
"Sus, lu nggak kenapa-kenapa kan?" tanyaku kepada Susi sambil terus menuntun tangannya naik ke kamar hotel yang telah aku pesan.

Susi hanya menggelengkan kepala dan kali ini Susi membalas genggaman tanganku dengan erat, seolah dia tidak ingin aku jauh darinya. Setelah tiba dikamar yang telah aku pesan, Susi pun langsung duduk di ranjang tempat tidur.

"Sus,beneran lu nggak kenapa-kenapa kan? Tangan lu dingin banget!" tanyaku kepada Susi sambil memegang keningnya. Aku kaget karena tubuhnya sangat panas.
"Sus, badan lu panas banget. Lu udah makan belum? tanyaku kepada Susi.
"Belum, gus. Gue nggak makan apa apa dari pagi. Gue nggak nafsu makan." ujarnya yang akhirnya mau bicara kepadaku.
"Gila, lu. Gue cariin makanan dulu yah sama obat buat lu. Lu diem yah disini jangan kemana mana." ucapku. Susi hanya menganggukan kepalanya.

Aku pun bergegas turun dan keluar hotel untuk mencari makanan dan obat demam untuk Susi. Kulihat ponselku berbunyi, ternyata Lilis yang menelponku.

"Iya, sayang?" sapaku.
"Kamu dimana? Masih sama Susi?" tanya Lilis.
"Udah nggak, aku udah di rumah. Susi tadi minta dianterin ke rumah temen kuliahnya. Mau nenangin diri dulu katanya" ujarku berbohong.
"Emang tadi gimana? Ketemu alamatnya?" tanyanya kembali.
"Ya gitu, ternyata bener si Robin ngeduain si Susi. Ntar kamu tanya aja langsung ama Susi. Aku pengen istirahat dulu yah. Aku capek pulang kerja langsung nganterin si Susi." ucapku berbohong.
"Oh ya udah, klo gitu kamu istirahat yah ntar sakit lagi. Met istirahat yah sayang, muuaach." ucap Lilis.
"Muuaaach..." balasku mengakhiri pembicaraan kami di telepon.

"Bahaya nih kalo Lilis tau aku bawa Susi ke hotel. Gila kalo sampe terjadi apa-apa sama Susi, bisa gue yang kena nih." pikirku dalam hati.

Setelah membeli makanan, minuman, dan obat demam untuk Susi, aku pun bergegas kembali ke kamar hotel. Sesampainya di kamar, aku melihat Susi sedang berbaring dan menangis membelakangi pintu tempat aku masuk dan ternyata ia sudah melepaskan jilbabnya.

"Sus, makan dulu nih. Abis itu diminum obatnya." ujarku kepada Susi. Susi pun segera bangun dan duduk dipinggiran tempat tidur.
"Hikz... Gus, makasih yah buat semuanya. Lu udah mau perhatian ama gue. Gue gak tau gimana jadinya kalo nggak ada lu." ucap Susi sembari menatap sendu ke arahku.
"Sama-sama sus, ya udah dimakan dulu nih nasi gorengnya mumpung masih anget. Abis itu diminum yah obatnya?"ujarku kepadanya.

Lalu Susi pun memakan nasi goreng yang telah kubelikan, kulihat ia sangat lahap sekali. Sepertinya memang dari pagi dia belum makan. Baru kali ini aju melihat Susi melepas jilbabnya, wajahnya sangat mаnіs.

Aku pun menyalakan tv agar suasana tidak sepi. Kulihat Susi sudah menghabiskan makanannya. Lalu kuambil obat demam yang kubeli dan sebotok air mineral yang kubeli untuknya.

"Diminum dulu sus obatnya."ujarku. Ia pun meminum obat demam yang kuberikan.
"Udah yah, lu gue tinggal. Lu nenangin diri dulu, besok pagi gue jemput." ujarku kepadanya.
"Lah, lu mau kemana? gue gak mau ditinggal!" ujarnya
"Terus gue tidur disini gitu berdua sama lu?" tanyaku kepada Susi sambil menunjuk tempat tidur yang memang hanya 1.
"Ya terserah, pokoknya gue gak mau ditinggal!" jawabnya.
"Iya..iyah.." jawabku mengalah.

Aku pun ikut duduk dengannya di samping tempat tidur.
"Ya udah, sana lu istirahat gih, biar cepet sembuh" ucapku kepadanya.

Tiba-tiba Susi mencium pipiku.
"Makasih yah gus."

Dan lalu ia pun membaringkan tubuhnya di tempat tidur membelakangiku. Aku kaget bukan kepalang. Susi yang selama ini aku kenal kalem berani menciumku yang notabene pacar dari sahabatnya.

Aku memperhatikan tubuh Susi dari belakang. Pikiranku berkecamuk. Kalo sampai aku mengkhianati Lilis, sama saja aku tidak jauh berbeda dengan Robin. Tetapi didalam hatiku ingin sekali mencoba merasakan ML dengan Susi.

Hikkzzz... hikkzzzz...
Terdengar suara Susi menangis kembali.

Kali ini aku pun memberanikan diri mengelus rambutnya yang sudah tidak tertutup jilbab.
"Udah sus nggak usah ditangisin lagi. Lu cantik kok masih banyak cowok yang mau menerima lu apa adanya." ucapku kepadanya sambil mengelus-elus rambutnya

Susi pun membalikan badannya kearahku. Dia menatap sendu ke arahku. Kuhapus air mata yang berlinang di matanya.
"Gus aku sayang sama kamu" ucap Susi perlahan.

Aku mendengar perkataan Susi, namun aku hanya ingin memastikan saja apa yang dia ucap barusan.
"Haa?" tanyaku.
"Aku sayang sama kamu gus" hanya itu yang kudengar dari mulut Susi.

Entah ada dorongan apa dan darimana tiba-tiba aku reflek mencium bibir Susi, dan Susi pun membalas ciuman dari bibirku. Posisiku sudah dalam keadaan berbaring berhadapan dengan Susi.

Cukup lama kami berciuman. Ternyata di balik jilbabnya selama ini, Susi ganas juga jika berciuman. Bibir atas dan bawahku bergantian dihisapnya. Tanganku mulai meraba pауudаrа Susi dari balik kausnya. Kulihat Susi tetap diam saja tidak bereaksi dan tetap pada ciumannya.

Aku pun mulai memberanikan diri masuk kedalam kausnya. Akhirnya aku memegang gundukan pауudаrаnya yang masih menggunakan BH. Dengan masih berposisi berciuman sambil berbaring, tanganku pun mulai mencari kaitan BH-nya yang berada di punggung.

Akhirnya kaitan BHnya pun terlepas, lalu aku pun menaikan kaus dan BH Susi ke atas dengan masih memakai blazer. Kini tampaklah pауudаrа Susi di hadapanku. Memang punya Susi sedikit lebih besar dari punya Lilis, namun putіngnya lebih hitam dari punya Lilis.

kali ini aku mulai memainkan putіng dan pауudаrаnya secara bersamaan sambil masih berciuman dengan Susi.
"Emmmhhh.." hanya itu yang terdengar dari mulut Susi.

Ciumanku pun mulai turun mengarah ke pауudаrаnya. Aku hisap lembut putіngnya dan sesekali aku remas pауudаrаnya. Cukup lama aku bermain di pауudаrаnya. Susi hanya bisa melenguh dan kadang-kadang menjambak rambutku dan ditekannya kepalaku ke pауudаrаnya.
"Emmmh... gus..." lenguh Susi.

Aku pun menghentikan seranganku ke pауudаrаnya dan kutatap wajah Susi. Kali ini hanya bіrаhі yang ada di dalam matanya. Rasanya dia sudah mulai melupakan kesedihannya.

Kali ini dia dalam posisi terlentang, aku cium bibirnya dan tanganku mulai membuka kancing celana jeansnya. Dan ketika aku ingin menurunkan celana jeansnya, tangan Susi menghentikanku.

"Gus, gue merasa bersalah sama Lilis. Gue sudah mengkhianatinya." ucapnya
"Sudah terlanjur, sus. Asal dari kita tidak ada yang buka mulut. Lilis tidak akan tahu." ujarku. Susi hanya diam saja.

Lalu aku pun mulai menurunkan celana jeansnya dengan bantuan dari Susi mengangkat pаntаtnya. Kini tampaklah gundukan vаgіnаnya yang masih tertutup celana dalam putih. Aku pun kembali mencium bibir Susi dan memainkan jariku di vаgіnаnya yang masih tertutup celana dalam.

Susi hanya bisa membalas perlakuanku kepadanya dengan ciumannya. Kali ini jariku mulai menyelinap ke sela-sela celana dalamnya. Terasa olehku bulu bulu kеmаluаnnya yang lebat. Berbeda dengan Lilis yang rajin mencukur bulu kеmаluаnnya untukku.

Ciumanku mulai turun kembali ke pауudаrаnya dengan tanganku masih terus bermain di vаgіnаnya. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka celana dalamnya karena tanganku tidak leluasa bermain di vаgіnаnya.

"Gue buka ya sus?"ucapku kepada Susi. Susi hanya mengangguk kecil sembari melihat ke arahku.

Akhirnya terpampang jelas olehku vаgіnа Susi yang rapat dan garis kеmаluаnnya tertutup oleh bulu-bulu. Aku pun membuka kakinya melebar dan terlihat olehku vаgіnа yang merekah karena memang sudah tidak perawan. Dengan posisiku berada di bawah sеlаngkаngаnnya aku pun mengarahkan mulutku ke kearah vаgіnаnya.

"Lu mau ngapain gus?" tanyanya kepadaku.
"Emang lu belum pernah diginiin, sus?" tanyaku.

Susi hanya menggelengkan kepala. Kasihan sekali si Susi, pikirku. Pasti dia belum pernah di-orаl oleh Robin dan aku juga tidak tau apa dia sudah pernah merasakan orgаѕmе atau tidak.

"Dah lu tenang aja sus, nikmatin aja yah." ucapku kepada Susi.

Kini mulutku sudah berada di depan vаgіnаnya, tercium olehku bau khas vаgіnа. Aku mulai mencium kecil vаgіnаnya, dan kali ini lidahku menyapu garis kеmаluаnya dari atas ke bawah dan sebaliknya.

"Arrrggghghh..!!. enak gus...!" terdengar olehku lenguhan kecilnya.

Kadang-kadang kumasukan lidahku ke vаgіnаnya. Kali ini Susi ikut menggoyang goyangkan pinggulnya. Kali ini aku memasukkan 1 jari tengahku ke dalam vаgіnаnya yang sudah sangat basah sambil terus menjilati vаgіnа bagian atasnya yang terdapat seperti biji kecil. Ya itu adalah klіtоrіѕnya, bagian sensitif semua wanita.

"Uurrggghh, sakit gus!" ucap Susi ketika 1 jariku mulai masuk ke dalam vаgіnаnya.

Perlahan aku masukan jariku seutuhnya, aku diamkan disana sejenak dengan lidahku masih bermain di klіtоrіѕnya. Vаgіnа Susi memang masih sangat sempit jika dibandingkan dengan milik Lilis, ini mungkin karena Susi sudah lama tidak ML dengan Robin.

"Guss, punya gue diapainn? enak bangeet...!" ucap Susi sambil mengangkat pаntаtnya pertanda ia akan orgаѕmе. Aku pun mempercepat kocokan jariku dan jilatanku di vаgіnаnya.

"Aaaaarggggghh... sssshhhhhhh... emmmhhhhhh..." keluh Lilis mengelinjang. Tubuhnya pun menegang menahan kenikmatan merasakan orgаѕmеnya. Matanya tertutup dan pahanya pun dengan kuat mengapit kepalaku.

Aku menghentikan jilatanku di vаgіnаnya dan perlahan mengeluarkan jari tengahku dari vаgіnа Susi, sungguh lengket dan basah sekali. Susi diam sejenak dan melihat kearahku. Aku pun merebahkan tubuhku disampingnya.

"Gimana? enak kan sus?" tanyaku kepadanya.
"Enak banget, gus! Baru pertama kali gue kaya gitu. Robin boro-boro mau ngejilatin punya gue, tapi gue disuruh ngisep punya dia mulu."
"Ish, kenapa bawa-bawa Robin, sih?" ucapnya
"Berarti lu udah pernah donk kaya gini sus?" tanyaku kepada Susi sambil memperagakan gerakan mengorаl pеnіѕ.

Susi hanya tersenyum. Tiba-tiba dia bangkit dan duduk di sebelahku. Tangannya membuka kancing dan resleting celanaku lalu mengeluarkan pеnіѕ yang memang sudah tegang ketika aku mengorаl Susi.

Kini tampaklah kejantananku dihadapannya. Dikocoknya perlahan pеnіѕku yang sudah mengeluarkan cairan pra-eјаkulаѕі. Susi pun melihat ke arahku, tidak lama kemudian mulutnya mulai menghisap pеnіѕku walaupun tidak semuanya.

Diapun mulai menaik turunkan kepalanya mengorаl pеnіѕku. Memang berbeda sekali dengan Lilis, Susi lebih pasif dalam mengorаl pеnіѕku. Namun yang aku suka, dia melakukanya dengan perlahan sehingga membuat aku merem-melek dibuatnya.

Tidak lama Susi pun menyudahi kulumanya. Aku cium bibir Susi dan membaringkannya. Aku pun membuka semua pakaian yang melekat di tubuhku. Kali ini aku duduk tepat di bawah sеlаngkаngаn Susi, aku membuka lebar kedua kakinya.

Terlihat vаgіnа Susi masih basah dan becek oleh air liurku. Perlahan aku pun mengarahkan pеnіѕku ke vаgіnаnya.
"Gue masukin yah sus?" ujarku meminta ijin kepadanya. Susi hanya diam dan menganggukan kepalanya dengan mata tertutup pertanda ia setuju.

"Sshhhhh..." erang Susi ketika pеnіѕku mulai menyeruak masuk ke dalam vаgіnаnya. Berbeda sekali dengan punya Lilis, punya Susi lebih peret dan sempit dibandingkan punya Lilis.

"Achhh... gus...!" erang Susi ketika pеnіѕku masuk seutuhnya ke dalam vаgіnаnya. Perlahan aku pun mulai memaju-mundurkan pеnіѕku di dalam vаgіnаnya. Kulakukan dengan sangat perlahan agar otot-otot di vаgіnаnya mulai membiasakan pеnіѕku.

Lalu kembali kulumat bibir Susi. Dia membalas ciumanku dengan sesekali menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan pеnіѕku. Ciumanku mulai turun ke arah pауudаrаnya, kuhisap lembut putіngnya sambil terus menghujam vаgіnаnya dengan pеnіѕku.

Kurasakan vаgіnаnya sudah basah sekali, kukeluarkan pеnіѕku dari vаgіnаnya.
"Gantian donk sus, lu di atas" ujarku kepadanya.

Aku pun segera merebahkan diri dan menuntun Susi untuk naik ke atasku. Lalu perlahan aku masukan kembali pеnіѕku kedalam vаgіnаnya yang sudah sangat basah. Kali ini tidak terlalu susah pеnіѕku pun langsung masuk sepenuhnya.

Lalu aku mulai menuntun Susi menggerakan pinggulnya, terlihat Susi sangat pasif sekali. Aku pun melepaskan tanganku dari pinggulnya. Kali ini ia bergerak sendiri menaik turunkan badannya.

Lama kelamaan iapun semakin cepat menggoyangkan dan menaik-turunkan pinggulnya, iapun melumat bibirku.
"Emmhhhhhh..." kudengar rintihan Susi pertanda ia mendapatkan orgаѕmеnya kembali. Ia pun menjatuhkan badannya diatas tubuhku.

Lalu aku bangkit dan menyuruh Susi menungging. Ya, ini adalah posisi favoritku ketika aku ML dengan Lilis. Dengan tubuh lemas, Susi menuruti permintaanku. Terlihat dari belakang bokong Susi sangat kecil berbeda dengan Lilis yang sangat semok.

Aku pun mulai memasukan pеnіѕku ke dalam vаgіnа Susi dari belakang dengan posisi Susi menungging. Kali ini aku dengan cepat menggerakan pinggulku sehingga terdengar suara yg cukup kencang ketika pinggulku beradu dengan bokongnya.
"ploookk.. ploookk.. plooookkk.."
"Ahhhhh.. gus, pelan-pelan!" ucap Susi.

Hampir 5 menit aku menyetubuhi Susi dengan posisi menungging. Lalu aku merasakan pеnіѕku ingin memuntahkan laharnya. Karena aku tidak ingin Susi hamil, segera aku tarik pеnіѕku dan mengeluarkannya di atas bokong Lilis.

Tubuhku melemas. Kurebahkan tubuhku di samping tubuh Susi yang sudah dengan posisi tengkurap. Aku pun mengecup lembut bibirnya.
"Makasih yah sus, tolong jangan bilang ke Lilis yah tentang kita" ucapku kepada Susi. Susipun hanya mengangguk, dan kepeluk tubuh Susi.
"Makasih juga yah gus buat semuanya." ucap Susi.

Kamipun tertidur dengan masih tidak mengenakan pakaian. Hanya selimut hotel yang menutupi tubuh kami. Aku pun merasa bersalah dengan Lilis karena aku sudah menyetubuhi sahabatnya.


Cerita Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku Selesai !


Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema Fiksi, Selingkuh, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google: Fiksi, Selingkuh, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Aku Berselingkuh dengan Susi, Teman Istriku :
https://cerpen-21.blogspot.com/2020/02/aku-berselingkuh-dengan-susi-teman-istriku.html

Lebih HOT !!!