Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Kenikmatan yang Selama ini Kudambakan". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Selingkuh, Setengah Baya,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
Pak Rudy adalah seorang agen perusahaan asuransi tempat dimana keluarga kami menjadi kliennya. Ia baru tiga kali datang ke rumahku untuk keperluan menagih premi asuransi. Biasanya yang menagih premi asuransi adalah Bu Sri dan 2 bulan yang lalu beliau memperkenalkan pak Rudy sebagai penggantinya.
Dia adalah seorang pria berusia sekitar 30 tahunan, tinggi badan sekitar 170 cm an dan memiliki tubuh yang atletis. Sebelum bekerja sebagai agen asuransi, pak Rudy adalah seorang pemain Bola Volley yang handal di daerahnya. Tak heran kalau bentuk tubuhnya masih terlihat atletis dan bisa membuat wanita kesepian seperti aku mabuk kepayang.
Pada awalnya sih kedatangan pak Rudy ke rumahku layaknya seorang agen asuransi biasa, ngobrol tentang asuransi sebentar dan setelah kubayar premi asuransi beliau langsung pamit. Tapi pada kedatangan yang ketiga ke rumahku, jalan ceritanya menjadi hal yang tidak biasa dan menjadi kenangan paling indah dan sensasional semenjak aku menjadi ibu rumah tangga dari suami seorang pengusaha dan memiliki 2 orang anak yang mulai beranjak remaja.
Usiaku memang tidak muda lagi, 42 tahun, tapi kata orang-orang bentuk tubuh indahku tetap saja bisa membuat seorang laki-laki terperangkap dalam hayalan kenikmatan sesaat. Apalagi bentuk buah dadaku (ukuran 36A? ohh….indah nian) yang tetap terjaga dengan baik, tidak kalah dengan buah dada wanita usia 20 tahunan.
Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian, setelah suamiku berangkat ke kantor dan 2 anakku pergi ke sekolah. Untuk mengisi kegiatan harian, biasanya antara jam 9-10 pagi aku melakukan fitness di rumah.
Aku biasanya memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaos putih tipis tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk. Apalagi aku tidak memakai BH (Bra kesukaanku merk Felina atau Wacoal), juga sebuah celana pendek ketat merk 'Wacoal' yang berbahan tipis dan mencetak pantatku yang padat berisi.
Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Rudy yang datang, pasti dia mau menagih premi asuransi karena ini memang sudah waktunya kami membayar.
Kubukakan pagar dan kupersilakan dia masuk. "Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya" senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
"Kok sepi sekali ya Bu, pada kemana yang lain?"
"Biasalah pak Rudy, kalau jam segini memang sepi di rumah ini, ya anak-anak kan belum pada pulang dan bapaknya anak-anak juga biasanya pulangnya malam"
"Ohh………?!" Pak Rudy tersenyum manis sambil matanya sekilas menatap ke arah gunung kembarku dengan 2 buah putting yang tersembul dibalik kaos putih tipis yang basah oleh keringat. Saat itu aku memang tidak memakai BH, sehingga putting buah dadaku terlihat jelas. Aku jadi risih juga dan buru-buru aku bilang
"Sebentar ya Pak, saya ambil uangnya dulu" untuk mengalihkan perhatian.
"Silahkan bu…." Jawab pak Rudy dengan tetap memberikan senyum manisnya dan tatapan matanya yang agak nakal saat itu.
Setelah ku ambil uang di kamar dan balik ke dapur untuk membuatkan minuman, sesaat imajinasi nakal mulai merambah pikiranku. Apalagi tadi malam hasrat untuk melakukan hubungan badan dengan suamiku tidak tercapai akibat kelelahan setelah sehari penuh bekerja di kantor.
Dan kejadian seperti ini sudah berjalan lama, menahan hasrat birahi kewanitaan yang menggebu-gebu dan siap meledak setiap saat. Aku menggigit bibir bawahku menahan hasrat birahiku yang tiba-tiba muncul bak gunung berapi yang siap meledak memuntahkan magma panas yang membara.
"Mari diminum airnya Pak!", tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. Suasana mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu dan itu mulai menggoda nafsu birahiku.
Dia menanyaiku sekitar masalah anak-ana, seperti sekolah, hoby, keluarga, dan kegiatan ku dan suami selama ini, tapi mata nakalnya terus memandang ke arah buah dada dan dua putting yang kian mengeras dan menggoda (sengaja kereman-remas buah dada dan putingku agar tambah membesar dan mengeras saat menyiapkan minuman di dapur).
"Bu Dewi lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan dan kaosnya basah kuyup gitu" Tanya pak Rudy sambil matanya menatap wajahku dengan lembut.
"Iya nih Pak, biasa kan ibu-ibu seusia saya harus bisa menjaga bentuk tubuh agar suami puas dan betah tinggal di rumah" kataku mulai memancing suasana makin panas.
"Cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?" godaku sambil mengurut-ngurut paha mulusku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kaosku, juga kulihat penisnya mengencang dibalik celananya yang membuatku tidak sabar ingin rasanya mengenggam benda itu
"Mari Bu, kesinikan kakinya biar saya pijat" Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
"Pijatan saya enak ya Bu?" tanyanya.
"Iya Rudy, terus dong.. enak nih.. emmhh!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Rudy, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
"Enngghh.. Rudd...!" desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian paling sensitive dari tubuh indahku. Saat-saat seperti yang paling kunantikan selama ini.
Tubuhku makin menggelinjang-gelinjang sehingga nafsu Rudy pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku ditariknya secara perlahan sambil matanya menatap mataku untuk meminta ijin dan aku kedipkan 2 mataku dengan senyum lembut tanda kepasrahan (Emh…ini yang aku harapkan, ucapku dalam hati). Dengan perlahan pula, ditariknya celana dalamku (CD kesukaanku merk Hanky Panky).
"Aaww.. Rudy kamu nakal ihh....!" aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.
Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut tipis itu (baru 1 bulan yang lalu kucukur rambut di kemaluanku) tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek kini siap dijelajahinya.
Rudy tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu. "Tubuh ibu memang sempurna, apalagi bagian bawah ini, benar-benar luar biasa" sambil tangannya mulai meraba dan mengelus lembut di bagian paling nikmat ini.
Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang rata dan berotot serta dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak.
Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Rudy begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya.
"Hhmm.. wangi, pasti Tante rajin merawat diri yah" godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumis tipisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya "ohh...ohhh...nikmatnya....ohhhhh".
Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas payudara montokku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
"Rud.... oohh.. saya juga mau....Rud....ohh...!" desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu.
"Kalau begitu saya di bawah saja ya Tante" katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah "pinangnya" kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya.
Oohh.. batang itu begitu panjaaang dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya.
Aku mulai mengisapnya dan memijati buah "pinangnya" dengan tanganku. Rudy mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku.
Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmat permainan yang belum pernah aku lakukan sebelumnya bersama suamiku ini. Sungguh permainan kenikmatan paling sensasional...."ohhhh....."
Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku "ohh....tante....oh.... ja...ohhhhh......", sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya.
Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa.
Rudy menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya.
Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudara montok ku ke mulutnya.
Di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja.
Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras "ohhh........nikmatnya....ohhhhh......". Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.
"Enggh.. masukin aja Rud..., Tante udah kepingin banget nih".
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu.
Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Rudy mendesah-desah keenakan "ohh... enak...oh... terusss... tante...teruss... digoyang....ohhh...",
untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang tipis itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku.
Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya.
Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku.
Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total.
Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Rudy sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan.
Saat berciuman itulah, Rudy menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Payudara montokku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya.
Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ.
Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
"Uuuhh.. Rudd.. aakkhhhhhh.......... !" aku kembali mencapai orgasme.
Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya.
Tanpa melepas penisnya, Rudy bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.
"Tante... saya juga udah mauuu......... !" desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
"Di luar.. Rudy.. aku ahh.. uuhh.. lagi subur" aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku.
Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa.
Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Cerita Kenikmatan yang Selama ini Kudambakan Selesai !
https://cerpen-21.blogspot.com/2021/03/kenikmatan-yang-selama-ini-kudambakan.html