Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Saat Sandra Tidur (Bag.1)". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Pemaksaan, Threesome,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
Sebuah insiden baru terjadi beberapa malam yang lalu. Insiden yang tidak disengaja yang membangunkan sesuatu yang tanpa kusadari telah ada di dalam diriku. Kamis malam kemarin temanku yang bernama Lilo mampir untuk mengobrol, minum dan nonton TV di rumahku. Lilo bekerja di kantor yang sama denganku.
Hari Jumat keesokannya adalah hari libur untuk kantor kami jadi kami mendapatkan 3 hari libur di akhir minggu tersebut. Karena itulah kami tidak terburu-buru menghabiskan malam itu.
Berbeda dengan istriku, Sandra; ia harus bekerja esok harinya. Dan karena termasuk orang yang tidak suka tidur larut malam, ia pergi tidur sekitar pukul 10:30. Sandra adalah salah satu orang yang paling lelap saat tertidur. Beberapa kali aku pernah mencoba mengguncang-guncangkan bahunya untuk membangunkannya, namun selalu gagal. Ia terus tertidur.
Setelah Sandra pergi tidur, Lilo dan aku duduk di ruang tamu dan menonton DVD porno yang sengaja kami beli. Lagipula Sandra juga tidak pernah suka menonton film-film seperti itu.
Setelah beberapa adegan, Lilo berkata, "Wah, pasti enak yah kalo punya cewe untuk diajak ngeseks! Udah lama banget nih, gue kagak begituan!" Aku sedikit kaget mendengar komentarnya. Lilo bukanlah pria yang buruk rupa. Dengan tinggi 175 cm dan berat sekitar 70 kg, aku malah menduga ia mempunyai banyak teman wanita.
"Emangnya elu lagi ga jalan sama siapa-siapa, Lo?" tanyaku.
"Kagak. Sejak Bunga putus sama gue 2 taon yang lalu, gue agak-agak malu untuk ajak cewe jalan," jawabnya.
Kami mengobrol tentang Bunga yang ternyata tidak serius dengan Lilo. Setelah beberapa botol bir dan beberapa adegan dari film porno yang kami tonton, Lilo bangkit berdiri untuk pergi kencing.
Aku tetap duduk sambil menonton film itu untuk beberapa saat dan akhirnya baru menyadari bahwa Lilo belum kembali setelah cukup lama pergi kencing. Aku berdiri dan menghampirinya untuk memeriksa apakah ia baik-baik saja.
Saat aku berada pada jarak yang cukup dekat dengan WC, aku melihat pintu itu terbuka. Aku masuk ke WC dan mendapati Lilo berdiri di pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Ia terlompat melihat aku masuk.
"Wah, sorry banget nih," katanya.
"Waktu gue masuk, pintu ini memang udah terbuka. Dan waktu gue mau keluar, gue liat dia terbaring seperti itu."
Aku berjalan mendekati tempat Lilo berdiri dan melihat ke arah kamar tidurku. Sandra terbaring menyamping sehingga punggungnya menghadap ke arah kami dengan kaki yang sedikit tertekuk.
Sandra tidur dengan mengenakan daster panjang namun bagian bawahnya tersingkap sampai ke pinggul sehingga menampakkan bulatan pantat yang halus, mulus dan terlihat tidak mengenakan celana dalam. Pundaknya sedikit tertarik ke belakang sehingga memperlihatkan kami sisi bukit dadanya dan tonjolan puting susunya dari balik daster yang sedikit tembus pandang.
Ia terlihat sangat seksi terbaring seperti itu dengan remang-remang cahaya dari WC. Bibirnya sedikit terbuka dan rambutnya yang panjang terhampar di atas bantal. Boleh dibilang posisi Sandra saat itu seperti sedang berpose untuk pemotretan majalah dewasa.
"Gila! Cakep banget!" kata Lilo sambil menahan nafas.
"Gue mau disuruh apa aja untuk mendapatkan cewe seperti dia, Kris."
Pada awalnya aku sedikit kesal mendengar perkataan Lilo. Namun pada saat yang bersamaan, melihat Lilo memandang istriku seperti itu tanpa sepengetahuan Sandra justru membuat diriku terangsang.
"Aduh, sorry nih, Kris. Gue rasa udah waktunya buat gue untuk pulang," kata Lilo berbalik badan untuk keluar.
"Eh, tunggu, Lo," kataku.
"Ayo masuk ke sini sebentar aja. Tapi jalannya pelan-pelan, oke?"
"Ha?! Elu mau gue masuk ke kamar elu?"
"Kalo cuma lihat doang mah ga ada yang dirugikan, kan? Tapi kita engga boleh buat dia terbangun, oke?"
Bahkan aku sendiri tidak percaya apa yang baru saja aku katakan. Aku mengijinkan pria lain masuk ke kamar tidurku sehingga ia dapat melihat istriku yang dalam keadaan ‘setengah’ telanjang. Aku pun masih tidak yakin apa dan sejauh apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Saat kami berjingkat memasuki kamarku, aku mendorong Lilo untuk mendekat ke samping ranjang. Bahkan Lilo sendiri terlihat tidak yakin. Pandangannya berpindah-pindah antara aku dan Sandra. Semakin mendekat ke ranjang, pandangannya lebih terarah ke Sandra. Sandra berbaring di pinggir ranjang di sisi tempat kami berdiri dan semakin kami mendekat, kedua bukit payudaranya semakin jelas terlihat.
Puting susunya dapat terlihat dari balik dasternya yang tipis. Walau bagian bawah dasternya sudah tersingkap namun kami masih belum dapat melihat bibir vaginanya karena tertutup oleh kakinya. Aku hanya berdiri di sana dengan cengiran lebar memandangi Lilo dan istriku bergantian. Dengan mulut ternganga, Lilo juga hanya memandangi istriku dengan takjub dan kagum.
"Gila, Kris. Seksi banget sih! Gue ga percaya elu kasih gue liat bini elu dalam kondisi begini!"
Dengan hati-hati aku meraih tali daster Sandra dan menariknya turun melewati pundaknya turun ke lengan sehingga bagian atas dasternya tersingkap dan memperlihatkan lebih banyak lagi bagian payudaranya. Gerakanku terhenti saat kain bagian atas daster itu tertahan oleh puting Sandra.
"Mau lihat lebih banyak?" aku berbisik.
"I-iyah!" Lilo berbisik balik.
Dengan sangat lembut aku mencoba untuk menurunkan tali daster itu lagi namun puting susunya tetap menahan kain itu sehingga tidak dapat terbuka lebih jauh. Aku menyelipkan jari-jariku ke bawah daster tersebut lalu dengan hati-hati mengangkatnya sedikit melewati puting Sandra. Lilo menahan nafasnya tanpa bersuara.
Sekarang payudara kirinya sudah terbuka. Putingnya yang sangat halus dan berwarna merah muda itu berdiri tegang karena mendapat rangsangan dari gesekan kain dasternya tadi. Lalu aku meraih ke tali dasternya yang lain dan meloloskannya dari pundak kanan Sandra. Dengan lembut aku menarik kain daster itu melewati puting sebelah kanannya.
Kini kami dapat melihat kedua payudara Sandra tanpa ditutupi benang sehelaipun. Aku membiarkan kedua tali dasternya menggelantung di lengan dekat sikunya karena aku tidak mau mengambil resiko kalau-kalau istriku terbangun. Lilo masih berdiri di sampingku dan dengan mulut yang masih ternganga ia menatapi payudara dan pantat Sandra yang kencang.
Sesekali Lilo mengusap-usap tonjolan di selakangannya walau ia berusaha agar aku tidak melihatnya. Penisku sendiri sudah membesar dan berusaha memberontak keluar dari jahitan celana jeans yang kupakai. Aku terangsang bukan hanya karena melihat tubuh istriku namun juga karena apa yang sedang kuperbuat.
"Jadi, bagaimana menurut elu?" aku berbisik lagi.
"Gila, man! Gue ga percaya semua ini! Dia cantik banget! Gue sih cuma berharap…," jawabnya sambil mengusap tonjolan penisnya sendiri.
Aku berpikir sejenak, "Kalau sampai ia terbangun…, tapi lagipula aku memang akan mencobanya."
Aku menarik Lilo semakin mendekat ke ranjang lalu aku menunjuk ke payudara istriku.
"Ayo, pegang susunya. Tapi harus dengan lembut, oke? Gue nggak mau ambil resiko nih." ...
Mata Lilo terbuka lebar sekali lalu mendekatkan dirinya ke tepi ranjang. Ia membungkuk sedikit dan menjulurkan tangan kirinya untuk meraih bulatan payudara istriku. Tangannya sedikit bergetar dan tangan kanannya ditekankan di selangkangannya seakan digunakannya sebagai penopang. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya ia kerjakan.
Jari-jari itu dijulurkan makin lama semakin mendekat sampai akhirnya ujung jarinya menyentuh kulit payudara Sandra tepat di bawah areola. Dengan hati-hati Lilo meletakkan ibu jarinya di bagian bawah payudara Sandra sebelum akhirnya ia geser perlahan-lahan naik ke puting susu tersebut. Sandra tidak bergerak. Saat ibu jarinya mencapai bagian areola, Lilo menggerakkan telunjuknya melingkari puting Sandra dengan lembut.
Aku kenal Sandra sejak jaman masih bersekolah. Kami berpacaran sejak saat itu dan akhirnya kami menikah. Dan dalam sepengetahuanku, tidak pernah ada pria lain yang pernah melihat tubuh Sandra sampai sejauh ini apalagi menyentuhnya.
Lalu Lilo mulai meraba payudara itu dengan sangat lembut dari yang satu berpindah ke payudara yang lain. Sandra masih tak bergerak dalam tidurnya walaupun sepertinya terlihat nafas Sandra menjadi lebih cepat.
Lilo mulai menjadi lebih berani dan dengan menambahkan sedikit tenaga, ia meremas kedua buah dada Sandra. Lilo sudah tidak menutup-nutupi usahanya untuk mengusap-usap penisnya dan kelihatannya ia berniat untuk menyemprotkan spermanya dari balik celananya.
Aku masih belum puas untuk membiarkan semua ini berakhir saat itu, jadi aku menyuruhnya mundur sejenak sementara aku melepaskan tali-tali daster itu dari lengan Sandra. Aku menarik turun daster itu sejauh yang aku bisa tanpa harus menarik secara paksa kain daster. Aku berhasil membuka tubuh bagian atasnya sampai pada bagian bawah tulang rusuknya sebelah kiri. Lalu aku bergerak ke bagian pinggulnya.
Dengan hati-hati aku menarik kain yang menutupi bagian bawah pantatnya lalu melepaskan kain itu dari kakinya yang menekuk. Hal ini memperlihatkan seluruh pantatnya dan sebagian dari bibir vaginanya.
Lilo masih belum dapat melihatnya dari tempat ia berdiri saat ini. Aku mendengar ia sedang melakukan sesuatu di belakangku. Dan begitu berbalik badan, aku mendapatinya sedang memelorotkan celana jeansnya sebatas testisnya sehingga ia dapat leluasa mengocok penisnya.
Aku kembali berbalik ke Sandra lalu meluruskan kaki kirinya. Hal ini membuat bulu-bulu halus kemaluannya dapat terlihat bahkan sampai hampir ke bibir vaginanya.
Saat melihat aku melakukan hal ini, Lilo melongokkan badannya melewati badanku untuk melihat tubuh Sandra lebih jelas sementara ia bermasturbasi. Aku menarik kaki kiri Sandra dengan lembut sehingga membuat tubuhnya berbaring terlentang menghadap ke atas dan memperlihatkan seluruh tubuhnya secara frontal.
"Wahhhh, gila, man!" Lilo berbisik dan mulai mengocok penisnya lebih cepat.
"Jangan cepet-cepet, brur," aku memperingatkan dia.
"Elu mau pegang memeknya sebelum elu klimaks, kan?"
Langsung Lilo berhenti mengocok dan menatapku dengan pandangan seperti anak kecil yang dihadiahi sepeda baru.
"Mantap, man! Elu kasih gue…, ahhh, mantap, man!"
Ia mengganti tangan kanan dengan tangan kirinya untuk memegang penisnya, tapi tidak mengocoknya. Lalu dengan tangan kanannya, yang sedari tadi digunakan untuk mengocok penisnya, ia menyentuh bulu-bulu kemaluan Sandra dengan perlahan.
Lilo mulai membelai Sandra melalui bulu-bulu itu dengan jemarinya. Namun tidak sampai ke bibir vaginanya. Sandra masih terlelap namun nafasnya semakin bertambah cepat setelah Lilo mengusap-usap kemaluannya.
Setelah itu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuknya, Lilo mengusap turun ke sepanjang bibir vagina Sandra lalu mengusap naik lagi sambil menaruh jari tengahnya di antara bibir kemaluan tersebut. Begitu ia menarik tangannya ke atas, jari tengahnya membuka bibir vagina itu dan wangi harum vagina Sandra mulai memenuhi kamar.
"Gilaaaaa, man!" desah Lilo sambil menarik ke atas jari-jarinya yang sudah masuk sedikit ke dalam liang kewanitaan istriku. Saat jari Lilo menyentuh klitorisnya, tubuh Sandra seakan tersentak sedikit lalu ia mendesah dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Melihat hal ini Lilo segera menarik tangannya. Aku melihat bahwa istriku masih terlelap namun aku tidak yakin apakah perbuatan ini dapat membangunkannya atau tidak. Lilo menatap aku dan aku menganggukkan kepalaku memberi isyarat bahwa ia dapat melanjutkan.
Lalu dengan menggunakan tangan kirinya, Lilo mengocok penisnya sampai cairan pelumas keluar dari ujung penisnya. Lilo menyapu cairan yang keluar cukup banyak membasahi kepala penisnya kemudian dengan tangan yang sama ia mulai mengusap-usap bibir kemaluan Sandra. Kadang ia membuka bibir vagina tersebut dengan jari tengahnya.
Sesekali pinggul Sandra bergerak maju dan mundur sedikit dan ditambah dengan desahan lembut yang keluar dari mulutnya. Lilo sudah mengocok penisnya lagi. Lalu tiba-tiba sebuah ide timbul dalam otakku.
Dengan hati-hati aku menarik kaki kiri Sandra keluar dari ranjang sampai vaginanya berada tak jauh dari ujung ranjang namun masih cukup jauh bagi Lilo untuk menyetubuhi istriku. Penis Lilo tidak sepanjang itu dan lagipula aku tidak yakin apakah persetubuhan dapat membangunkannya. Dan juga aku tidak yakin apakah aku ingin Lilo menyetubuhi istriku karena hal ini masih baru buatku.
"Lo, ke sini deh," aku berbisik sambil menarik lengannya.
"Berdiri di antara pahanya. Dari sini elu bisa lebih leluasa mengusap-usap memeknya sambil ngocok. Tapi jangan ngentotin dia, ya? Elu denger, engga?"
Lilo mengangguk dan segera pindah ke antara kedua paha Sandra. Lilo mengusap-usap vagina Sandra dengan jari-jari tangan kirinya dan mengocok penisnya dengan tangan kanan.
Penis Lilo hampir sejajar tingginya dengan vagina Sandra dan berjarak sekitar 10 cm sementara ia mengocok penisnya dengan penuh nafsu. Lalu Lilo menggunakan ibu jarinya untuk mengusap-usap vagina Sandra sehingga ia dapat lebih mendekat lagi sampai pada akhirnya jarak antara penis dan vagina Sandra kurang dari 1½ cm.
Pinggul Sandra masih sedikit bergoyang-goyang sesekali dan pada satu saat, pinggul Santi bergerak ke bawah dan kepala penis Lilo bersentuhan dengan bibir vagina Sandra. Penis Lilo menggesek sepanjang bibir kemaluan istriku. Hal ini membuat Lilo meledak dan berejakulasi. Spermanya muncrat ke mana-mana dan sebagian besar tersemprot ke bibir vagina Sandra.
Pada setiap semprotan, Lilo melenguh dan beberapa kali dengan 'tanpa disengaja' ia menorehkan kepala penisnya ke bagian atas dari bibir vagina istriku. Lilo pasti sudah lama tidak berejakulasi karena sperma yang dikeluarkannya begitu banyak.
Saat selesai klimaks, Lilo mengurut penisnya untuk mengeluarkan lelehan sperma yang masih tersisa di saluran penisnya. Ia membiarkan lelehan itu jatuh ke bibir vagina Sandra yang sedikit terbuka. Dan saat mengalir ke bawah di sepanjang bibir vagina tersebut, terlihat lelehan itu masuk lalu menghilang begitu saja seperti tertelan bumi.
Lilo memandangku dan berbisik, "Gilaaaa, man! Gue ga tau cara berterima kasih sama elu, Kris!"
Aku tersenyum kepadanya dan memapahnya mundur secara ia telah selesai dengan urusannya. Sekarang saatnya giliranku. Aku berdiri di antara kakinya lalu melepaskan celanaku dan mulai mengocok penisku.
"Lilo, elu keluar sebentar deh. Gue mau coba tarik badannya lebih ke pinggir supaya gue bisa ngentotin dia," aku berbisik dengan lebih kencang.
Lilo menurut dan berjalan menuju pintu kamar kalau-kalau istriku terbangun. Aku menarik tubuhnya sampai pantat sebelah kirinya menggantung di pinggir ranjang. Selama itu Sandra tidak bangun sama sekali namun nafasnya masih berat dan dari vaginanya keluar cairan pelumas dari tubuhnya bercampur dengan sperma Lilo.
Lalu aku menyuruh Lilo masuk ke kamar lagi untuk membantuku dengan menyangga kaki dan pantat kiri Sandra sehingga tanganku dapat kugunakan dengan bebas. Lilo meraih kaki kiri Sandra dengan tangan kirinya lalu dengan tangan kanannya ia menopang pantat Sandra. Aku melihat ia meremas pantat istriku saat ia mencoba menopangnya.
Dan aku mulai menggesek-gesekkan penisku naik dan turun ke bibir vaginanya yang sudah basah. Vaginanya sangat amat basah. Cairan vagina Sandra yang bercampur dengan sperma Lilo, membuat liang kewanitaan Sandra menjadi sangaaaat licin. Bahkan aku sudah hampir klimaks jadi aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang kemaluan Sandra yang panas.
Walau sudah sangat basah namun liang vagina Sandra masih sangat sempit secara Lilo tidak sempat melakukan penetrasi. Akan tetapi penisku dapat menembus dengan mudah. Segera aku memompa vagina Sandra dan setelah sekitar 10 pompaan maju mundur, Sandra mengalami orgasme dalam tidurnya!!!
Hal ini sudah cukup membuatku melambung mencapai klimaks. Aku mulai menyemprotkan cairanku masuk ke dalam vaginanya dan tiap muncratan seakan tersembur langsung dari buah zakarku. Sandra mengerang-erang dalam tiap desahannya dan begitu pula aku.
Lilo berkata, "Gilaaaa, man!" namun kali ini ia tidak berbisik.
Hal ini tidak jadi masalah karena Sandra tak bangun sedikitpun selama kami menggarap tubuhnya. Ketika aku menarik penisku, Lilo menaruh pantat dan kaki Sandra kembali ke ranjang. Lalu ia menunduk menjilati dan mengecup puting susu Sandra dan menyedotnya saat ia kembali menegakkan badannya.
Aku sudah terlalu lemas untuk berkomentar dan akhirnya aku hanya menarik tangannya untuk keluar kamar. Saat aku berjalan mengantarnya ke luar rumah, Lilo tak habis-habisnya berterima kasih kepadaku. Aku melambaikan tangan lalu mengunci pintu. Aku masuk ke kamar, berbaring di atas ranjang di samping Sandra dan langsung terlelap begitu saja.
Keesokan harinya, Sandra membangunkanku dengan mencium telingaku. "Elu ga bakalan percaya apa yang gue mimpiin kemarin malam!" katanya membuka pembicaraan.
"Gue bermimpi ada banyak tangan yang meraba-raba badan gue. Ngomong-ngomong, kemarin malam kita ngapa-ngapain ga, yah?"
Aku teringat kalau aku tidak sempat membersihkan sperma yang tercecer di tubuhnya dan di ranjang sebelum pergi tidur kemarin. "Eeehhh…, iya lah. Memangnya elu engga ingat apa-apa?"
"Yaah…, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa elu berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga ketiduran?"
Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malam…, "Hmmmm, bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?" aku tersenyum.
Pada minggu berikutnya di kantor aku terus memikirkan malam itu dimana Lilo hampir menyetubuhi istriku, Sandra. Aku dan Lilo tidak pernah menyinggung hal itu walau beberapa kali kami saling melepas senyum. Lilo melemparkan senyum penuh rasa terima kasih kepadaku.
Harus kuakui, aku sudah menjadi terobsesi dengan ide melihat istriku disetubuhi pria lain. Namun masih ada perasasan yang mengganjal. Melihat Lilo bermasturbasi di depan Sandra malam itu benar-benar tidak menjadi masalah bagiku. Tetapi dapatkah aku menerima melihat pria lain benar-benar berhubungan seks dengan istriku?
Menjelang akhir minggu aku dapat melihat pandangan penuh harap dari wajah Lilo. Aku tahu apa yang ia pikirkan: "Apakah Kris bakal ngundang gue datang ke rumahnya lagi?", "Apakah gue bisa dapat kesempatan dengan istrinya?"
Hari Jumat akhirnya tiba dan sebelum jam pulang kantor aku mengajak Lilo untuk berkunjung lagi ke rumahku. Kegembiraan yang besar meluap dari diri Lilo.
"Yeahhhhh! MANTAP!!! Gue bakal bawa bir dan beberapa film untuk kita tonton!" katanya dengan penuh semangat.
"Oke. Datang jam 9-an deh," jawabku.
Aku tahu pada saat itu Sandra pasti sudah mulai mengantuk dan keberadaan Lilo akan mendorongnya untuk pergi tidur lebih cepat secara ia tidak begitu suka bergaul dengan Lilo. Aku merasa geli sesaat membayangkan hal itu. Jika saja Sandra tahu apa maksud kedatangan Lilo, ia pasti tidak akan tidur sepanjang malam, setidaknya sampai Lilo pulang.
Lalu aku melakukan sesuatu yang mengangetkan diriku sendiri. "Hey, Jo! Apa yang elu kerjakan malam ini?" aku bertanya.
Josua adalah pribumi berkulit gelap. Tinggi badannya mencapai 190 cm dengan berat badan bisa mencapai 90 kg. Josua bukan seorang yang gemuk namun ia memiliki tubuh yang besar dan kekar.
"Ah, ga banyak. Kenapa? Elu ada acara apa?" ia balik bertanya.
"Sekitar jam 9 malam nanti Lilo bakal datang ke rumah gue untuk main-main. Minum, ngobrol, apa aja deh. Kalo engga salah denger dia bilang dia bakal bawa film-film BF. Gimana, berminat?"
"Boleh, tapi mungkin gue bakal telat. Gue musti kerjain sesuatu untuk bokap, tapi ga lama deh," jawabnya.
"Engga masalah. Oke sampai ketemu nanti," aku berkata sambil berpikir mungkin memang ada baiknya Josua datang setelah Sandra tertidur.
Aku menoleh dan melihat wajah Lilo yang terkejut, namun terkejut dalam nuansa yang menggembirakan. Aku tersenyum dan sambil mengedipkan mataku aku berjalan melewatinya, "Sampai nanti, Lo!"
bersambung
Cerita Saat Sandra Tidur (Bag.1) Selesai !
https://cerpen-21.blogspot.com/2021/03/saat-sandra-tidur-1.html