Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Pengalaman Vina". Cerita panas ini memiliki tema tentang ABG, Fiksi, Pemaksaan, Setengah Baya,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
"Lah gimana jadinya?"
"Duh, aku nggak bisa Vin. Cowokku lagi nunggu nih"
"Payah deh. Kamu masih jalan sama si Jack?"
"Iya, nggak tau deh. Liat nanti aja jadinya"
"Kan aku sudah bilang tuh cowok nggak bener. Masih jalan sama kamu aja dia sudah macem-macem"
"Iya, aku tau. Tapi kan itu baru katanya"
"Udah, cape deh. Gimana kamu aja."
"Iya deh. Aku cabut dulu ya. Aku nggak enak, dia sudah tunggu di kost"
"Ok deh. Bye-bye... Hati-hati ya"
Ya gitu deh si Stella, aku sudah dibilang kalau si Jack itu cuma pengen pake dia. Daripada gitu, mending kita morotin cowok-cowok kayak dulu, bisa minta ini-itu. Ahh... Asik deh!
Tapi aku nggak tau juga, apa aku memang bener-bener nggak pengen dia dibego-begoin cowok atau aku hanya iri sama dia? Aku nggak munafik sih, semua orang juga tau kalau aku sama Stella bisa dibilang cewek nggak bener.
Ya, kita memang suka memanfaatkan cowok buat kepentingan kita. Tapi apa salah kalau cowok-cowok mata keranjang itu cuma pengen pake kita doang? Ya nggak salah, Tuhan sudah nggak ngasih aku wajah sama body di atas rata-rata buat memikat cowok. Kalau semua yang diciptakannya itu baik, kenapa juga aku mesti merasa bersalah karena memanfaatkannya? Bener, gak?
Yaahh, BT nih. Mau ngajak siapa ya buat temenin aku jalan? Hmm, coba aku ajak si Frans biar bisa aku porotin lagi. Mudah-mudahan aja lagi nggak sama si Stef dia.
Aku pun mencoba menghubungi Frans. Ya sebatas miscall sih. Tapi aku tahu, pasti langsung dibales sama dia. 1.2.3...
"Halo cantik, ada apa nih?" sambut Frans
"Hehehe, kamu ada waktu nggak?"
"Oooo, selalu ada buat bidadariku. Mau kemana manis?"
"Temenin aku yuk. Mau nggak? Mau ke salon nih." Rayuku.
"Ok, kamu dimana? Aku jemput deh."
"Langsung aja ke depan, sudah di sini kok."
"OK" jawab Frans sambil memutuskan hubungan telepon.
OK, masalah sudah beres. Bisa aku porotin lagi si Bego itu. Hehehe... Tak lama Mercedes C class hitamnya muncul. Aku pun segera menghampiri mobil itu dan membuka pintunya. Dengan senyum mesum dia menyambutku.
"Buru-buru nggak?" Tanyaku basa-basi.
"Ah, nggak kok. Mau kemana aja pasti dianter" jawabnya.
"Temenin aku ya. Mau blow nih, kayaknya rambut aku juga sudah nggak bagus"
"Hmmm... Ok! Tapi kayaknya masih cantik deh"
Biasalah, bajingan ini memang memuakkan. Dia nggak pernah perduli sama ceweknya, padahal ceweknya cantik loh. Ah, memang aku peduli? Yang penting aku senang.
Mobil kami pun meluncur ke Plaza Senayan. Sengaja, sih. Selain karena salon di sini sudah jadi langganan, habis ini kan aku bisa shopping. Hmm, kayaknya lebih pantes dibilang morotin. Hehehe...
Setelah 3 jam menungguku, Frans yang tampak kesal di ruang tunggu wajahnya langsung berubah begitu melihatku. Aku pun berbasa-basi sedikit padanya.
"Lama ya? Sorry" kataku manja.
"Hah, kok sorry? Namanya juga ke salon, pasti lama. Nggak masalah kok" katanya.
Orang idiot kayak Frans ini memang paling gampang dimanfaatkan. Hehehe... Aku pun menghadap ke kasir seolah-olah akan membayar tagihan perawatanku. Tapi sesuatu yang sudah kuduga pasti datang.
"Berapa mbak?" tanya Frans sambil menyerahkan kartu kreditnya.
"Jangan Frans" aku pura-pura menahannya.
"Sudah, nggak apa-apa. Cuma segitu doank"
"Kan nggak enak Frans"
"Sudah, tenang aja. OK?" ucapnya.
Yes, akhirnya rencanaku berhasil. Salon pun dibayarin Frans. Tapi itu baru awalnya, karena sekarang saatnya SHOPPING. Aku yakin dia pasti menyesal sekali, 3 jam tadi seharga 1.350.000. Hehehe... Dia nggak tahu berapa banyak vitamin rambut yang aku minta. Bego, kan?
Kami berkeliling ke Remo, Planet, dan berbagai Outlet. Berulang kali Frans berusaha menggengam tanganku. Terkadang aku biarkan, tapi lebih banyak aku pura-pura lepaskan. Aku tau kalau di sepanjang jalan, Frans selalu menatap pantat dan dadaku.
Sepatu, tas, dan sebuah rok bermerk sudah berpindah ke tanganku. Ya tahulah itu pakai duit siapa. Kami berputar-putar selama beberapa jam. Berulang kali ponselnya bunyi. Aku tahu itu pasti dari ceweknya. Kalo nggak, buat apa dia bohong segala, pura-pura sakit. Hehehe...
Tak lupa, jalan-jalan ini ditutup dengan jamuan makan malam mewah. Setelah selesai menyantap eye ribs dan sup jagung, aku mengajak Frans pulang. Sebelumnya berulang kali dia mengajakku nonton, tapi ya aku tahu maksud dia apa. Jadi aku tolak donk. Hehehe...
Kalau dihitung-hitung, kira-kira 4 juta lebih uang milik Frans terbuang percuma hari ini. Aku pun berjanji padanya untuk nonton lain kali. Sudah lewat jam 21.00 ketika aku melihat jam tanganku.
Kami pun memutuskan kembali ke kampus. Aku harus mengambil mobilku di parkiran kampus. Di perjalanan, Frans masih berusaha membuat janji denganku. Dia membuat pilihan mau nonton atau clubbing. Ya aku memilih clubbing, dong. Kan lebih asyik dari sekedar nonton.
Oh, iya. Kalian belum kenal aku kan? Namaku Vina, umur aku 21 tahun. Tinggi 168 cm berat 46 kg. Aku juga rajin fitness sama aerobik biar badanku tetap montok dan sexy. Semestinya aku sudah mau lulus, tapi karena aku sibuk jadi nggak sempet belajar. Hehehe...
Setengah jam kemudian, kami pun sampai ke kampus. Frans mengantarku sampai ke mobilku yang ditaruh di parkiran gedung. Sepi sekali kampus ini. Dari jauh aku melihat sekelompok mahasiswa. Itu pasti geng-geng pribumi di kampus ini, Ando Cs lah. Wew, aku males banget sama mereka. Sudah miskin, jelek, item- lagi.
Sesudah memanaskan mobil Yarisku, Frans pergi dengan mobilnya. Baru sesaat aku memacu kendaraanku, di pintu depan kampus ada pengemis pincang yang melintas dan menghalangi jalan.
Ya ampun... Sudah ngesot, lama banget lagi. Kesel aku menunggunya. Aku mengklakson berulang-ulang agar ia segera pergi. Masak gitu aja butuh 5 menit? Dia berulang kali mengucapkan maaf disela-sela cacianku.
Aku pun bergegas meninggalkan kampus untuk pulang ke rumah. Orang tuaku terlalu sibuk mencari uang, tapi mereka tetap saja nggak mampu ngasih
kehidupan mewah. Mereka tak pernah peduli aku pulang jam berapa. Bahkan terkadang aku tidak pulang pun mereka tidak pernah tahu.
Dibawah Fly Over Pluit aku merasakan ban mobilku kempes. Sial! Pasti ada yang ngerjain aku nih. Aku menghentikan mobilku di pinggir jalan. Aku turun dan melihat ban mobil sebelah kanan belakang kempes, untung tidak terlalu parah. Aku pun kembali masuk ke mobilku dan lanjut berjalan pelan. Aku tahu beberapa ratus meter lagi ada sebuah bengkel tambal ban.
Tak lama kemudian bengkel kecil itu terlihat. Sebuah bedeng, di depannya ada beberapa orang yang duduk sambil ngopi. Ugh wajah mereka kampungan banget.
Aku terpaksa berhenti di bengkel itu. Banku sudah tak bisa berjalan lebih jauh lagi. Apalagi aku tak bisa mengganti ban mobilku sendiri. Ya aku pikir supaya cepat, minta tolong sama mereka saja untuk mengganti banku.
"Pak, tolong dong. Ban saya kempes" ucapku sesampainya di bengkel itu.
"Kenapa Neng? Mau ditambal?" jawab bapak setengah baya yang mungkin pemiliknya.
"Nggak usah pak. Tolong diganti ban serep aja, bisa?"
"Oooh... Bisa, neng. Bannya dimana?" tanya bapak itu.
"Di belakang pak, di bawah" jawabku.
Aku menyadari 2 pemuda di belakangku terus menatapku diam-diam. Aku berdoa semoga bapak ini segera menyelesaikan pekerjaannya. Beberapa kali dia memintaku untuk duduk tapi kutolak. Ngeri lah, pikirku. Ngeri sama 2 orang yang ada di belakangku.
Bapak itu menyuruh anak buahnya untuk membantunya, terkadang mereka tampak berdiskusi. Aku tak terlalu mempedulikan perbincangan mereka. Toh buat apa juga? Sekitar 15 menit akhirnya banku selesai diganti oleh mereka. Aku pun mendekat untuk menanyakan biayanya.
"Sudah beres pak?"
"Sudah Non. Ban yang kempes sudah bapak pasang lagi. Nanti ditambal aja, kayaknya bocornya juga nggak besar"
"Oh, makasih pak. Berapa ya?"
"Nggak usah, non. Kita nggak minta duit, tapi butuh yang lain Non"
Mendengar itu jantungku langsung berdetak kencang, namun aku masih berusaha tenang..
"Mau apa pak?"
"Kita pengen kamu, Non" ujar salah satu dari pemuda itu. Akupun berusaha meronta saat mereka memaksaku masuk ke dalam bilik itu. Jalanan itu memang sepi, belum lagi menjelang tengah malam seperti ini yang membuat jalanan semakin hening.
Aku berusaha berteriak, namun tangan mereka menutup mulutku. Tenagaku tak bisa dibandingkan dengan para lelaki itu. Akhirnya mereka berhasil membawaku masuk dan segera menutup pintu itu.
Mereka segera mengikat mulutku dengan selembar kain kotor. Tercium bau oli yang menjijikkan sekali. Kemudian mereka mendorongku dan menjatuhkanku ke sebuah ranjang kayu tanpa alas. Bruk!!!
Aku hanya bisa berteriak kesakitan namun terhalang oleh kain yang menutup mulutku. "Udah Non, jangan banyak teriak atau kita bunuh. Mau?" kata salah satu pemuda.
Wajah mereka tampaknya tak main-main. Wajah yang ganas bukan hanya 2 orang pemuda hitam itu, bahkan si Bapak yang tadi berwajah lembut kini raut mukanya berubah sangar seperti yang lain. Tatapan mata mereka yang penuh nafsu itu makin membuat nyaliku ciut. Aku hanya bisa memalingkan muka tak berani menatapnya.
"Ngerti, nggak?!" mereka membentakku sambil melempar sebuah tang ke sampingku. Aku hanya menganguk memelas. Tiba-tiba tangan bapak itu
menggerayangi pahaku. Lalu tangannya meraba naik hingga ke dadaku dan meremas рауudаrа kiriku. Air mataku mengalir dan meronta minta dilepaskan.
"Diam! Nanti juga enak!" sahut Bapak itu. Si pemuda yang sedikit gendut mulai menciumi pipi, leher, dan telingaku. Hembusan nafasnya yang bau tercium. Lidahnya menyapu leher dan telingaku sampai membuatku bergidik.
Pemuda itu meraih kepalaku dan memalingkanya dengan kasar. Dia menyibak kain yang tadi menutup mulutku dan langsung menggempur bibir tipisku dengan kasar. Aku berusaha menghindar namun sebuah tamparan menerpa wajahku.
Pemuda kurus dan pendek itu kini bersimpuh di sampingku. Dengan ganas dia menarik lepas celana jeansku dan melemparnya. Kini celana dalamku dapat dilihat oleh mereka. Pahaku yang putih mulus itu membuatnya makin bernafsu.
Tangan pemuda itu kini sudah meraba kеmаluаnku yang masih tertutup celana dalam hitam. Jari-jarinya bergerak liar di sekitar belahan kеmаluаnku. Sementara bapak itu semakin bernafsu meremasi рауudаrаku. Kasar sekali permainan merka, namun jeritan kesakitanku tertahan oleh ciuman ganas dari si Gendut.
Lidahnya mulai masuk disela-sela mulutku, menyapu seluruh bagian dalamnya. Permainan kasar seperti ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Bapak itu mulai membuka kancing kemejaku satu persatu. Setelah selesai, dia langsung manarik lepas bajuku. Kini tubuhku hanya tertutupi oleh BH dan celana dalam saja.
Bapak itu langsung membuka BHku dengan menariknya kasar. Tubuh atasku sudah polos tanpa sehelai benang pun. Pауudаrаku yang putih, kencang, dan memiliki рutіng kecoklatan itu membuat mereka tertegun. Sama seperti aku melihat kelakuan mereka.
"Wow, keren banget! Punya Cina memang Beda ya, Bos?" kata salah satu pemuda itu. Bapak itu segera memainkan dadaku dengan kasar. Ditariknya рutіngku dengan kasar sehingga membuatku mendesah tak karuan.
"Hmmm?" si Bapak dan pemuda kurus semakin ganas memainkan dadaku. Kadang diremasnya, sambil sesekali menjilat dan mengigit рutіngku.
"Coba kita liat bawahnya" kata si Gendut. Tak perlu diperintah 2 kali, si kurus langsung memelorotkan celana dalamku. Kini tubuhku bugіl total tanpa selembar kainpun. Wajahku memerah menahan malu. Vаgіnаku yang ditumbuhi bulu-bulu halus membuat mereka makin bernafsu mengerayangi tubuhku dengan tangan-tangan kasar mereka.
Tangan si Bapak mulai memainkan vаgіnаku bergantian dengan si kurus yang mendapat porsi lebih banyak pada dadaku. Si gendut masih bernafsu mencumbuku dengan kasar. Pilinan pada рutіng рауudаrаku serta sentuhan dan pijitan pada klіtоrіѕku semakin membuat lіbіdоku meningkat. Aku tak mau mengakuinya, namun tubuhku mulai terbuai menikmati permainan ini.
Tenaga mereka yang kuat justru membuatku pasrah menikmati perkosaan ini. Tangan kasar mereka membuatku mulai tak sanggup menahan bіrаhіku. Belum lagi ketika Bapak itu mulai menjilati vаgіnаku, sapuan kasarnya ditambah kumis tipisnya yang menimbulkan sensasi berbeda membuatku makin tak sanggup membendung bіrаhі ini.
Aku tak tahu sudah berapa lama mereka mempermainkanku seperti ini. Sapuan dan permainan mereka membuatku semakin tak berdaya. Tak kusadari tubuhku
mulai mengejang, otot-otot di organ intimku mengeras. Lidah Bapak itu makin ganas menghisap klіtоrіѕku.
Sampai akhirnya aku tak sanggup lagi menahan Organsme ini. Cairan оrgаѕmеku mengalir deras di sela-sela vаgіnа. Bapak itu hanya tertawa dan mendekatkan wajahnya ke telingaku seraya berbisik, "Masih nggak mau, Non?" ujarnya sambil tertawa.
Aku tak tahu lagi. Wajahku memerah, aku tak pernah menyadari betapa menyedihkannya diriku sampai mau diperlakukan seperti ini. Bahkan kalau mau jujur, aku mulai menikmatinya.
Si Bapak kemudian berdiri. Aku pikir dia akan melepaskanku, namun tiba-tiba dia memelorotkan celana pendeknya yang lusuh itu. Pеnіѕnуа yang hitam dan disunat dibagian depannya itu seperti helm. Belum lagi реnіѕ itu sudah mengeras dan bulu-bulu kеmаluаnnya yang mulai memutih itu tampak kontras dengan kerasnya реnіѕ yang tampak sangat kuat.
Si gendut pun beranjak meninggalkan dadaku. Dia berpindah ke pahaku, dinaikannya kedua tungkaiku ke bahunya. Lidahnya yang besar dan kasar itu mulai menyapu bibir vаgіnаku. Sesekali dia menghisap klіtоrіѕku keras-keras yang membuat vаgіnаku berdenyut dan membuatku melayang makin tinggi.
Si Bapak sudah mendekatiku, si Kurus yang menggantikan posisi Gendut di bagian dadaku lebih sadis memperlakukan tubuhku. Ditariknya рutіngku keras-keras yang membuatku berteriak tertahan. Dia terus menghisap dan mengigiti vаgіnаku dengan brutal. Belum lagi tangannya yang seolah tak pernah berhenti menggerayangiku.
Bapak itu mendekat dan berkata padaku "Tahu kan, Non mesti apa?" sambil menampar-namparkan реnіѕnуа ke pipiku. Wekkk, bau sekali. Pеnіѕ itu bau keringat menyengat, aku pun berusaha menutup mulutku.
Terus terang, aku memang penganut ѕеkѕ bebas, tapi aku jarang sekali melakukan oral seks. Jijik rasanya. Aku hanya pernah melakukannya sekali saat berlibur ke Paris dengan seorang Boss tua, itu pun dengan ancaman yang membuatku terpaksa melakukannya.
Aku berusaha keras menutup mulutku kuat-kuat. Aku menahan desahan yang menyiksa ini sebisaku. Bau реnіѕ itu saja sudah sangat memuakkan bagiku. Bapak itu terus berusaha memasukan реnіѕnуа ke dalam mulutku, sedangkan aku berusaha menghindar sebisanya. Aku gelengkan kepalaku kesana kemari sampai habis kesabarannya.
Tiba-tiba dia meraih satu рutіngku dan menariknya keras. Aku pun tak sanggup lagi untuk tidak membuka mulut untuk menjerit kesakitan. Tepat disaat aku berteriak, Bapak itu segera menyelipkan реnіѕnуа yang besar itu ke dalam mulutku.
"Mmmmph" aku tak dapat lagi menghindar dari реnіѕnуа itu. Pеnіѕ itu masuk terlalu dalam sampai menyentuh kerongkongan dan membuatku terbatuk. Namun bapak itu tak perduli dan tak berniat mengeluarkan реnіѕnуа dari mulutku. Malah bapak itu mulai memompa реnіѕnуа di mulutku.
Butuh beberapa menit sampai aku dapat menerima реnіѕ itu di mulutku. Belum lagi sapuan di vаgіnаku kini ditambah lagi dengan kelakuan si Gendut yang mulai memasukan jarinya yang ke dalam vаgіnаku. Perlahan-lahan jari telunjuknya mulai masuk ke dalam vаgіnаku.
Aku tak tahu apa lagi yang akan aku alami selanjutnya. Sementara si Kurus semakin ganas mengerjai рауudаrа yang membuat рutіngku semakin mengeras. Gigitan-gigitan halus ditambah hisapannya pada рutіngku membuatku makin bernafsu, demikian pula bapak itu yang semakin cepat memacu реnіѕnуа di mulutku.
Sensasi yang bersamaan ini membuatku harus kembali menyerah oleh bіrаhіku. Aku semakin tenggelam dalam permainan mereka. Sedikit demi sedikit aku mulai menikmati ini. Aku mulai menghisap реnіѕ Bapak itu. Aku ingin mengakhiri semuanya secepatnya.
Sapuan lidah kasar dari si Gendut ditambah jemarinya yang semakin cepat mengocok vаgіnаku mulai membuat basah sehingga menimbulkan bunyi keras. Basahnya vаgіnаku membuatnya semakin cepat mengocoknya.
Aku tahu aku takkan sanggup lagi mencegah оrgаѕmе. Tubuhku mengejang hebat, seluruh ototku mengeras, keadaan ini disadari oleh si Gendut yang membuatnya makin cepat mengocok vаgіnаku. Lidahnya pun ikut menghisap klіtоrіѕku kuat-kuat. Aku tak sanggup lagi bertahan lebih lama.
Pantatku sedit demi sedikit terangkat, hingga akhirnya cairan kewanitaanku kembali menyembur keluar. "Aaaahh...!!!" tanpa sadar aku menarik rambut si Gendut yang malah tambah asyik menghisapi cairanku yang mengalir deras. Untuk beberapa saat tubuhku mengejang di udara.
Si Gendut masih asyik menghisap vаgіnаku, ditambah lagi si Kurus yang menikmat tubuhku yang sedang mengejang sambil memainkan рауudаrаku dengan kasar. Tak lupa Bapak tua itu yang masih asyik memompa реnіѕnуа di dalam mulutku.
Beberapa detik kemudian aku menjatuhkan tubuhku yang lelah ke ranjang tak beralas itu. Pеnіѕ Bapak itu sempat terlepas dari mulutku. Namun bapak itu tampaknya tak mau kehilangan momen, dengan segera dia mengarahkan реnіѕnуа ke dalam mulutku dan kembali memompanya. Aku sudah pasrah dengan semua ini dan tak punya tenaga lagi untuk melawan.
Beberapa menit kemudian реnіѕ itu semakin menegang. Aku berusaha mengeluarkan реnіѕ itu dari mulutku, namun tangan kekar Bapak itu menahan kepalaku.
"Uuughhhh..." seru Bapak itu sambil memuntahkan ѕреrmаnya dalam mulutku. Sреrmа itu sedikit tertelan olehku, sedangkan sisanya dapat kutahan dan sebagian mengalir keluar di sela-sela bibirku. Bapak itu mencabut реnіѕnуа dan dengan kasar dia mengangkat wajahku.
"Makan peju gua, kalau nggak mati lu!!!" bentaknya.
Aku terkejut mendengarnya. Sреrmа itu terasa sangat berat untuk aku telan. Kental dan menjijikkan sekali. Sedikit demi sedikit aku mencoba menelannya sambil disoraki oleh 2 anak buahnya. Aku berusaha menelannya, butuh perjuangan untuk bisa menghirupnya habis. Belum lagi perutku yang mulai terasa mual menelan ѕреrmа itu.
Akhirnya aku dapat menghisap habis seluruh ѕреrmа itu. Sambil berusaha menahan mual yang makin membuatku ingin muntah, aku menghapus makeup-ku yang sudah luntur Karena wajahku berkeringat sangat banyak, begitu juga peluh di sekujur tubuhku.
"Udah ya, Pak. Saya mohon..." mohonku memelas.
"Enak aja lu! Mеmеk kamu aja belom gua rasain! Apalagi anak buah gua juga belum puas!" bentaknya.
Ya ampun, aku tertegun mendengarnya. Mereka ternyata benar-benar berniat memperkosaku. Air mata yang sempat mengering tadi kembali mengalir deras. Namun bajingan-bajingan ini seakan tak perduli. Si Gendut dan si Kurus malah membuka pakaian dan celananya.
Pеnіѕ mereka mengacung keras. Ukuran реnіѕ itu saja sudah mebuatku bergidik, namun реnіѕ si Kurus lebih mencengangkan buatku. Pеnіѕ itu keras dan panjang. Diameternya pun besar sekali. Aku bisa mati bila desetubuhi реnіѕ itu.
Bapak tua itu membalikkan tubuhku. Aku sudah tak punya tenaga lagi untuk melawan mereka. Bapak itu berpindah ke belakang setelah memposisikan tubuhku dalam posisi Doggy Style.
"Udah siap, Non?" ujarnya sambil mengorek vаgіnаku dengan tangannya.
"Jangan, Pak"
Aku masih berusaha menghindar, namun tangan Bapak itu mengunci pinggulku erat. Pеnіѕnуа pun mulai memyentuh bibir vаgіnаku. Sadar aku tak dapat menghindar lagi, aku pun menutup kedua mataku. Perlahan реnіѕ itu mulai masuk kedalam liang vаgіnаku.
"Gila! Sempit sama seret amat ini" kata Bapak itu.
Ketika beberapa cm реnіѕnуа masuk, aku menahan rasa sakit yang melanda seluruh tubuhku. Sakit sekali. Pеnіѕ itu sedikit demi sedikit masuk semakin dalam yang membuat tubuhku mulai begerak tak karuan.
Sodokan demi sodokan, реnіѕ itu masuk semakin ke dalam. Hingga akhirnya dengan satu sodokan keras, akhirnya реnіѕ Bapak itu masuk seluruhnya ke alam vаgіnаku.
"Ohhhh...?!" desahku. Aku berusaha menenangkan diri. Beberapa saat kemudian Bapak itu mulai menompa реnіѕnуа.
"Mulai ya, Non!" katanya terlambat.
Pengalaman Bapak tua ini pasti sudah sangat banyak. Dia tampak mahir sekali memainkan ritme yang membuatku tak sanggup berkata apa-apa. Pеnіѕ itu meluncur cepat keluar masuk. Di setiap tusukannya membuat tubuhku mengelinjang kenikmatan. Harus kuakui betapa aku menikmati pemerkosaan ini.
Belum tuntas satu реnіѕ aku hadapi, siGendut mendekat. Diangkatnya wajahku sebatas pinggangnya. Wajahnya tampak menyeringai di balik реnіѕnуа yang mengacung keras.
"Sероngin ya, Non! Jangan pilih kasih" aku hanya bisa mengangguk perlahan di sela-sela desahanku. Aku membuka mulutku lebar-lebar, dan si Gendut pun segera memasukan реnіѕnуа dalam mulutku. Aku sudah tak memperdulikan harga diriku dan rasa jijik yang menghinggapiku. Aku mulai meghisap реnіѕ itu kuat-kuat. Bapak itu pun makin beringas memperkosaku.
"Gila! Jago banget nуероngnya, Non?" kata si gendut. Si Bapak yang mendengarnya segera bereaksi.
"Sial giliran gua aja gak mau nуероng tadi! Dasar Perek!!!" bentaknya.
Bapak itu tampak kesal dan memacu реnіѕnуа semakin kencang. Tubuhnya beradu dengan pantatku yang membuatku semakin kewalahan. Aku mulai tak sanggup berkonsentrasi mengoral реnіѕ si Gendut. Si Gendut yang tampak kesal mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya dan mulai
menmompa реnіѕ itu dalam mulutku.
"Oooooh" tanpa sadar aku berоrgаѕmе. Cairan kewanitaanku kembali mengalir di sela-sela vаgіnа dan реnіѕ Bapak itu. Vаgіnаku yang semakin basah
memperlancar реnіѕ itu keluar-masuk dalam vаgіnаku.
Oh, Tuhan! Pemerkosaan di 2 ujung tubuhku saja sudah membuatku melayang tak karuan. Si Kurus yang dari tadi diam menyaksikan teman-temannya mengerjaiku, kini tampil kembali. Didekatinya tubuhku. Dia mengangkat tangan kiriku dan menaruhnya ke реnіѕnуа.
Ya Tuhan, besar sekali реnіѕnуа. Bbahkan lingkar реnіѕnуа lebih besar dari tanganku. Tanganku mulai mengocok реnіѕ raksasa itu. Tangan si Kurus pun tak luput mengerjai рауudаrаku. Semakin lama, aku semakin menerima keadaan ini. Aku tak lagi dapat membohongi diriku yang terbuai oleh permainan mereka.
Saat aku berоrgаѕmе untuk kesekian kalinya, реnіѕ Bapak itu pun mulai mengeras. Aku panik menghadapi situasi ini. "Keluarin, pak! Keluarin!" teriakku panik.
Bapak itu ternyata masih berbaik hati mencabut реnіѕnуа dari dalam vаgіnаku dan memuntahkan ѕреrmаnya ke punggungku. Sebagian ѕреrmа Bapak itu menetes ke ranjang dan bersatu dengan cairan оrgаѕmеku yang sudah menetes dari tadi.
"Gila, Non! Keren banget. Mеmеknya sempit banget!" ujar Bapak itu.
Vаgіnаku sakit sekali rasanya menghadapi реnіѕnуа. Namun kini sedikit terasa lega setelah Bapak itu mencabut реnіѕnуа dalam vаgіnаku. Sayang, aku terlalu cepat senang.
Si Kurus melepaskan реnіѕnуа dari tanganku dan dengan segera berpindah ke belakang dan mengacungkan реnіѕnуа ke vаgіnаku. Ya Tuhan, aku tak dapat membayangkan bila реnіѕ itu benar-benar mengoyak liang kewanitaanku.
Sedikit demi sedikit реnіѕ itu masuk ke dalam vаgіnаku. Ya Tuhan, baru beberapa cm saja sudah membuatku kelabakan. Aku pun sedikit memperlebar pinggulku untuk mempermudah реnіѕ itu masuk, tapi itu tak berarti banyak.
Pеnіѕ itu masuk semakin dalam. Vаgіnаku tak sanggup menerima реnіѕ itu. Pеnіѕ itu seolah membelah tubuhku jadi dua. Si Kurus yang tampak kesulitan memasukan реnіѕnуа semakin beringas memasukannya. Tusukan halusnya berganti dengan sodokan keras yang berulang-ulang dan membuatku menjerit keras.
Ya Tuhan! Aku tak mengerti dosa apa yang telah kuperbuat sampai harus menerima keadaan ini. Pеnіѕ itu emakin lama masuk semakin dalam. Aku sudah tak bisa lagi mengoral реnіѕ si Gendut. Dia pun mengerti keadaanku dan mengeluarkan реnіѕnуа dari mulutku.
Kini desahanku semakin keras memenuhi bilik reot itu. Dengan satu tusukan keras, реnіѕ si Kurus akhirnya dapat tertampung masuk secara penuh dalam vаgіnаku. Vаgіnаku tampak sangat merah, sakit sekali rasanya.
Setelah mendiamkan sejenak, si Kurus berkata, "Gila, kayak belom pernah ngentot aja, Non! Sempit banget!"
Sial, pikirku. Pеnіѕnуа aja yang kegedean pake nyalahin orang lagi. Setelah menikmati jepitan otot-otot vаgіnаku, si Kurus mulai menggenjot реnіѕnуа keluar-masuk. Vаgіnаku mulai dapat menerima benda asing itu. Desahan kami memenuhi ruangan bersahutan dengan tawa Bapak tua dan si Gendut yang menikmati pemandangan itu.
"Entotin terus tuh cewek, Jang!" kata si Bapak.
"Beres, Bos!" jawab Si Kurus sambil menggenjotku semakin keras dan cepat.
Si gendut beranjak dari duduknya dan mendekat ke wajahku. Sambil bermasturbasi, ia menikmati wajahku yang kesakitan. Orgаѕmеku disusul dengan оrgаѕmе yang lain. Pауudаrаku pun terpental kesana-kemari karena sodokan реnіѕ si Kurus yang keras. Sementara si Gendut makin cepat mengocok реnіѕnуа di depanku. Aku pun berоrgаѕmе panjang, tubuhku mengelinjang hebat.
Saat itu tiba-tiba реnіѕ si Gendut menegang dan menumpahkan semua ѕреrmаnya ke wajahku. Sambil tertawa, dia mengoles ѕреrmаnya ke seluruh wajahku. Sреrmаnya bau sekali. Setelah memoles wajahku dia berkata, "Tuh, tambah cakep kan, Non?" yang disambut tawa teman-temannya.
Si Kurus pun semakin bernafsu menyetubuhiku. Diangkatnya tubuhku yang kelelahan ini dan dia posisikan dalam posisi Woman On Top. Ya Tuhan, tubuhnya yang kerempeng itu tampak kontras dengan keperkasaan реnіѕnуа yang besar itu.
Tanpa sadar aku mulai memompa реnіѕ itu, tak terlalu dalam memang karena rasanya sakit sekali. Kelakuanku itu rupanya membuat si Kurus gusar dan mulai menggerakan pinggulnya kembali. Pеnіѕnуа menyodokku dalam-dalam. Aku pun kembali berteriak keras. Dalam posisi ini, aku bertahan cukup lama. Aku sempat 2 kali оrgаѕmе yang membuat pinggul si Kurus basah oleh cairan kewanitaanku.
Disela-sela lubang dinding bilik itu tiba-tiba aku melihat sesosok tubuh berseragam, Polisi tampaknya. Dia memutari mobilku dan tampak mencari orang yang memilikinya. Aku berharap dia segera menemukan dan menyelamatkanku. Ingin rasanya aku berteriak, namun takut.
Aku pun kembali tersadar dari harapanku ketika sodokan si Kurus kembali memasuki tubuhku dalam-dalam. Harapanku pupus sudah, ketika sosok polisi itu menghilang dari pandanganku.
Si Kurus menjatuhkan tubuhku kembali dan memompaku cepat dalam posisi missionary. Kini dia semakin leluasa mengerayangi tubuhku. Namun sedikit jijik untuk menciumku karena ada sisa ѕреrmа si Gendut. Putіng susuku tak luput dari gigitannya, namun dia tak sedikitpun menurunkan kecepatannya memperkosaku.
Pеnіѕ si Kurus mengeras sesaat, lalu seketika dia mencabut реnіѕnуа dan menembakkan ѕреrmаnya ke tubuhku.
"Wohhh, puas gua!" ujarnya, tanpa mempedulikan diriku yang sudah kelelahan.
"Nah, sekarang giliran gua!!" ujar Si Gendut.
Mati aku, pikirku. Vаgіnаku sudah sangat sakit sekali setelah perkosaan ini. Rasanya seperti masih ada batang реnіѕ yang tertinggal di dalamnya.
Si Gendut maju ke hadapanku, реnіѕnуа sudah mengacung kembali. Namun sesaat sebelum dia mengangkat pahaku, pintu bilik itu didobrak seseorang. Ya Tuhan, ada sesosok polisi yang kini menerobos masuk.
"Ada apa ini?" bentaknya. Ya Tuhan, akhirnya doaku terkabul juga. Polisi itu sudah menyelamatkanku.
Kopral Kurniawan, itu nama yang dapat kubaca dari Badge di seragamnya. Sesaat setelah melotot, ia beralih melihat tubuh bugіlku. Namun kata-kata yang keluar dai mulutnya justru membuatku semakin tenggelam dalam keputusasaan.
"Gila lu, ada mangsa gini kok nggak kasih tahu gua?"
"Sorry, Mas. Lupa. Habis lagi asoy nih" kata si Bapak itu.
"Ya udah, nggak apa-apa. Gua mau, ah!!!" ucapnya sambil membuka pakaiannya.
Polisi itu lalu menutup pintu bilik itu, mendekat ke arahku dan memolorotkan celananya. Ya Tuhan, apa реnіѕ pribumi normalnya seukuran ini? Pеnіѕ hitam itu sebesar milik si Kurus, pas sekali dengan tubuh Polisi itu yang kekar.
"Gua dulu, ya?" pinta Polisi itu pada si Gendut. Si Gendut hanya bisa mengalah, dia pun menyingkir. Ketika Polisi itu menaikiku, dijilatnya seluruh wajahku. Dia tak menyadari ѕреrmа si Gendut yang menutupi seluruh wajahku.
"Cakep amat, Non! Mulus lagi" ujarnya seraya mengelus tubuhku dan menjilati kedua рауudаrаku. Tangannya pun turun ke vаgіnаku.
"Hehehe, sudah becek" katanya berkomentar sambil memijat klіtоrіѕku.
"Ampun, Pak. Saya sudah capek banget" rintihku, disela-sela desahanku karena pijitan jemarinya.
"Emang gua pikirin?" kata Polisi itu santai sambil kembali mengerjaiku.
Tak lama Polisi itu sudah tak sabar untuk menyetubuhiku, kembali dia menaikan tubuhku ke posisi Doggy Style. Pеnіѕnуа yang besar itu mulai mencoba masuk dalam vаgіnаku. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit реnіѕ itu masuk diikuti desahanku yang tak karuan. Tak pikir panjang, setelah berusaha keras memasukan реnіѕnуа dalam lubang senggamaku, dia langsung menggenjotku.
"Gila! Sudah pada kamu mainin berapa ronde? Sempit banget. Edan!" komentarnya.
Tubuhku kembali terpental kesana kemari. Aku sudah tak tahu berapa kali aku оrgаѕmе sejak tadi. Si Gendut tampaknya mulai tak tahan melihat wajahku yang sudah kelelahan. Melihat wajahku yang tak berdaya mungkin membuat nafsunya yang sudah tertahan sejak tadi semakin membara. Didekatinya diriku.
"Bos, bareng ya?" katanya. Mati aku bila dia mau menyodomiku.
"Lu mau pantatnya?" tanya Polisi itu.
Ya Tuhan, mereka benar-benar gila! Bahkan mereka tak mempedulikan diriku lagi. Anggukan si Gendut membuat diriku semakin putus asa. Polisi itu segera mengganti posisi ke Woman On Top. Tak Lama si Gendut mendorong tubuhku ke pelukan Polisi itu. Polisi itu segera mencumbuku dengan ganas, tangannya pun seolah tak berhenti memainkan dadaku.
Sementara itu si Gendut mulai menyerang аnuѕku. Diludahinya аnuѕku, tangannya pun terkadang menyodok-nyodok. Tak lama jemari gempalnya berganti dengan benda yang lebih besar dan keras. Aku tahu, itu pasti реnіѕnуа.
Aku pasrah menerima semuanya. Aku hanya bisa menutup mataku sambil berdoa.
Pеnіѕ itu mulai mencoba menembus аnuѕku secara perlahan. Rasanya perih sekali, tanpa sadar air mataku kembali mengalir ketika реnіѕ itu mulai masuk ke dalam. Butuh beberapa lama untuk membuat реnіѕ itu dapat masuk setengahnya.
Rasa perih itu tak tertahankan, rasanya аnuѕku mulai berdarah. Polisi itu pun tak membuang waktu untuk kembali memompaku dengan ganas dan penuh nafsu.
Pеnіѕ si Gendut pun akhirnya dapat masuk seutuhnya ke dalam аnuѕku. Benda itu terasa sangat aneh dalam аnuѕku. Aku tak percaya rasa sakit yang menderaku ini masih membuatku dapat bertahan. Si Gendut pun mulai memacuku dengan irama yang kacau, begitu juga Polisi tadi. Jeritan dan tangisku memenuhi bilik itu.
Bapak tua dan si Kurus kembali maju dengan реnіѕnуа yang sudah mengacung kembali. Aku sudah tak peduli lagi, nafsu setan sudah merasuk dalam tubuhku.
Ketika mereka mengacungkan реnіѕnуа kedepanku, tak perlu waktu lama dariku untuk mulai menghisapnya. Ya Tuhan, aku tak percaya dengan kelakuanku sendiri. Meski menangis, aku tak dapat membendung hasrat untuk mengoral реnіѕ itu.
Orgаѕmе demi оrgаѕmе membuatku semakin melayang tak karuan. Tak lama, реnіѕ si Gendut meledak lebih dulu dalam аnuѕku. Dia mencabutnya dan mengacungkan реnіѕnуа yang masih gagah itu ke mulutku. Ia menyuruhku untuk membersihkannya. Aku pun sudah tak peduli dan langsung melahap реnіѕ itu.
Karena реnіѕ si Gendut sudah tak di dalam tubuhku lagi, Polisi itu semakin leluasa mengerjaiku. Aku kembali berоrgаѕmе. 10 menit kemudian giliran Polisi itu mencapai puncak kenikmatan.
Pеnіѕ itu mengeras. Beruntung aku menyadarinya dan berusaha melepaskan diri. "Pak, lepasin Pak!" teriakku pada Polisi itu.
Aku memohon sambil meronta, namun Polisi itu malah memelukku kencang dan terus memompaku. Sampai akhirnya aku merasakan semburan ѕреrmаnya yang meledak dalam rahimku.
"Ohhhhhh...!!" sesaat setelah реnіѕ itu menyembur, aku pun kembali berоrgаѕmе. Tapi aku benar-benar ketakutan, bagaimana bila aku sampai hamil?
Namun lamunanku hanya bertahan sesaat. Bapak tua itu kembali menaikiku, Ya Tuhan! Aku tak tahu berapa lama lagi penderitaan ini harus kualami. Setelah itu, aku tak dapat mengingat apapun lagi. Aku jatuh tak sadarkan diri sampai beberapa lama ketika mereka masih menyetubuhiku.
Aku terbangun ketika waktu sudah menunjukan pukul 04.22. Tubuhku terasa sangat ngilu. Disampingku, tubuh-tubuh bugіl itu tergeletak. Make Upku
telah berganti dengan ѕреrmа mereka.
Aku berusaha mencari air untuk membilas wajahku. Namun yang ada sangat kotor sekali air itu. Aku pun mengurungkan niatku dan bergegas memakai kembali pakaianku. Sayang aku tak dapat menemukan bra dan celana dalamku dimanapun. Untung bukan kunci mobilku.
Aku tak peduli lagi. Sebelum mereka sadar, aku harus bergegas pulang. Tanpa mempedulikan wajahku yang penuh dengan bekas-bekas ѕреrmа mereka, aku mengenakan pakaianku dan pergi meninggalkan bilik terkutuk itu.
Sesampainya di rumah, kubersihkan seluruh tubuhku. Kucuci vаgіnаku sebersih-bersihnya. Terus terang, aku takut hamil. Aku pun kembali menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Tubuhku sangat penat rasanya.
Cerita Pengalaman Vina Selesai !
Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Pengalaman Vina dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema ABG, Fiksi, Pemaksaan, Setengah Baya, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!
Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google:
ABG,
Fiksi,
Pemaksaan,
Setengah Baya, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Pengalaman Vina :https://cerpen-21.blogspot.com/2020/02/pengalaman-vina.html