Inilah yang Ku Mau (Bag.17)

Cerita Dewasa Inilah yang Ku Mau (Bag.17) -

Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Inilah yang Ku Mau (Bag.17)". Cerita panas ini memiliki tema tentang ABG, Fiksi, Romantis,

Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.


Aku diam sejenak. Kurenungkan dan kupikirkan dengan baik jawaban untuk pertanyaan itu. Setelah mantap dengan pemikiranku, aku mencoba merangkai kalimat dan mengutarakannya.

"Mmm... Yang jelas kalau aku sudah menemukan orang yang pas dan momen yang pas, aku bersedia nyerahin segalanya, termasuk keperawananku...Gak perlu nahan-nahan lagi harus yang nikah dulu. Ga tahan. Pengen banget ngerasain yang namanya ngentot."

"Aku selama ini selalu menahannya karena terhalang ajaran agama dan kata-kata orangtuaku. Tapi sekarang sudah waktunya aku memutuskan sendiri apa yang aku mau. Aku ingin bebas... bebas melakukan apapun yang aku mau. Aku gak ingin terkekang aturan-aturan lagi... Kalaupun kata orang itu dosa, biarin aku menanggungnya... biarin aku nikmatin dosa itu..."

Ochi sejenak tertegun mendengar jawabanku."Serius banget sih jawabnya? Hihihi" Aku hanya memeletkan lidah. Aku memang serius mengutarakannya. "Kamu pingin seks bebas? Kamu kepengaruh grup banget ya?"

"Mungkin.... hihihi.... Terus terang, aku belum bayangin kalo yang sampe gonta-ganti pasangan, seks sebebas-bebasnya dengan banyak cowok gitu sih Chi seperti Farah dan yang lain.

Untuk yang seperti itu aku ya open mind aja sih sekarang. Aku terbuka dengan ide dan peluang ngeseks kaya gitu. Aku pikir, kenapa tidak? Kayaknya kan asik juga tuh. Hehehe..." Lanjutku berfantasi.

"Ya udah kak... tunggu apa lagi... sama aku aja yuk kak..." Celetuk Fadel mupeng.
"Hihihi... Sudah kuduga deh kamu bakal ngomong gitu. Dasar!" Cibirku. "Maaf ya dek, aku belum lama kenal sama kamu. Kamu emang lebih ganteng dari Eko sih, hihihi... tapi ini kan bukan masalah tampang doang"

"Beruntung banget yah si Eko... Rasain! Kalah kamu dek, hihihi" Ochi menimpali. Sambil mengucek rambut Fadel yang tersenyum kecut. "tapi menurutku sih Eko sebenarnya masih pengen ngentotin kamu... Eko tadi kan ngaku datang cuma mau nganter undangan. Habis itu dia udah ditunggu sama calon istrinya mau pergi ke manaaa gitu kan?" tanya Ochi lagi.

"Hmm, iya... Katanya gitu"
"Makanya, kalo dia turutin nafsunya tadi, kasihan calonnya nungguin terlalu lama. Salah-salah bisa digrebek kalian sama calonnya Eko sama pak satpam juga. Hahaha..."

"Hahaha... Waduh gawat banget tuh kalo sampai kejadian begitu! Masuk akal juga Chi... Jadi menurut kamu, Eko sebenernya masih mau?"
"Pasti! Tapi jangan kamunya yang minta lagi... Jual mahal aja, kamu eksib kayak biasanya ke dia, kasih rangsangan-rangsangan ke dia, tapi jangan minta! Biarkan dia yang nggak tahan dan dia duluan yang minta lagi... Nah kalo udah gitu, terserah kamunya deh mau dimainin kayak gimana..."

"Tapi aku itu udah gak ketemu dia Chi... Gak kayak dulu..."
"Hah, kenapa?" tanya Ochi bingung. Ochi tentu saja belum tau cerita lengkapnya, karena tadi aku hanya cerita garis besarnya saja.
"Duh, panjang cerita sebelumnya Chi... Eko itu udah sekian lama gak datang, karena aku emang nyuruh dia jangan datang lagi... Habisnya aku kasian sama pacar dia kalo sekedar buat pelampiasan. Kalo Eko sampai begitu, rasanya aku jadi benci sama dia Chi... Paham kan?" Aku menghela napas dan melanjutkan.

"Eh ternyata dia nurut Chi... Ga pernah datang lagi dia. Eh, tau-tau tadi datang bawa undangan. Hihi... Makanya perasaanku tadi itu ada yang rindu, campur kagum, campur gemas, campur rasa terimakasih juga karna udah ditolongin! Dan ada rasa sedih juga karena ternyata dia mau nikah. Pokoknya tadi perasaanku campur aduk gitu deh Chi..."

"Trus kalo dia mau nikah gitu, kamu jadi merasa bersalah kalo ngajak dia ngentot tadi?"
"Nggak! Aku tetep pingin dientotin sama dia... Peduli amat sama istrinya"
"Hahaha... Farah ente Dira... Perusak rumah tangga orang."
"Kan aku nggak minta dinikahin Chi... Cuma minta dikawin aja tadi" Ucapku berargumen. "Tapi ya udah deh, udah lewat juga...."

"Ya jangan gitu dong... kan katanya cinta, kamu pedekate dia aja lagi... Kan udah ketahuan kalau dia tanggungjawab sama pacarnya. Trus dia hormatin kamu, mau nurut gitu... Lulus tes dia... Kamu kasih hadiah lah. Hehe. Kalo gak mau dia datang, kamu aja yang ke rumah dia... Surprise!"

"Hahaha, liat ntar deh... asik juga kalau kerumahnya, asal jangan kena usir istrinya aja"
"Hihihihi" Kami cekikikan bareng, tapi Ochi menyadari Fadel yang diam aja dari tadi.
"Kamu kok diam aja dek? Dah ngantuk ya? Sana bobo..." ucap Ochi.
"Nggak ngantuk... Mmm... Kakak bener mau nikah ya sama pacar kakak itu?"

"Yaelah kamu kepikiran itu dari tadi dek? Hihi. Emang kenapa? Wajar kan kalo kakak mau nikah sama dia?"
"Tapi aku nggak suka dia kak."
"Deek, selama kamu mendam perasaan ke kakak, siapapun calon kakak ya ga bakalan ada yg bener di mata kamu deh." Omel Ochi. Fadel terdiam.
"Kakak mau nikah sama presiden pun juga kamu gak bakalan suka dek, kalo kamu cinta sama kakak..."

"Kakak gak cinta sama aku?" Ucap Fadel lugu. Ochi tertawa dan menggeser tubuhnya menghadap Fadel lagi. Dicubitnya pipi Fadel gemas. "Kamu cinta kakak atau nafsu dek? Hihi..." Ucapnya.
"Cinta lah kak... Kakak gak cinta sama aku?" Fadel mengulang pertanyaannya.
"Cintaaa dek, tapi kita tu kakak adek..."
"Aku gak mau kakak adekan doang, aku maunya...." 'cup' Ucapan Fadel terhenti karena Ochi yang tiba-tiba mengecup bibirnya. Fadel langsung terdiam gitu. Ochi kemudian memeluk adeknya.

"Ya ampun kalian ini..." Celetukku gemas. Aku malah yang jadi tersipu melihat tingkah mereka. Lagi-lagi pamer kemesraan di depanku. Duh aku dicuekin, celetukanku tidak direspon. "Aah haus... Aku ambil minum ya?" Ujarku. Aku memang haus, jadi aku langsung berlalu aja ke dapur tanpa menunggu jawaban.

Sekembalinya dari dapur aku malah mendapati Ochi dan Fadel sedang berciuman. "Ehemmm!" Aku berdehem, tapi mereka tak bergeming. Sampai aku naik ranjang dan duduk di samping mereka, ciuman mereka malah makin panas dan saling memagut. Bunyi kecupan dan decak lidah mereka terdengar jelas menggoda telingaku. Bahkan sekarang tangan Ochi sudah mulai mengocok-ngocok kontol Fadel.

Tambahlah suara desahan mereka berdua dan kocokan Ochi menghiasi kamarku. Kuputuskan untuk memperhatikan sejenak tingkah mereka. Benarkah perasaan mereka tidak sekedar nafsu, tapi juga cinta yang tulus? Yang berbeda dengan cinta saudara kandung? Pikirku gemas.

"Chi..."
"Ochi!"
"Iihhh... Kalian nyebelin!" Omelku sambil merangsek memeluk Ochi dari belakang.
"Hahaha... Aduh Ra... Gangguin ajaa... Yuk dek, pindah kamar sebelah! Hihi..." Goda Ochi.
"Gak boleehh... enak aja ninggalin aku sendiri" sergahku manja.
"Duh, gimana nih Dek... diganggu nih..." ucap Ochi ke Fadel.
"Hehehe... Gak apa kak... kalau kak Dira pengen gabung malah bagus, hehehe" ucap Fadel cengengesan mesum.
"Ish... dasar, malah senang" ujar Ochi menjewer hidung adeknya.

"Kak Dira.... jilatin memek kakakku dong... kan giliran kakak yang jilatin memek kak Ochi, hehehe" pinta Fadel cabul tiba-tiba.
"Hushhh... enak aja kamu nyuruh-nyuruh kak Dira gitu..." seru Ochi menjitak kening Fadel. Aku tertawa melihatnya.
"Gak apa kok Chi... aku mau kok"
"Serius kamu mau?" Bisik Ochi berbinar.
"Tadi kan kamu udah bikin aku enak, sekarang gantian" balasku.
"Hehe, aku gak maksa harus gantian kok..."
"Gak apa... aku mau Chi... mau coba..."
"Ya udah... Berarti kita threesome dong?"
"Ayoook!" sahut Fadel bersemangat. Aku dan Ochi tertawa. Jelas dialah yang paling menikmati. Menang banyak dia malam ini. Hahaha.
"Aku sepongin adek, kamu jilmekin aku ya..."
"Hihi... Iyaa siap."

Dengan nakal aku meraih bingkai foto orangtuaku di meja samping ranjang dan kupandangi. "Maaf ya Ma, Pa... pergaulan Dira rusak begini. Ini malah mau lanjut lesbian lagi, juga threesome... Zinah banget kan Ma itu namanya? Dosa banget kan Ma?

Huhu... Gara-gara kak Ochi tuh Ma... udah ngajarin Dira yang gak bener... " Ucapku manja mengajak bicara Mamaku di dalam foto sambil melirik nakal pada Ochi yang ikut tertawa gemas merespon tingkahku.

"Fitnah tante, hihihi" Timpal Ochi tiba-tiba nimbrung hingga bingkai foto itu jatuh ke tempat tidur. Kamipun cekikikan bareng.

Selanjutnya kami bertigapun langsung mulai. Kami malah kagok mengatur posisi. Sambil tertawa-tawa antusias kami mereka-reka posisi yang paling strategis. Fadel dengan gokilnya malah mengusulkan aku dan Ochi sama-sama mengoral kontolnya.

"Ish... maunya! Tapi boleh juga sih nanti..." kerlingku. Dalam hati aku penasaran juga karena pengalaman baru tentunya.

"Haha... Dia sih banyak maunya... Gak perlu diturutin semua Ra..." ucap Ochi yang kini sudah berbaring telentang dengan kaki mengangkang. Aku tertawa kecil, bagiku sih kalau asik kenapa nggak, haha. Akupun kemudian mengambil posisi tengkurap di depan selangkangan Ochi dan langsung mengoral vaginanya.

'Ckrek!' Aku sempat-sempatin dulu selfie dengan bibir menempel di vaginanya. Ochi tertawa melihatku, lalu mulai melakukan blowjob pada adeknya. Posisi Fadel berlutut di sebelah kepala kakaknya itu.

"Ahhh... Ra.... kamu ternyata pinter... hihihi... shhhhhh" desah Ochi menerima jilatanku di sela-sela aktifitasnya menyepong Fadel. Aku senang Ochi suka.
"Mmmmhhh...." aku membalas dengan suaraku tertahan karena mulutku terbenam di memek Ochi.

Selanjutnya yang terdengar di kamar ini hanya suara desahan berserta suara kecipak lidah dan bibir yang bertemu kelamin. Kami bertiga saling mengoral kemaluan satu sama lain dengan liar. Sungguh cabul dan tidak bermoral.

Kami seperti lupa diri dan tidak mengindahkan norma apapun lagi. Tidak peduli kami baru kenal kurang dari sehari, tidak peduli kami sama-sama perempuan berjilbab dan seorang adik kandung yang seharusnya saling menasehati dan menjaga.

Kami malah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Lenguh desah dan keringat memenuhi kamarku. Dinginnya AC tidak mampu mengalahkan hawa panas yang kami keluarkan dari tubuh masing-masing.

Saat Ochi asik menyepong penis adeknya, aku juga asik mengeksplor vagina perawan di depanku. Aku menikmati tugasku tanpa risih dan jijik sama sekali.

Aku justru kagum. Baru kali ini aku melihat kemaluan wanita lain secara langsung dari dekat. Mengamati teksturnya, labia dan klitoris. Meski sederhana, bentuknya sangat indah dan menggemaskan. Klitoris itu seperti tombol getar, yang setiap disentuh, empunya langsung menggelinjang.

seperti yang Ochi lakukan padaku. Lidahku menari-nari di bibir vaginanya. Liangnya tidak henti-hentinya mengeluarkan cairan, rasanya ingin kueksplorasi sampai mengering, sayang liang yang masih perawan itu tidak mungkin kuobok-obok sampai ke dalam-dalamnya. Ochi berkali-kali merintih manja begitu jariku mencapai selaput daranya. Seksi sekali suaranya.

Aku menjilati memek Ochi dengan berbagai macam posisi. Ketika puas dengan posisi Ochi yang telentang, sekarang aku yang telentang, sedangkan Ochi menduduki wajahku.

Fadel sendiri berdiri di samping kakaknya ngentotin mulut kakak kandungnya itu. Ochi menggerakkan pinggulnya seperti orang bersetubuh. Dia tampaknya sedang horni sampai gerak-gerakin pinggul seperti itu. Jadi susah deh aku jilatin memeknya, haha.

Aku aja walau kebagian tugas menjilati memek tapi juga jadi horni banget. Ugh.... cewek berjilbab macam apa aku ini menikmati banget jilatin memek

"Ah... Chi... diem dong..." Aku yang gemas akhirnya menahan Ochi dengan merangkul pinggangnya. Diapun jadi gak bergerak lagi, sehingga aku bisa jilmekin Ochi dengan benar, hihi.

"Ganti posisi lagi yuk kakak kakak, hehe" ajak Fadel yang sepertinya lelah berdiri. Sekarang Fadel yang telentang, Ochi menungging sambil kembali menyepong kontol adeknya. Sedangkan aku berada di belakang Ochi menjilati memek seniorku itu.

Kadang gak hanya memeknya yang kujilati, tapi juga lubang pantatnya. Bentuknya yang imut bikin aku gemas sih. Lubang pantat Ochipun habis kujilati dan kutusuk-tusuk pake lidah dan jariku. Duh... makin gila aja.

"Ahhh... Dira... nakal ya kamu...." lirih Ochi merespon aktifitasku. Dia tampaknya menikmati perlakuanku. "Ah... Awas ya... nghhhh.... nanti aku balas" tambahnya yang menggelinjang kegelian. Aku membalasnya dengan tertawa. Justru aku gak sabar menerima pembalasannya nanti

Meskipun aku berkata kalau kali ini adalah giliran aku untuk jilmekin Ochi, tapi Ochi kemudian menawarkan untuk kembali jilmekin aku, lebih tepatnya memaksa sih, haha.

Sebenarnya aku ingin terus jilmekin Ochi sampai dia orgasme, tapi aku gak nolak kalau Ochi mau jilatin memekku lagi, soalnya enak sih, hihihi. Akhirnya kamipun saling jilat memek. Saling kobel dan saling colek kelamin. Berkali-kali kami nyaris membobol gawang selaput dara satu sama lain.

Posisi kami berganti-gantian, duduk, berdiri, berbaring dan berguling-gulingan di atas ranjang yang sebenarnya tidak terlalu besar. Ochipun beneran membalas perbuatanku tadi dengan memainkan lubang anusku pake lidah dan jarinya. Rasanya gak nahan!

Aku kewalahan. Aku yang gampang horni langsung kelojotan dibuatnya. Gak butuh waktu lama hingga akhirnya aku orgasme. Huhuhu... padahal niatnya pengen bikin Ochi orgasme, malah aku yang orgasme duluan.

"Hihihi... Dira.....! Malah kamu yang muncrat, hahaha" gelak Ochi. Aku tersenyum saja dengan wajah sayu. Aku harus segera bikin Ochi orgasme untuk balas budi! Aku jadi merasa berdosa kalau belum bikin Ochi orgasme. Dengan cepat aku menubruk tubuhnya lagi. Betul-betul gak bermoral.

Kami kembali saling cium, saling pelukan, saling menjilati buah dada, hingga saling menjilati memek dengan sepenuh hati. Aku heran kenapa aku bisa sangat menikmatinya, seakan-akan aku memang seorang lesbian. Aku juga yakin kalau Ochi kali ini tidak lagi sekedar nyenangin adeknya. Dia menikmatinya. Ugh... Akhwat gak benar nih kami, haha.

Selagi aku dan Ochi asik bercumbu, Fadel sesekali mencari kesempatan untuk mengelus dan meraba-raba tubuh kami, terutama tubuhku. Takut-takut gitu dia awalnya nyentuh aku karena mengira aku akan marah.

Tapi karena terus aku diemin, perlahan dia makin berani jamahin aku. Yang mana tadinya hanya mengelus tangan, betis, punggung ataupun membelai kepalaku, kini mulai berani meremas pantat dan menggrepe buah dadaku. Tangannya kini sudah berani mencolek putingku yang berdiri mancung. Ugh... makin horni aku dibuatnya! Malam ini betul-betul jadi malam yang 'panas!'

Bingkai foto orang tuaku yang masih tergeletak di ranjang, kadang tertindih oleh badan kami yang bahkan tidak merasa terganggu sama sekali. Parahnya bahkan ketika Ochi orgasme, dia muncrat membasahi foto itu. Aku memekik ketika menyadarinya.

"Kyaah Ochiii... Ga sopan kamuu. Duuh... Maaf ya Papa Mama... Hahaha" Kuangkat bingkai foto itu, lalu kutepis-tepiskan ke arah Ochi. Kami tertawa-tawa lagi. Buru-buru kukembalikan bingkai foto itu ke atas meja di samping ranjang. Dan, aksi kami pun kembali dilanjutkan.

Kami belum puas. Tepatnya aku belum puas, haha. Entah berapa lama lagi kami bertiga masih saling mencumbu setelah itu. Dan di sela-sela percumbuan itu tak lupa kami saling mengambil foto dan share di grup.

Entah berapa foto yang sudah kami share, kami tak menghitungnya. Biarlah besok pagi teman-teman mendapati grup penuh foto cabul kami berdua dan Fadel. Hahaha. Cukup lama juga aku dan Ochi kembali saling memuaskan sambil digangguin Fadel. Kami muncrat berkali-kali, tapi aku yang paling sering.

"Eh... ayo dong kalian nyepongin kontolku bareng-bareng" pinta Fadel yang sepertinya penasaran banget dari tadi pengen merasakan dioral dua kakak-kakak cantik.

Ochi melirik ke arahku. Karena aku lagi horni, akupun langsung tersenyum mengangguk. Aku pikir tidak ada salahnya menambah pengalaman. Aku sudah pernah mengulum penis Eko sebelumnya. Ini akan menjadi penis kedua yang masuk ke mulutku. Tapi gak tahu juga sih apakah nanti bakalan ada penis ketiga, keempat dan seterusnya yang kusepongin, hihi, binal ah.

"Dasar nakal kamu dek... nih kita turuti kemauanmu, senang kamu!?" ucap Ochi setelah mencubit hidung adeknya. Fadel hanya cengengesan bangga. Akupun ikut tertawa.

"Yuk Chi... Sini dek kontolmu...." kerlingku.

Aku dan Ochi lalu berlutut di depan Fadel dan mulai melakukan oral padanya. Sulit digambarkan rasanya ketika aku menjilati batang penis tersebut, apalagi ketika penis itu masuk ke mulutku.

Seperti dengan Eko waktu itu, lagi-lagi aku terangsang hebat ketika mulutku dijejali penis. Bikin rasa horniku makin menjadi-jadi. Memikirkan kalau kelakuanku ini jorok, memikirkan kalau penis yang bukan muhrimku berada di mulutku, justru membuat vaginaku jadi tambah basah. Lacur kan?

Rasanya berbeda ketika mengulum penis Eko. Mungkin ukurannya. Punya Fadel agaknya sedikit lebih besar dari Eko. Wajar sih karena Eko masih SMP, sedangkan Fadel udah jadi mahasiswa. Punya Fadel juga lebih terawat dibanding Eko.

Yang bikin seru tentu saja karena harus mengoral penis berdua dengan Ochi. Sama-sama kita mengoral kontolnya si Fadel. Bergantian menjilat dan mengulum, dan bahkan berebut.

Aku dan Ochi sering tertawa cekikikan karena berebutan. Gemes sendiri aku melihat Ochi yang walaupun udah sering tapi tetap gak mau kalah, hahaha. Ah.... Begitu seksi dan erotis sekali adegan double blowjob ini ketika ku lihat dari cermin.

Terlihat jelas gimana lacurnya kelakuan kami ini. Tubuh putihku tampak memerah karena kepanasan dan mandi keringat. Wajahku apalagi, lebih berantakan. Tapi aku tetap merasa cantik, bahkan ku rasa aku jadi tambah seksi deh. Hahaha... pe de.

"Lihat sini dong...." ucap Fadel mengarahkan kamera hape pada kami. Dengan cepat aku memasang ekspresi seimut dan senakal mungkin, begitupun Ochi.

Ckrek! Sebuah foto diambil. Sebuah pose yang amat cabul terabadikan. Dua cewek kuliahan yang cantik, putih mulus, sedang menempelkan lidahnya pada sebatang penis!

"Duh... cantiknya kalian...." puji Fadel yang bikin aku tambah semangat. Selama dioral, diapun terus berkali-kali mengambil foto kami. Tapi dia tidak bisa terlalu berlama-lama. Gak tahan dianya. Ya iya.... siapa juga cowok yang bisa nahan disepongin dua cewek cakep sekaligus

Ketika akan merasa keluar, Fadelpun meminta berhenti. Aku dan Ochipun ngeledekin dia.
"Hahaha... kan kamu sendiri yang minta dek..." ledekku.
"Hihihi... adeek adekkk" gelak Ochi.
"Iya kak... aku suka kok, tapi gak pengen cepat-cepat ngecrot, hehe"
"Hahaha, ya deh... terus sekarang ngapain?" tanyaku. Fadel menatap buah dadaku. Sepertinya aku tahu apa yang akan dipintanya, haha.

Benar saja, Fadel ingin melakukan titfuck denganku. Dia sepertinya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Sumpah deh mesum banget ni anak, gak salah yang Ochi bilang, haha.

Lagi-lagi karena emang udah kebawa nafsu dari tadi, akupun membolehkan. Ku persilahkan dia ngentotin buah dadaku. Dengan akunya yang masih berlutut, Fadel mendekati dadaku. Akupun dengan senang hati membantu merapatkan buah dadaku dengan tangan sehingga penisnya bisa keluar masuk dengan leluasa.

Ejakulasinya Fadel yang sudah kesekian kali ditunda pada akhirnya tidak terbendung lagi. Dengan cepat dia menarik kontolnya dari dadaku dan memanggil kakaknya.

"Kak aku keluaarr...!" Erang Fadel.
"Sini buat kakak..." Ochi sigap mencaplok dan mengoral kontol Fadel dengan lahap. Kepalanya naik turun di atas selangkangan Fadel sampai akhirnya Fadel meledak.

"Kaakk... Aahhh...."
"Mmhhh.... mmhhh."

Aku tidak melihat semprotan sperma Fadel, hanya batang kontol yang berkedut-kedut karna mulut Ochi sama sekali tidak dia lepaskan dari ujungnya. Ochi merem melek seirama dengan kedutan di kontol Fadel. Takjub aku melihatnya.

Peju Fadel dikeluarkan di mulut kakak kandungnya itu seluruhnya. Tak ada setetespun yang mengalir keluar dan terbuang. Fadel mengerang panjang sampai titik peju penghabisan dan terhempas lemas.

Ochi duduk sambil tertawa namun tanpa membuka mulut. Bibirnya terkatup rapat sambil melirikku. Gemas aku melihatnya, ternyata Ochi tak langsung menelan peju Fadel, melainkan menyimpannya di mulut.

"Mau Chi.... " Ucapku tanpa mikir. Entah dapat ilham darimana aku sampai berkata seperti itu. Ochi sendiri seakan gak percaya aku berkata demikian. Dia kembali tertawa tanpa membuka mulut.

Ochi kemudian mendekatiku. Tanpa merasa jijik kami kemudian melakukan cum swaping! Ochi memindahkan peju adek laki-lakinya itu dari mulutnya ke mulutku.

Setelah peju itu tertransfer seluruhnya, giliran aku yang menutup mulutku rapat. Meskipun aku tidak jijik, tapi aku masih belum tahan dengan aroma sperma, apalagi memenuhi mulutku begini.

Sementara Ochi cekikikan sambil mengecupi bibirku. Dia tahu kalau aku belum terbiasa. Ya sebelum ini lagi-lagi memang hanya peju Eko yang pernah masuk ke mulutku. Itupun langsung ku muntahkan.

Kami menoleh pada Fadel yang menatap pias. Sambil tertawa menggoda, Ochi memberi aku isyarat untuk memindahkan peju Fadel ke mulutnya lagi. Dengan antusias aku pun menurutinya. Peju Fadel ini cukup banyak dan kental sehingga terasa penuh di mulutku. Meski bukan pertama kalinya ini aku merasakan peju, tapi rasanya sungguh berbeda kali ini.

"Bentar kak... Ku videoin." Usul Fadel.
"Ah iya hampir lupa, bentar Ra... Ayo dek..." Sahut Ochi antusias.
"Hu'ummm..." Gumamku dengan mulut masih penuh peju.

Begitulah Fadel merekam akhir dari aksi kami malam ini. Sungguh cabul rasanya memindahkan peju dari mulut ke mulut kami. Rasanya, jangan ditanya. Jijik jelas.

Tapi entah bagaimana kami bisa mengesampingkan itu. Karna saat Ochi memindahkan peju ke mulutku Fadel belum sempat merekam, kami pun mengulanginya lagi. Ya ampun... aku menerima peju dua kali dari mulut Ochi!

Supaya adil aku memindahkannya lagi ke mulut Ochi. Haha. Sungguh gila! Setelah seluruh peju kuludahkan ke mulut Ochi lagi, bukannya menelannya, Ochi malah memburu bibirku dan melumatnya. Kami saling memagut lidah dalam keadaan peju Fadel masih utuh di mulut Ochi. Walhasil sebagian peju mengalir ke mulutku, sebagian besarnya lagi mengalir keluar dan menbasahi dagu kami.

Seakan tak ingin menyia-nyiakannya, Ochi menjilati dagu dan sekitar mulutku untuk membersihkan seluruh peju di situ dan menelannya habis. Aku pun merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang sama pada Ochi, tapi tidak ku telan, hanya ku jilati, ku kumpulkan di mulut lalu ku kembalikan lagi pada Ochi untuk ditelannya.

"Slurrpphh... Slurrpp... Mmuaahh... Mmmhh... Cup cup...."
"Hihihi..." Kami tertawa dan saling menatap untuk beberapa saat, sebelum kemudian berpaling ke kamera sambil saling menempelkan pipi kami. Kami pun seakan berlomba-lomba memasang wajah imut.
"Cantiiik..." Desah Fadel lirih. Dia mematikan rekamannya dan menghempaskan diri.

"Lihat hasilnya deek..."
"Ini lihat sendiri kak..." Gumam Fadel mengacungkan HPnya, tanpa bangkit lagi. Agaknya lemas sekali dia. Sebenarnya kami juga sudah sangat kehabisan tenaga. Setelah saling menyeka wajah dengan tissu sekedarnya, kami pun berbaring sambil melihat rekaman terakhir kami malam itu.

"Yaa ampun Chi, cabul banget kita..."
"Hihi... Dishare nggak nih?"
"Wajib! Haha..."
"Sayang awalnya ga kerekam ya..."
"Nanti dituduh hoax lagi, dikira bukan peju beneran, hihihi"

Setelah mengirim video ke grup, kami tidak menunggu video itu terupload sempurna, kugeletakin begitu saja HPku sambil menguap. Ochi berbisik menunjuk Fadel yang sudah terlelap.

Aku mencegah Ochi membangunkannya. "Biar Chi. Gapapa." Gumamku. Berat sekali rasanya mataku. Ochi juga sudah mulai menguap. Dalam sekejap segalanya pun menjadi gelap.

Kami tertidur tanpa mengetahui persis jam berapa saat itu. Kami terlelap berpelukan, dengan kondisi kasur berantakan, selimut yang terlempar entah kemana, dan sprei yang basah kuyup oleh campuran keringat dan cairan cinta kami. Bingkai foto orang tuaku yang tadi sudah kuamankan pun sudah terjerembab di lantai, entah sejak kapan kami menjatuhkannya.

***

"Diraaaa... bangun! Kesiangan kita nih..." Ochi menggoncang-goncangkan tubuhku dengan kencang.
"Iyaa... Chi... Bentar..." Aku menguap dan menggeliat.
"Cepetan... Ni anak... Udah terang..." Kali ini Ochi menepuk-nepuk pipiku gemas.

Aku yang selama ini tinggal sendirian sebenarnya sudah terkondisi bangun pagi dengan kesadaran sendiri. Bahkan tanpa alarm sekali pun aku sudah terlatih untuk bangun tiap jam 5 pagi tiap harinya demi menunaikan kewajibanku. Tapi kali ini agak berat rasanya membuka mata. Gara-garanya, apa lagi kalau bukan gara-gara 'lembur' semalam? Ah, aku jadi makin merasa berdosa...

Pelan-pelan kubuka mataku dan mendapati wajah Ochi cemberut kesal. Hihi... Aku jadi teringat Mamaku yang selalu membangunkanku dengan gigih tiap pagi jaman aku SMU dulu.

"Iyaa Mamaa... Dira bangun..." Godaku cengengesan.
"Gara-gara kamu nih, kesiangan kan kita... Ayo cepetan mandi..."
"Hehe... kok gara-gara aku sih Chi? Oaahhahemmm..." Aku menguap dan mengucek mataku, lalu bangun dan terduduk di kasur.

"Aku pinjam handuk ya, sama nanti pinjam mukena juga. Aku gak bawa... Kamar mandi selain yang di kamar tamu ada lagi nggak?"
"Ga ada Chi, cuma itu dan yang di kamar ini..." Ucapku setengah sadar.
"Ya udah ayok mandi bareng biar cepet..."
"Harus mandi ya Chi?"
"Iya lah..."
"He he, kan nggak ngeseks?"

"Tapi kan muncrat-muncrat juga... kena peju lagi... Udah ah gak usah debat... Ayok..." Ochi menyeretku bangun. Aku mengikuti saja meski masih lemes. Cara membangunkan Ochi benar-benar mirip Mama. Ah Mama... Dira kangen! Nanti kutelepon ah, pikirku.

Byurrrr....!
"Kyaaa... Ochiiii... Dingin!!" Protesku.
"Biar melek, ngelamun aja sih..."
Benar saja, aku memang langsung melek seketika, dan baru nyadar juga tau-tau mendapati diri sudah berada di kamar mandi berdua dengan Ochi.

Byurrr...!
"Aahh... Chiii aku bisa mandi sendiriii..."
"Kelamaan... Hihihi..."
Byurrr...!

***

Waktu menunjukkan jam 7 pagi. Aku berjalan melenggang keluar kamar cuek bertelanjang ria. Kudapati Fadel duduk terkantuk-kantuk di sofa ruang tengah di depan tv, sementara Ochi sibuk masak mie instan dan telur di dapur.

Ochi tadi 'seenaknya' membagi tugas, aku disuruh membereskan kamarku, sementara dia bikin sarapan. Duh, Ochi lagi-lagi bikin aku teringat Mama.

Tugasku membereskan kamar selesai lebih cepat dibanding tugas Ochi di dapur. Tapi aku dilarang membantunya. Meskipun diatur-atur oleh orang yang notabene 'bukan siapa-siapa'ku, tapi aku menurutinya saja.
Entah kenapa aku justru senang-senang saja dan bahkan merasa gak enak hati juga, karena mestinya aku yang mengerjakan semuanya kan? Tapi begitulah Ochi tidak bisa dibantah. Kayaknya memang karakternya begitu sih, dan aku lihat dia enjoy banget melakukannya. Mungkin terbiasa meladeni adeknya juga di rumah.

Yang jelas aku suka jadi lebih akrab aja sama Ochi, bahkan berasa punya kakak baru. Farah dan Nana yang udah bercanda 'kakak-adekan' aja belum seperti aku dan Ochi. Mereka bahkan ketemu aja belum.

Tapi aku jadi membayangkan seandainya mereka beneran ketemu, lalu berdua digangbang bergiliran pasti seru banget ya? Hihihi... Sekali ketemu langsung nakal-nakalan bareng. Sama kayak aku dan Ochi semalam.

Duh... Ingat-ingat kejadian semalam membuatku jadi merinding horni. Hihihi. Pikiranku ngelantur kemana-mana! Masih pagi juga.

"Hai dek...!" Sapaku sambil duduk menjejeri Fadel.
"Eehh... Ka..kak..." Desah Fadel kaget. Meskipun awalnya Fadel agak melek mendapatiku telanjang bulat di sampingnya, tapi matanya langsung redup lagi.
"Hihihi... Bangun dek... Tadi udah melek juga lihat kakak..."
"Iyaa kak.. Hehe... Super ngantuk kak." Aku mencium wangi tubuhnya, dan rambutnya kulihat juga sudah klimis. Agaknya dia sudah dibangunkan Ochi lebih awal dan sudah mandi. Tapi masih ngantuk aja setelahnya. Gemes juga. Dengan binal aku meraba selangkangannya.

"Kamu masih ngantuk tapi 'inimu' udah bangun lho dek? Hehe, gimana sih otak sama kontol gak sinkron?" Godaku. Tanpa tedeng aling-aling kukeluarkan kontol Fadel dari boxernya.

"Kaa... Kakak..." Desah Fadel lemas. Dengan gemas aku memeluk dan mencium pipinya, lalu aku beringsut ke bawah dan mengulum kontolnya. Entah apa yang kupikirkan, aku spontan saja melakukannya. Ahh... kacau... aku nakal banget sekarang! Kenapa sih aku jadi gini? Otakku hanya diisi dengan keinginan berzinah aja nih sejak semalam.

Semoga ini bukan bentuk pelarianku dari Eko. Tapi sepertinya, apa yang sudah kualami selama ini, memang telah banyak merubah diriku. Di mulai dari kenekatanku pamer aurat di berbagai kesempatan, berkenalan dengan Dodi, berkenalan dengan teman-teman baru di group, hingga mengalami percobaan pemerkosaan, dan yang paling banyak membuat aku berubah tentunya adalah pertemuanku dengan Eko.

Kembali fokus dengan yang sedang ku lakukan, Fadel saat ini mendesah-desah sambil masih terpejam. "Aahh.. Kak.. Kak Ochiii... Aahhh...!"

Ish... Sialan, pikirku gemas. Aku yang menservis, eh malah Ochi yang disebut-sebutnya. Ngelindur ni anak. Dasar brother sister complex! Diam-diam tersirat rasa iri di hatiku membayangkan hubungan Ochi dan Fadel ini.

"Wooyy anak perawan!!!"

Bujug! Aku sampai terlompat dari tempat duduk saking kagetnya. "Ochiiiiii... Ngagetin aja! Hampir aja kugigit kontol Fadel! Kalo putus gimana?" Protesku dengan jantung berdegup kencang. Lagi nyepong kontol kok dikagetin!

"Kaak... Aduuh..." Gumam Fadel yang sudah melek sambil meringis kesakitan. Hahaha, agaknya kontolnya memang sempat tergigit olehku tadi. Maaf ya dek... Kakakmu itu sih! Ucapku geli dalam hati.

"Hahaha..." Ochi tergelak. "Awas kalo sampe kontol adekku putus, hihihi!"
"Kalo putus ya gara-gara kamu. Iya kan dek?" Balasku. Fadel diam saja menahan sakit. Rautnya tampak bingung. Masih setengah sadar dia. Hahaha. Gemesin.

"Kamu sih pagi-pagi udah cabul aja, bugil lagi di dalam rumah..." Ujar Ochi cekikikan.
"Yee biarin... rumah sendiri ini..." Cibirku.

Ochi sendiri belum melepas mukena sejak tadi. Dia menaruh nampan berisi 3 gelas air putih dan 3 piring mie goreng dan telur ceplok. "Kamu pakai nasi nggak?" Tanyanya.
"Yaelah Chi, orang Indonesia banget sih, makan mie pakai nasi... hihihi" Ledekku.
"Hihihi, ya kan aku memang orang Indonesia"

Enak banget tipe kayak Ochi ya, makan apa aja ga usah khawatir jadi gendut. Pikirku iri. "Chi lepas dong mukenanya, nanti kusut..." Ucapku gemas melihat Ochi yang tak juga melepasnya.

"Aku jadi ketularan kamu nih, males pake baju... Aku lepas tapi jangan dinakalin ya?" Goda Ochi sambil melepas mukenanya.

"Yang ada juga aku kali yang kamu nakalin..." Balasku. Tapi harus kuakui, darahku berdesir melihat Ochi telanjang lagi. Duh, kok jadi biseksual begini ya aku. Fadel sendiri sudah benar-benar melek sekarang. Gimana nggak, di hadapannya sudah ada dua cewek bugil dan sepiring mi goreng dengan telor ceplok.

"Enaak...!" Pujiku setelah mencicipi mie goreng buatan Ochi.
"Yaelah... Mie instan doang... Hihihi."
"Tapi beda, kalo aku yang bikin kok ga bisa seenak ini...? Telurnya juga enak..."
"Hehe, cuman kukasih bumbu tambahan dikit kok... Ya udah kalo enak habisin ya..."

Pagi ini rasanya bahagia sekali sarapan telanjang bareng Ochi. Ternyata betul, bahagia itu sederhana. Hehe. 'Terimakasih ya Ochi, Fadel.' Gumamku dalam hati.

Rasanya tak ingin mereka pulang. Tapi bagaimanapun juga mereka pamit setelah sarapan. Aku melepas kepergian mereka di pintu rumah. Ochi yang sudah di dalam mobil tertawa aja melihatku yang masih cuek bertelanjang.

"Ya ampun Dira... Udah cepetan masuk. Aku pulang!"
"Iyaa... Hehe, aman kok gak ada yang bakal liat" sahutku percaya diri.
"Hihihi, dasar calon lonte!" celutuk Ochi. Aku tidak tersinggung sama sekali mendengarnya. Justru merasa geli.
"Biarin!" balasku memeletkan lidah. "Dadaah, Ochi... Fadel... Miss u already..." Merekapun hilang dari pandanganku.

Ahh... kalau diingat-ingat lagi, aku gak percaya sudah melakukan hal yang begitu mesum semalam bersama mereka. Sampai sekarang aja rasanya semalam seperti mimpi, pertemuan kami sudah mengantarkan kami pada aksi lesbian dan threesome! Sebuah kecabulan yang bahkan belum pernah kufantasikan.

Dan nggak nyangka juga, ternyata aku begitu menikmatinya. Padahal kami banyak sekali menahan diri karna liang kami sama-sama masih suci. Andai tidak perlu menahan diri, kenikmatan seperti apa lagi yang kurasakan ya? Aku jadi bertekad dalam hati untuk melepaskan keperawanan sehingga bisa merasakan kenikmatan yang lebih.

Mama... Ijinkan Dira berzinah, please...
Eh iya, harus siap-siap pergi kuliah!





Cerita Inilah yang Ku Mau (Bag.17) Selesai !


Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Inilah yang Ku Mau (Bag.17) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema ABG, Fiksi, Romantis, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google: ABG, Fiksi, Romantis, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Inilah yang Ku Mau (Bag.17) :
https://cerpen-21.blogspot.com/2020/03/inilah-yang-ku-mau-17.html

Lebih HOT !!!