Inilah yang Ku Mau (Bag.19)

Cerita Dewasa Inilah yang Ku Mau (Bag.19) -

Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Inilah yang Ku Mau (Bag.19)". Cerita panas ini memiliki tema tentang ABG, Fiksi, Romantis,

Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.


"Ya ampun kak Dira nakal banget, hahahaha" Sial! Aku sampai lupa kalau Riki dan teman-temannya masih di sini. Ini masih belum berakhir
"Iya... hot banget kak... kita rekam semua lho tadi..."
"Apaan sih rekam-rekam segala!?"
"Kak... kita mau juga dong grepe-grepe kakak kayak mas tadi...."
"Gak boleh!"
"Yah kakak... kalau gitu kak Dira pilih deh kita grepein atau kakak sendiri aja yang grepe diri sendiri" sanggah Riki dengan entengnya.

"Enak aja... kalau kakak gak mau pilih gimana?" ujarku.
"Ya terpaksa deh kita perkosa kak Dira" jawab Riki makin berani.
"Gak mau! Enak aja main perkosa seenaknya, kakak masih perawan tau!" protesku sambil pura-pura masang muka galak.
"Hahaha, namanya diperkosa mah emang gak mau kak... kalau mau namanya doyan, hehe" jawab Arman sambil berusaha mendekatiku perlahan diikuti yang lainnya.

Reflek aku mundur untuk menghindari mereka, tentunya sambil menutupi bagian intimku sampai akhirnya aku terpojok di tembok. Aku pikir daripada aku diperkosa beneran mending aku grepe diri sendiri aja. Pengen tahu juga gimana sensasinya masturbasi di depan bocah-bocah mesum ini.

"Bentar, kakak udah punya pilihan"
"Wah... kak Dira milih apa? Diperkosa apa minta diperkosa? Hehe" jawab Riki yang menjengkelkan tapi membuatku makin horni.
"Kakak milih masturbasi di depan kalian deh" jawabku sambil menahan malu, pastinya mereka bisa melihat mukaku yang mulai memerah.

Gak kupungkiri kalau aku juga sebenarnya masih horni. Masih pengen merasakan enak walaupun dengan kurir tadi sudah berkali-kali orgasme. Gila ih, aku lacur banget ya sekarang.

Tanpa menunggu lagi, aku langsung meremas dadaku perlahan sambil menatap sayu ke mereka. Aku mengeluarkan desahan manja yang sepertinya membuat mereka makin mupeng.

"Kak Dira suka ya kalau telanjang dilihatin sama kita?" Tanya Riki memancingku, tapi aku tidak menjawab pertanyaannya karena terlalu asik bermasturbasi ria.
"Iya kakak suka banget diliatin kalo lagi telanjang" jawabku menahan malu. Meskipun menahan malu tapi jari tanganku tetap bermain di puting dan klirotisku.
"Hehehe, ayo kak lanjut terus...." ucap Riki yang entah sejak kapan sudah mulai lancang mengeluarkan penisnya yang udah tegang.
"Iya... kakak lanjutin" jawabku.

"Bagus kak... kalo bisa sebinal mungkin, kan kalo dijual videonya ke temen bagus, ntar kak Dira jadi bintang bokep SMP kita, haha" ucap Fikri yang dari tadi memegang hapenya yang tak lain sedang merekamku.

"Coba aja kalau kalian berani sebarin!" ucapku. Tapi mendengar ucapannya yang mau nunjukin ketelanjanganku ke teman-temannya yang lain malah membuatku semakin horni. Tanpa disuruh lagi aku semakin mempercepat gesekan jariku di klirotis dan putingku.

"Ahhhh.... sshhhhhh" aku mendesah-desah sambil memasang wajah sebinal mungkin seperti kata Fikri. Tampaknya tidak lama lagi aku akan orgasme. Kupercepat gerakan tanganku. Tapi tiba-tiba Riki menghentikan masturbasiku dan menahan kedua tanganku.

"Riki kenapa?" tanyaku menatap sayu.
"Kak Dira pengen orgasme ya?" aku menjawab dengan anggukan.
"Dibikin orgasme sama kita mau kan?" tanyanya lagi. Aku yang sudah tanggung lagi-lagi hanya bisa menanggukkan kepala.
"Memohon dong kak"
"Memohon sebinal mungkin kak" tambah Arman.

Aku yang sudah terlanjur hornipun hanya bisa menuruti perkataan mereka. "Plis... Bikin kakak orgasme, kakak milik kalian seutuhnya, tapi jangan sampai dientotin... sshhh... kakak masih perawan..." ucapku dengan memasang ekspresi binal.

"Hahaha, binal banget kak, tenang aja kak, perawannya kakak bakal aman sama kita, tapi kalo kakak pengen perawannya dilepas Riki siap kok kak, hehehe" ucap Riki.

Riki langsung memelukku dari belakang dan menuntunku untuk duduk di lantai karena memang sedari tadi posisiku berdiri. "Ssshhh..." aku tidak bisa menahan desahanku ketika Riki mulai menjilati sekitar telingaku. Ketiakku juga kemudian dijilatinya. "Ughh....." tubuhku mengejang karena tiba-tiba Riki memilin putingku.

"Gimana kak? Diterusin apa berhenti?" tanya Riki.
"Terusin...."
"Bilang dong kak kalo kakak pengen jadi lontenya kita, hehe" ucap Riki.
"Bilangnya sebinal mungkin kak, biar hasil videonya bagus, hehe" ucap Fikri lagi-lagi menyuruhku menjadi binal.

"Ahhh... aku Dira.... gadis kuliahan dari keluarga baik-baik, bersedia jadi lontenya bocah SMP mesum dan dekil... Ughhh... Riki, Fikri, Didik, Arman... kakak lontenya kalian... ahh... puasin kakak plis..." ucapku diikutin suara desahanku.

Tiba-tiba Riki membalikkan badanku dan membuatku menungging. Gak lama kemudian aku merasakan ada yang mengelus-elus lubang anusku, ternyata Riki sedang memainkan jarinya di sana. Jari-jarinya bahkan sesekali masuk ke lubang anusku dan membuatku kegelian dan reflek menggoyang-goyangkan pantatku.

"Kak enak ya diginiin?" Tanya Riki yang kujawab anggukan kepala saja.
"Nih pecun, sepong kontolku" ucap Arman yang telah berada di depanku sambil menyodorkan penisnya ke mulutku. Dia sepertinya sudah tidak tahan melihat kondisiku.

What!!?? Hell nooooo!! Masa aku harus nyepong kontol lagi!?
"Enak aja... emang kamu siapa!" tolakku.
"Kakak kan udah orgasme... kami belum" balas Arman.
"Iya nih... ayo dong kakak cantik...." ucap mereka memohon. Sialan mereka ini.
"Itu sih bukan urusan kakak... Hmm... ya udah deh... tapi habis ini kalian langsung pulang... kalau kalian minta macam-macam lagi, kakak beneran marah"
"Hehehe... oke kak"
"Yihiiii.. senang banget akhirnya bisa disepong sama kak Dira yang cantik"

Ya... akhirnya akupun melayani mereka. Aku menyepong 4 penis sekaligus! Sambil direkam dan amat sadar kamera karena berkali-kali Fikri menyuruhku tersenyum ke arah lensa.

Benar-benar gila. Aku semakin seperti wanita murahan yang gak tahu norma dan agama, tapi kenyataannya aku justru ngerti banget ilmu agama, pendidikanku juga lebih tinggi dari mereka.

Tapi semua ilmu dan pendidikanku yang tinggi jadi tidak berguna saat aku dilanda horni. Saat aku horni, aku bagaikan pelacur.

Mereka mengerang-erang keenakan menerima sepongan dan kocokan tanganku. Dan lagi-lagi aku dibuat orgasme saat melakukan hal cabul seperti ini.

Aku terus memberikan pelayananku pada mereka bagaikan seorang lonte. Hingga akhirnya mereka semua tidak tahan menahan pengen muncrat. Dengan waktu hampir bersamaan mereka mengangkangi wajahku dan menumpahkan peju mereka beramai-ramai ke wajahku. Ugh! Wajahku jadi nampan peju mereka!

"Hehehe... gimana kak? Enakkan main sama kita?" tanya Riki.
"Enak apanya... lihat kakak jadi harus mandi lagi!! Udah sana kalian pulang!!"

Kali ini aku serius menyuruh mereka pulang. Gak melunak lagi. Ini sudah cukup. Apa yang sudah terjadi sudah amat parah dan keterlaluan. Merekapun mau mendengarkan. Mereka tahu kalau aku serius. Mungkin mereka takut kalau aku marah dan gak ngebolehin aku ke sini lagi.

Aku juga mengingatkan mereka untuk menyebarkan video yang tadi sempat mereka rekam. Untungnya merekapun cuma bilang untuk koleksi mereka saja dan tidak benaran akan disebar. Aku juga memberitahu mereka agar jangan main ke rumahku dulu untuk sementara waktu karena ada orangtuaku.

"Eh, Riki... ingat janjimu tadi... bersihin halaman rumah kakak dulu... sedangkan yang lain harus langsung pulang!!" ucapku hampir kelupaaan sama tugasnya Riki. Aku menyuruh yang lain pulang tentunya bukan karena ingin berduaan dengan Riki.

Siapa juga yang mau berduaan dengannya! Aku pikir kalau teman-temannya pulang ancaman untukku pasti juga bakal berkurang. Soalnya kalau mereka rame-rame gitu bikin aku deg-degkan terus. Lagian memang harus ada yang membersihkan halaman.

Akhirnya mereka semua kecuali Riki kemudian pamit pulang. Riki sendiri sudah langsung sibuk membereskan halaman depan dan belakang rumahku. Meninggalkan aku yang berbaring lemas di lantai ruang tamu dengan wajah penuh sperma.

****

Aku terbangun saat hari sudah siang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ternyata tadi aku ketiduran di ruang tamu. Ketiduran dengan masih telanjang bulat dan wajah penuh sperma, dan sekarang wajahku jadi lengket-lengket karena noda sperma yang mengering. Gak enak banget rasanya. Akupun memutuskan untuk mandi.

Ahhh... sungguh gila apa yang barusan terjadi. Yang pertama dengan si kurir, lalu dengan bocah-bocah mesum itu. Aku bersyukur tidak sampai disetubuhi tadi. Meskipun aku udah horni dan penasaran pengen disetubuhi, tapi aku kan tidak ingin juga dengan sembarang orang.

Selesai mandi, aku memutuskan untuk memakai pakaian. Hanya tanktop dan celana legging pendek warna hitam tanpa dalaman. Emang gak terlalu nutupin aurat, tapi itu udah cukup karena hanya aku sendiri di rumah. Aku takut kalau kembali bugil akunya jadi horni lagi. Lalu jadi hilang kendali lagi.

Aku kemudian menghabiskan waktuku dengan bersantai di depan tv, sambil ngemil dan chatingan dengan teman-temanku. Tentunya sebelum bersantai aku sudah membersihkan ruang tamuku dari sisa noda sperma yang berceceran. Borgol tadi juga sudah ku kembalikan ke tempatnya di lemari bajuku.

Ketika lagi asik-asiknya bersantai, aku dikejutkan oleh kehadiran Riki. Aishhh... lagi-lagi aku lupa kalau dia masih ada di rumahku. Dia kan tadi aku suruh bersihin halaman. Sepertinya dia baru saja selesai. Dia tampak keringatan, kulitnya makin kelihatan gelap karena terbakar matahari.

Riki kemudian dengan santainya duduk di sebelahku.
"Wahhh.. kak Dira udah segar lagi nih..." ujarnya.
"Udah selesai kerjaanmu?"
"Udah kak... barusan selesai... capek"
"Ya udah... istirahat bentar, tapi habis itu langsung pulang ya..."
"Hehehe, ya deh kak..."

Kamipun jadi nonton tv berdua. Sesekali dia menggodaku. Aku pura-pura gak terlalu peduliin ucapannya. Walaupun sebenarnya senang dipuji dan digoda-goda olehnya. Yaahh... meskipun godaannya itu kadang terlalu vulgar untuk ditujukan pada gadis sepertiku.

Saat Riki lagi gencar-gencarnya ngegodain aku, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal. Aku buka pesan tersebut dan langsung shock melihat isinya! Ada yang mengirim foto-foto telanjangku!

"Kenapa kak?" tanya Riki yang sepertinya membaca perubahan raut wajahku.
"Gak papa" jawabku berbohong. Aku pura-pura tetap santai di depan Riki. Bocah itu masih bingung, aku hanya senyum saja, lalu kembali memperhatikan foto-foto yang dikirim padaku ini.

Aku perhatikan foto tersebut. Itu adalah foto-foto dari galery ponselku! Bagaimana bisa foto itu bisa ada pada orang ini!? Aku tidak pernah meminjamkan hapeku pada oranglain. Kecuali ada yang mengambilnya diam-diam, bocah-bocah ini jelas tidak akan berani, atau... pak Tarno si dosen brengsek itu? Tapi bukannya aku sudah balik mengancamnya?

Namun ternyata tidak hanya foto-foto dari gallery hapeku. Ada juga foto-fotoku yang diambil dari jauh. Sepertinya diambil diam-diam. Ada foto diriku dengan pakaian sopan dan berjilbab, foto tanpa jilbab, hingga telanjang bulat di halaman rumah! Astaga!

Tak lama kemudian ada pesan masuk lagi dari nomor yang sama. Kali ini berupa ancaman akan menyebar fotoku dan mengirim fotoku ke orangtuaku! Apa-apaan nih? Siapa sih ini!?

Segera ku balas pesan tersebut meskipun tanganku gemetaran. Aku berusaha tetap tenang.
'Ini siapa? Tolong jangan begini'

Aku deg-degkan menunggu basalan. Riki yang tidak tahu apa-apa terus saja menggodaku. Aku hanya senyumin dia. Setidaknya mendengar pujian dan godaannya bisa sedikit membuat aku terhibur saat ini. Aku cemas setengah mati, perasaan ini sama dengan kejadian dengan pak Tarno waktu itu. tapi... ya... harus tetap tenang.

Selama lima menit belum juga ada balasan, aku kembali mengirimkan pesan.

'Tolong dibalas, kita bisa omongkan ini baik-baik' tulisku. Aku tidak mau marah, apalagi balik ngancam akan lapor ke polisi. Aku sangat takut kalau fotoku disebar, apalagi dikirim ke orangtuaku. Aku pasti sangat malu. Orangtuaku pasti juga malu akan kelakuanku. Untuk saat ini, aku harus tahu dulu siapa yang mengirim. Aku harus ngomong dengan baik-baik.

'Baiklah kalau kamu mau bicara baik-baik' akhirnya ada pesan masuk. Tak lama kemudian ada pesan masuk lagi.
'Keluar dan bukakan pintu, tapi gak usah repot2 pakai jilbab hahaha'

O..orang ini ada di depan pintu? Dadaku berdebar kencang. Aku takut. Orang ini tidak hanya mengancam lewat pesan, tapi ternyata sudah berada di depan pintu! Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menghubungi polisi? Ah... tidak... jangan dulu...

"Kakak mau kemana?" tanya Riki melihat aku beranjak.
"Ada tamu, temani kakak yuk" ajakku. Aku takut. Jadi aku mengajak Riki untuk menemaniku. Semoga saja dia mau melindungiku kalau terjadi apa-apa.

Akupun tidak memakai jilbab seperti perkataan orang ini, bahkan tidak memakai pakaian yang lebih pantas dan menutup aurat. Tetap dengan hanya memakai tanktop dan celana legging pendek. Aku kemudian membuka pintu depan. Aku terkejut melihat siapa yang kutemui.

"Hai Dira.... ha ha ha"
Pak Tarno.... dan.....
"Hai cantik... Wah... seksi banget pakaianmu Dira... hehehe"

Pak Subar!? Dia tetanggaku! Rumahnya berada di depan rumahku. Ternyata dialah yang mengambil fotoku yang di halaman. Ya Tuhan... Aku pikir selama ini aksiku selalu aman. Aku pikir tidak akan ada tetangga yang melihat. Rupanya aku salah. Aku ceroboh.

Tapi kenapa mereka bisa ada di sini? Kenapa mereka bisa bersama?? Tapi yang bikin aku gak abis pikir itu adalah kehadiran pak Tarno si dosen brengsek ini. Dia masih berani muncul di depanku setelah ku ancam waktu itu. Ternyata pak Tarno memang tidak melepaskan aku begitu saja. Dia sepertinya dendam padaku.

"Kalian...!? Jadi kalian yang ngirim pesan itu?" Emosiku meledak, apalagi melihat pak Tarno.

"Kita tidak disuruh masuk nih? Kan Lebih enak kalau kita ngobrolnya di dalam saja, hahaha" ujar pak Tarno sambil menunjukkan fotoku di hapenya. Sialan dia ini. Aku jadi gak bisa marahin dia. Dia bahkan tidak menanggapi pertanyaanku sama sekali.

Aku kesal dan marah. Tanpa berkata, ku buka pintu lebar-lebar dan menggeser tubuhku. Merekapun masuk. Pintu kemudian ku tutup.

"Apa mau kalian!?"
"Sungguh kebetulan banget ya Dira, hahaha" gelak pak Tarno.
"Bapak masih berani muncul lagi di depan saya!? Kalau gitu saya akan sebarkan rekaman bapak waktu itu!"

"Kamu yakin sayang? Hahahaha.... Waktu itu saya memang kalah karena hanya sendiri, tapi sekarang ada Subar. Kita sudah tahu kelakuanmu Dira. Kita tahu kalau kamu emang suka pamer aurat. Saya yakin di luar sana banyak juga yang tahu kelakuan kamu itu. Jadi lebih baik kamu turutin kata-kata kita kalau tidak mau foto-foto kamu disebar dan sampai di tangan orangtua kamu, hahaha"
"Bapak gak akan berani!"
"Kamu pikir saya main-main hah!!? Kamu pikir siapa yang lebih rugi nanti? Saya atau kamu!?"

Sial! Apa yang harus aku lakukan... Jelas aku kalah. Air mataku tanpa terasa sudah mengalir. Aku takut. Aku tidak punya pilihan lain. Sepertinya aku memang hanya bisa pasrah sekarang.

"Baiklah... saya akan melakukan apapun yang kalian mau" ujarku lirih.
"Gadis pintar... hahaha" tawa pak Subar yang diikuti tawa pak Tarno.
"Tapi saya pinta jangan ganggu Ochi" pintaku.
"Hmm... baiklah..." setuju pak Tarno. "Cup cup cup, jangan nangis dong Dira sayang..." katanya lagi sambil menyeka air mataku. Aku singkirkan tangannya. Aku tidak sudi tangan kotornya menyentuh wajahku.
"Senyum dong.... kalau nangis kita sebar nih foto-foto kamu.. ayo senyum!" hardiknya.

Dasar bandot tua sialan. Bagaimana bisa aku tersenyum dengan kondisi begini. Meskipun begitu aku tetap berusaha tersenyum.
"Nah... gitu kan enak dilihatnya... cantik banget kamu kalau tersenyum gitu... haha" Puji pak Tarno. Pujian darinya tidak cukup untuk membuatku merasa baikan. Aku masih marah banget padanya.

Rasa penasaranku tentang bagaimana pak Tarno bisa kenal dengan pak Subar kemudian terjawab. Pak Tarno menjelaskan padaku kalau pak Subar ini adalah temannya. Dia mengunjungi pak Subar karena ada urusan dan menemukan kalau ternyata aku adalah tetangga temannya ini. Mereka kemudian saling berbagi koleksi foto. Yang terjadi selanjutnya ya bisa ditebak.

Aku masih tidak menyangka kalau pak Tarno akan kembali mengancamku. Aku juga tidak menyangka kalau pak Subar tetanggaku sendiri tega berbuat begini padaku.

"Tapi dia ini siapa Dira? Cowok kamu ya? Jelek amat hahaha" tanya pak Tarno melihat Riki. Aku dengan cepat menggelengkan kepala. Riki malah senang dikirain pacar aku, gak peduli dikatain jelek.
"Dia murid private saya Pak" jawabku seadanya.
"Beneran nih cuma murid? Jangan-jangan dia target eksib kamu... kamu kan hobi pamer aurat, hahaha" ujar pak Subar ikut-ikutan.
"Iya, saya yakin dia pernah melihat kamu bugil, mungkin juga pernah grepe-grepe kamu, ya kan? ngaku deh... kalau gak ngaku kita sebar nih foto-foto kamu, hahaha" kata pak Tarno lagi. Sialan bandot tua ini. Itu terus yang selalu dia katakan.

Aku tidak menjawab dan hanya tertunduk malu. Yang dia katakan memang benar. Aku memang sudah pernah telanjang beberapa kali di depan Riki, bahkan tadi sempat digrepe-grepe oleh bocah ini hingga sepongin penisnya. Melihat ekspresiku malu-malu mengakui membuat kedua bandot tua ini tertawa.

"Hahaha, dasar pecun... hobi banget telanjang..." leceh pak Tarno.
"Padahal sehari-harinya berjilbab lho pak Tarno" sambung pak Subar.
"Iya, dia kalau di kampus juga selalu pakai jilbab yang rapi, walau kadang agak ketat, gak nyangka aslinya kelakuannya ternyata begini..." balas pak Tarno.

Ah... mendengar ucapan mereka bikin aku amat malu.

"Eh, kamu mau ikutan gak kerjain kakak cantik kamu ini?" tawar pak Tarno pada Riki. Tanpa berpikir lama si Riki langsung mengiyakan! Pak Tarno dan pak Subar tertawa terbahak karena punya tambahan pasukan lagi untuk mengerjaiku.

Kurang ajar ni bocah! Aku pikir Riki akan ada usaha untuk melindungiku, tapi ternyata dia malah ikut-ikutan mereka. Sekarang aku betul-betul terpojok di antara tiga lelaki mesum! Yang satu masih bocah SMP, yang dua lagi bandot brengsek berumur 50an.

Perasaanku campur aduk. Aku amat takut. Tapi entah kenapa aku juga horni memikirkan kondisiku saat ini. Aku sange membayangkan apa yang akan menimpaku. Ah... kenapa aku jadi begini sih? Apa yang harus Dira lakukan!?

"Kamu emang cantik banget Ra...." ucap pak Tarno mulai mengelus wajahku. Aku dapat merasakan tangan kasarnya di wajahku. Aku lagi-lagi hanya bisa memejamkan mata. Elusan tangannya membuat aku merinding takut sekaligus horni bersamaan.

Tangannya kemudian turun mengelus leher jenjang hingga bahuku. Sekarang tidak hanya pak Tarno yang menggrepe-grepe tubuhku.

Pak Subar dan Riki juga ikut-ikutan. Mereka menggrepe sambil terus memujiku. Aku hanya bisa pasrah. Gak bisa melawan. Aku bahkan mendesah-desah horni karena grepean tangan mereka yang makin lama makin liar di tubuhku.

"Akhirnya kesampaian juga, sudah lama saya pengen nikmatin kamu... selama ini cuma bisa memperhatikan kamu dari jauh dan ambil foto kamu diam-diam, haha" ujar pak Subar cengengesan mesum.

Pak Subar sudah memasukkan jari-jarinya bergantian ke dalam mulutku, aku yang mengerti langsung saja mengulum jarinya. Ugh... Mulutku diobok-obok pake jarinya yang besar dan bau. Awalnya terpaksa. Tapi entah kenapa lama kelamaan aku malah menyukai mengulum jarinya.

"Akhirnya bisa grepe-gerepa kakak lagi, hehe" kata Riki gak kalah senangnya. Riki jadi ikut-ikutan dapat untung dari situasi ini. Dia asik meremas buah dadaku dari belakang.

Tanktop yang ku kenakan sudah tidak karuan lagi. Sudah memperlihatkan kedua buah dadaku karena tanktop yang terangkat. Celana pendekku sendiri sudah turun hingga lutut. Vaginaku dielus-elus oleh pak Tarno. Dia pasti bisa merasaka vaginaku yang becek. Malu banget.

"Mmhhh... nggghhhhh...." aku berusaha memperingati pak Tarno agar jangan meraba-raba vaginaku. Juga memperingati Riki agar jangan kencang-kencang meremas buah dadaku. Tapi aku tidak bisa karena mulutku masih disumpal jarinya pak Subar. Bukan karena aku kesakitan, tapi takut jadi makin horni.

Mereka semua tertawa terbahak melihat aku nolak-nolak tapi horni. Sialan. Aku malu banget ketahuan sedang menikmati perlakuan mereka.

"Ngapain lagi lama-lama? Langsung kita entot aja yuk nih pecun... apalagi yang ditunggu, hahaha" ucap pak Tarno kemudian. Riki dan pak Subar setuju. Jelas aku langsung berontak mendengarnya. Ku singkirkan jari pak Subar dari mulutku.

"Ah, jangan pak... plis... jangan entotin Dira...." aku menolak, tapi tubuhku mengkhianatiku. Vaginaku makin banjir mendengar aku akan disetubuhi mereka. Parahnya aku malah orgasme.

Crriiitttt crrrrrrrtttttttt "Ngghhhh... aahhhhhhhhhh" aku menjerit tertahan.

"Wuih gila, si Dira muncrat ya pak?" tanya pak Subar pada pak Tarno. Jari pak Tarno yang sedang meraba-raba vaginaku jadi becek. Aku jadi semakin malu. Sialan. Ini gara-gara pak Tarno sembarangan grepe-grepe vaginaku. Gak tau apa aku gampang orgasme, huhu.

"Kita bikin nih cewek keenakan sampai memohon untuk dientotin aja Pak" usul Riki. Aku melotot padanya.

"Wah... boleh juga tuh ide lo, hahaha" balas pak Subar. Kurang ajar tuh bocah! Gara-gara dia ngomong begitu memekku bakal diraba-raba lagi! Tapi ada bagusnya juga sih, aku jadi gak langsung dientotin mereka. Semoga aku bisa terus menahan diri gak sampai memohon disetubuhi orang-orang ini.

Pak Subar kemudian melepaskan pakaianku yang sudah gak benar posisinya itu. Aku nurut saja ditelanjangi. Aku bantu mengangkat kakiku saat celanaku dilolosi dari bawah. Begitu juga saat mereka melepaskan tanktopku, aku mengangkat tanganku ke atas. Sekarang akupun sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun!

Ughh... Malu dan horni menjadi satu. Emang gak ada yang ngalahin sensasi telanjang bulat sambil dilihatin cowok-cowok. Aurat-auratku kembali tak tertutup seincipun di depan pria-pria yang bukan muhrimku yang bisa saja menyetubuhiku kapanpun. Tatapan mata mereka yang menatap mupeng semakin membuat darahku berdesir dan jantungku berdegub kencang. Aku sangat menyukai keadaanku sekarang.

Pak Subar lalu meraba-raba vaginaku. Pak Subar ingin membuat aku orgasme lagi. Sambil vaginaku dimainkan, tubuhku juga terus digrepe-grepe oleh mereka, terutama buah dadaku. Putingku diplintir-plintir. Buah dadaku diremas kencang. Aku juga dihujani ciuman baik di wajah, mulut hingga leher dan pundakku. Aku makin bergidik horni dibuatnya.

Gak butuh waktu lama hingga akhirnya aku orgasme lagi. Kali ini cairan vaginaku yang muncrat bahkan jauh lebih banyak dari sebelumnya.

"Huaaaaa... mantab Diraaaa" teriak pak Subar girang. Dia dengan cepat memasukkan jarinya yang berlumur lendir ke mulutku dan memintaku mengulumnya. Aku turuti. Ah... cairan vaginaku memang manis.

"Udah plis.... Dira gak kuat" Aku memohon pada mereka. Aku sudah tidak kuat berdiri sehingga harus dibantu oleh mereka.
"Masih belum, hahahaha"
"Ahhhhhhhh.... nggmmhhhhhhh" vaginaku kembali diraba-raba. Kali ini mereka melakukannya bersamaan. Mereka serentak memilin klirotisku. Sambil terus grepein buah dada dan ciumin aku tentunya. Mana kuat!!!

Kurang dari satu menit aku orgasme lagi. Orgasmeku kali ini lebih hebat lagi dari sebelumnya. Makin banjir selangkanganku. Makin banjir lantai ruang tamuku. T.T

Mereka melepaskan tubuhku hingga membuat aku terjerembat di lantai yang becek.
"Udaaaaaaaaahhh" aku memohon.
"Bilang dulu kalau kamu suka, hahaha" suruh pak Tarno.
"Iyaaa... Dira suka"
"Yang benar dong bilangnya Ra, hehehe"tambah pak Subar.

"Dira suka memek Dira dimainkan sama kalian... Dira suka banget dibikin orgasme dan muncrat-muncrat sama kalian... makasih ya Riki, pak Tarno, pak Subar, kalian baik banget sama Dira sampai bantuin Dira orgasme berkali-kali... Dira gak tahu gimana balasnya" ucapku terangah-engah. Aku malah horni berkata seperti itu.

"Senyumnya mana kak? Masa gak pake senyum.." kata Riki ikut-ikutan.
"Ups sorry, hihi... makasih ya..." ucapku lagi sambil tersenyum semanis mungkin. Aih, kenapa aku pake tertawa segala sih. Makin ketahuan kan kalau aku menikmati. Makin kelihatan nakal kan akunya. Ugh

"Ayo... ekspresi nakalnya mana?" suruh pak Subar. Tuh kan, bandot tua itu malah minta yang aneh-aneh. Aku kemudian menggigit jari telunjukku sambil senyum-senyum dan tertawa kecil. Mereka langsung bersorak melihatnya.

"Duh... pengen entotin" ucap Riki.
"Ah.... Riki... jangan entotin kakak dong...." balasku.
"Hahahaha, masih belum nih kayaknya... Ayo kita bikin dia keenakan terus sampai dia mohon-mohon untuk dientotin" kata pak Subar.
"Ahhhhhh... jangaaaan...... plis udaaahhh" aku malah berteriak manja. Separuh diriku amat takut kalau sampai dientotin orang-orang ini. Separuh lagi amat ingin dibikin enak terus-terusan. Bingung!

"Gak ada kata udah sampai kamu memohon untuk kita entotin, hahaha... enak aja nyuruh kita udahan, kalau udahan ya kita sebar aja foto-foto kamu, hahaha" ujar pak Tarno. Aku terdiam gak bisa melawan. Aku betul-betul benci sama bandot tua ini!

"Ayo kita bawa dia ke kamarnya, kita kerjain dia di kamarnya sendiri, hahaha" ajak pak Tarno. Riki dan Pak Subar setuju. Mereka kemudian membopongku ke kamar. Aku yang masih lemas karena orgasme berkali-kali dipaksa untuk berjalan.

Sesampainya di kamar aku langsung direbahkan di atas tempat tidur. Pak Subar dan Riki ikutan naik dan kembali menggrepe-grepe tubuhku. Riki kali ini tampak asik mengulum buah dadaku, sedangkan pak Subar asik memainkan jarinya di permukaan vaginaku. Mereka seakan gak ada puas-puasnya menyentuhku.

Akupun kembali dibuat mendesah-desah horni. Sedangkan Pak Tarno, asik mengobrak-abrik isi kamarku seperti ingin mencari sesuatu yang menarik, termasuk membuka lemari pakaianku.

Kamarku seharusnya menjadi tempat paling aman dan paling privat bagiku, tapi hari ini tidak. Aku dikerjai, dilecehkan dan diperlakukan layaknya lonte oleh pria-pria mesum di kamarku ini.

Aku hanya bisa pasrah. Mencoba terus menikmati. Tapi tidak boleh jatuh terlalu jauh hingga memohon untuk dientotin mereka. Ah... sialnya pak Subar amat jago memainkan klirotisku. Sepertinya aku akan segera orgasme karena perlakuan mereka.

"Nghhhh... Dira mau sampeeeee" aku berteriak kecil. Seakan memberitahu mereka untuk terus menjamah tubuhku hingga aku orgasme. Tapi...

"Wahhh... lihat nih yang saya temukan" ucap pak Tarno tiba-tiba. Pak Subar dan Riki malah beralih melihat apa yang ditemukan pak Tarno. Orgasmeku tertunda!! Pak Tarnoooo.. ngeselin banget sih!? Gak enak banget tahu orgasme gak jadi gini. Gantung banget rasanya. Ugh....

Dosen bejat itu rupanya menemukan lingerie baruku, lengkap dengan borgolnya. Aku memang meletakkannya di atas tumpukan pakaianku yang lain. Jadi dengan cepat bisa ditemukan oleh pak Tarno. Mungkin dia tertarik karena melihat ada borgol di sana.

"Hahaha... padahal sehari-hari pakaiannya sopan dan berjilbab, tapi ternyata punya pakaian seperti ini" ledek pak Subar.

"Wah... kak Dira, gak nyangka aku kak... baru beli ya kak? Coba pakai dong kak...." pinta Riki semangat. Riki tentu saja jadi satu-satunya yang tahu kalau itu adalah pakaian yang baru aku beli. Soalnya dulu kan dia dan teman-temannya pernah mengobrak-abrik isi lemariku, mencari busana untuk kukenakan untuk foto-foto bareng mereka. Dan waktu itu belum ada lingerie ini. Kalau ada pasti mereka pengen aku foto-foto dengan lingerie ini.

"Hahaha, boleh juga tuh... pasti Dira makin cantik kalau pakai beginian... Ayo Dira kamu pakai, hehehe" suruh pak Tarno.

Ah.... mereka ini seenaknya saja nyuruh-nyuruh aku. Aku menatap sayu ke arah pak Subar dan Riki. Berharap mereka lanjut menggrepe vaginaku lagi agar aku bisa orgasme. Tapi mereka gak paham. Mungkin pura-pura gak paham. Padahal aku sudah horni berat.

Hufh... mereka ini. Betul-betul menyiksa aku! Tapi mungkin juga mereka ingin aku berganti pakaian dulu sebelum lanjut mencabuliku lagi. Ya udah deh kalau gitu. Dira turutin kemauan kalian!!

Aku memasang wajah cemberut dan mengembungkan pipi. Aku lalu bangkit dari tempat tidur dan mengambil lingerie itu dari tangan pak Tarno. Aku ingin langsung memakainya, tapi pak Tarno menyuruhku memakainya di dalam kamar mandi. Dia ingin aku muncul dengan sudah memakai lingerie. Biar surprise katanya. Terserah!

Setelah beberapa saat di kamar mandi, akupun muncul lagi di hadapan mereka. Kali ini aku sudah mengenakan lingerie tadi. Padahal aku belum pernah mencoba memakai lingerie ini sebelumnya. Belum ada waktu yang cocok untuk mencobanya. Gak pernah kubayangkan, kalau ternyata perdana mengenakan lingerie ini justru di depan orang-orang ini.

Ketiga cowok brengsek ini langsung terpana melihat penampilanku. Lagi-lagi aku tidak tahu harus gimana. Aku kesal, malu, tapi juga horni karena dipandangi tatapan mesum mereka.

"Wah... cantik banget kamu Ra.... cocok banget kamu makainya" puji pak Subar.
"Iya kak, kakak cantik banget... nafsuin banget, hehehe"
"Tapi ada yang kurang tuh..." pak Tarno kemudian mendekatiku dan langsung memborgol kedua tanganku. Ah... aku langsung horni!. Lagi-lagi cuma gara-gara diborgol aja aku jadi horni. Kenapa sih aku ini!?

"Nah, sekarang jadi lebih sempurna kan? Dira makin cantik, hahaha" ucap pak Tarno mencubit pipiku. Aku tersenyum gak ikhlas. Pura-pura gak suka diperlakukan begini. Tapi sebenarnya suka banget.

Gak tahu juga kenapa aku dari tadi bisa terus menikmati perlakuan mereka terhadapku. Padahal nasib vaginaku masih terancam. Mereka bisa entotin aku kapanpun yang mereka mau!

Aku berharap mereka terus mengulur-ulur waktu. Semoga nanti ada kejadian gak terduga sehingga aku bisa selamat sebelum aku dientotin mereka, sebelum aku kalut memohon disetubuhi mereka.

"Bentar, aku pulang dulu ya ngambil sesuatu... sepertinya masih ada yang kurang ini, hehehe" kata pak Subar yang kemudian pergi keluar. Aku bingung dan penasaran si Subar ini mau ngapain.

Selama pak Subar pergi, pak Tarno kembali sibuk mencari sesuatu yang menarik di penjuru kamarku. Tapi sepertinya dia tidak menemukan sesuatu yang menarik. Saat menemukan sesuatu dia hanya memegangnya sebentar, lalu diletakkannya kembali.

Sedangkan Riki, dia ingin foto-foto selfie berdua denganku. Sepertinya dia tidak ingin melewatkan berfoto berdua denganku yang sedang memakai lingerie seksi dan tangan terborgol gini. Ingin dipamerkan ke teman-temannya katanya.

Akupun menuruti keinginan Riki. Bahkan menikmati momen-momen berfoto ini. Ekspresif banget deh pokoknya aku di depan kamera, terlihat riang banget. Berkali-kali aku malah tertawa geli cekikikan. Aku yang dari sananya emang suka foto-foto selfie jadi enjoy banget. Lupa dengan keadaanku seperti gak terjadi apa-apa.

Aku dipeluk dari belakang maupun dari depan oleh Riki. Tentunya sambil terus digrepe-grepe dan dicium-cium bocah ini. Aku menuruti pose apapun yang bocah itu inginkan.

Kami baru saja berfoto dengan posisi tiduran. Aku dibawah dan dia di atas menindih tubuhku. "Duh, senang banget bisa foto-foto berdua kayak gini sama kakak, hehehe" ujar Riki memeluk erat tubuhku.

Aku hanya balas senyum sambil mencubit hidungnya. Yang langsung dibalas Riki dengan mencium bibirku. "Mmhhhh...." Udah berapa kali nih dia mencium bibirku. Hari ini dia betul-betul menang banyak dari teman-temannya.

Beberapa saat kemudian pak Subar sudah kembali. Aku dan Riki langsung udahan. Pak Subar masuk ke kamarku dengan membawa handycam dan... rantai ? Aku bergidik ngeri melihatnya. Mau apa tuh bandot mesum!?

Aku lalu disuruh berdiri di dekatnya. "Kita lanjut senang-senangnya ya Dira, hahaha" ucap pak Subar cengengesan. Dia lalu menyambungkan rantainya tersebut ke borgol lalu mengikat rantai itu ke ventilasi di atas jendela kamarku. Ugh... Permainan apalagi sih ini!?

"Kamu kita ikat ya sayang... soalnya kamu nakal, hahaha" kata pak Subar. "Kamu akan kita bikin tersiksa karena keenakan... Gak akan berhenti sampai kamu memohon untuk kita entotin! Hahahaha" sambung pak Subar lagi tertawa terbahak.

Ugh... lagi-lagi aku langsung berdebar mendengarnya. Darahku langsung bergejolak karena horni. Belum apa-apa aja aku udah lemas. Kacau ih.

Tanpa menunggu lagi mereka kembali mencabuliku. Aku dirangsang dan digerayangi habis-habisan oleh orang-orang ini. Kali ini sambil difoto dan divideoin!

Aku tidak berdaya karena terikat dengan tangan ke atas. Berdiri pasrah. Pose yang betul-betul sempurna untuk digerayangi sepuas-puasnya oleh mereka. Dalam waktu singkat lingerieku sudah tidak beraturan lagi posisinya. Tangan-tangan kotor mereka bergerak sebebas-bebasnya menjamah seluruh bagian tubuhku hingga bagian yang paling privat.

Buah dadaku diremas, putingku dikulum dan ditarik-tarik oleh mereka. Tangan mereka juga kembali menyusup masuk ke area intimku. Pokoknya habis-habisan banget aku digerayangin. Sedangkan aku hanya bisa mendesah. Menikmati. Gak kuat aku untuk tidak orgasme berkali-kali.

"Ahhh... sampeee" teriakku setelah orgasme kesekian kalinya. Vaginaku rasanya udah capek untuk orgasme. Sudah berkali-kali aku muncrat. Aku makin kehilangan kesadaran. Rasanya seperti mabuk orgasme.

Kalau begini terus bisa saja sebentar lagi aku memohon untuk disetubuhi. Ah... jangan... plis... harus kuat. Aku berharap banget tubuhku tidak terus mengkhianatiku. Tubuhku sudah mengkhianatiku selama ini dengan terlalu gampang horni dan orgasme.

Sadar aku begitu menikmati badai orgasmeku. Mereka kini mulai mempermainkanku. Para lelaki mesum itu tidak lagi membiarkan aku orgasme! Saat aku akan sampai, mereka segera menghentikan aktifitas mereka pada tubuhku. Membuatku gantung. Ahhhhhh!!! Gak enak banget!!!

"Ngghhhh..." aku menatap pak Tarno dengan tatapan mengiba berharap dia lanjut lagi. Mereka semua tertawa terbahak melihat aku seperti ini. Sumpah malu banget. Tapi aku pengen orgasme!

"Hahaha... kenapa Dira? Pengen muncrat ya?"
Aku mengangguk.
"Memohon dong sama saya... hahaha" suruh bandot ini.

"Ahhh... Pak.... bikin Dira orgasme lagi dong pak... Pliiiiis... Dira mau orgasme... Dira mohon sama bapak bikin Dira orgasme...." ucapku betul betul memohon. Gak nyangka banget aku jadi harus memohon untuk orgasme sama orang brengsek seperti dia. Pak Tarno nyebelin banget! Bikin aku kesal dan tambah marah! Arrgh!

"Baiklah kalau kamu ngemis gitu, hahahaha..." sambil tertawa busuk pak Tarnopun kembali memainkan vaginaku. Aku berteriak girang dalam hati. Sentuhan tangannya pada kelaminku langsung membuatku mendesah horni. Dia mengobel klirotisku dengan cepat dan mengusap-ngusap vaginaku dengan kencang.

Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya aku muncrat-muncrat lagi dengan banyaknya. Rasanya amat lega. Puas, tapi lemas. Aku betul-betul tidak kuat lagi berdiri. Kalau bukan karena rantai yang menopang tubuhku mungkin aku sudah terjerembat jatuh ke lantai. Duh... lantai kamarku sudah betul-betul becek.

"Tuh kamu udah orgasme, bilang apa sama saya? haha"
"Makasih pak..." ucapku berusaha tersenyum puas. Akhirnya lepas juga orgasme yang tertunda tadi.
"Hahaha... Betul-betul film yang bagus nih..." ucap pak Subar yang dari tadi asik dengan handycamnya. "Kalau dijual pasti laku, hahahaha" sambungnya.
"Ah... pak... jangan dijual dong.... jangan disebarin.." ujarku dengan nafas putus-putus.
"Makanya... kamu harus terus turutin kemauan kita kalau gak mau disebar, hehe" balasnya. Ugh.... mereka gak ada henti-hentinya mempermainkanku!
"Iya... Dira akan turutin apapun kemauan kalian... Dira janji"

Ketika aku lanjut dikerjai lagi, mereka mengulanginya seperti tadi. Ketika aku akan orgasme mereka langsung berhenti. Aku lagi-lagi harus terus memohon untuk bisa meraih orgasme.

Mereka yang ingin menggrepe tubuhku dengan lebih leluasa bukannya melepaskan lingerieku baik-baik, tapi malah mengambil gunting dan membelahnya dari atas hingga bawah.

Ugh... Lingerie yang mahal-mahal ku beli jadi rusak! Mereka tidak menyingkirakan lingerie itu, tapi tetap membiarkannya tergantung di tubuhku selagi terus grepein aku.

Aku ingin menyudahinya. Tapi tubuhku ingin lagi dan lagi. Tubuhku ingin terus merasakan kenikmatan itu. Vaginakupun makin gatal dibuatnya. Semakin ingin lebih. Tidak cukup dengan belaian tangan mereka di permukaan vaginaku. Aku ingin vaginaku dimasuki. Aku ingin dikontoli. Ah.... kenapa jadi begini... aku gak kuat... plissss.. udah..... Aku ingin dientotin...

"Plisss.... ent....." aku menahan perkataanku. Hampir saja aku mengucapkannya! Aku hampir saja berkata untuk dientotin. Ya... jangaaan... jangan sampai aku memohon untuk dientotin. Jangan sampai kalah. Aku gak sudi keperawananku hilang oleh mereka. Ya gak akan... gak akan!

Akupun menguatkan diriku. Mau diransang seperti apapun aku tidak boleh sampai memohon untuk dientotin. Meskipun kini sentuhan kecil saja sudah bisa membuat aku terangsang hebat, tapi aku yakin bisa melewati siksaan birahi ini.

Tapi ternyata aku terlalu yakin. Vaginaku makin lama makin tidak mentolelir ransangan yang diterima. Saat klirotisku dipencet dikit tubuhku bergelinjang hebat. Rasa gatal pada vaginaku makin menjadi-jadi. Vaginaku butuh penis untuk dimasuki! Ughhhhh....

"Entt...... ngghhhh"
"Ngomong apa sih Ra? Ngomong yang jelas dong"
"nghh.... ent.... enttth...." aku terengah-engah. Aku mati-matian menahannya. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengontrol bibirku lagi.
"Nghhh.. entthhh... entot.... entotin Dira.... entotin Dira pak.... "
Aku....
Kalah.





Cerita Inilah yang Ku Mau (Bag.19) Selesai !


Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Inilah yang Ku Mau (Bag.19) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema ABG, Fiksi, Romantis, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google: ABG, Fiksi, Romantis, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Inilah yang Ku Mau (Bag.19) :
https://cerpen-21.blogspot.com/2020/03/inilah-yang-ku-mau-19.html

Lebih HOT !!!