Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Tubuhku Diservis Teknisi Komputer (Bag.1)". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Selingkuh, Setengah Baya,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
Aku tuliskan cerita ini berdasarkan kenyataan yang pernah aku alami sebelumnya. Aku tergolong cantik dan sexy, itulah penuturan setiap laki-laki yang pernah menikmati tubuhku. Saat ini usiaku sudah 35 tahun dan mendapatkan seorang anak yang berusia 5 tahun dari seorang suami yang berusia 55 tahun.
Kejadian ini berawal karena komputerku yang error operating systemnya, sehingga aku menghubungi salah satu toko komputer untuk memperbaikinya.
"Halo dengan toko komputer?"
"Iya halo juga," suara laki-laki menyambut diseberang sana.
"Maaf dengan siapa aku bicara?"
"Dengan Didit, bisa aku bantu?"
"Komputer aku error nih windowsnya bisa dibantu?"
"Oo bisa""Kapan Didit bisa ke tempat aku untuk service?"
"Sekarang juga bisa"
"Ok kalau gitu aku tunggu. Alamatnya di.."
"Ok aku langsung kesana"
Sebenarnya beberapa saat lagi aku harus pergi ke pesta sehingga aku harus siap-siap merias wajah dan berpakaian pesta. Saat itu aku mengenakan gaun backless cukup pendek yang diikat tali dibelakang leher berwarna pink sehingga memamerkan bagian paha aku yang cukup membuat laki-laki menelan air liurnya
Selain memamerkan paha, punggungku juga terbuka hingga lekukan pinggang. Setiap orang yang melihat pasti tahu kalau saat itu aku tidak mengenakan bra sama sekali. Tapi aku mengenakan CD g-string berwarna pink serta sarung tangan panjang warna putih sampai di siku lengan.
Terkadang aku suka khawatir kalau ada mata yang menatap lekat bagian pangkal paha aku, karena aku membiarkan semua yang tumbuh disana liar tanpa sentuhan tangan manusia sama sekali. Sepatu hak tinggi berwarna putih juga menghiasi kakiku yang cukup serasi dengan warna putih juga.
Setelah selesai aku duduk di sofa menunggu kedatangan Didit sambil nonton TV dan menghisap rokok marlboro hijau. Dan tidak lama kemudian aku mendengar ketukan di pintu.
"Siapa??"
"Maaf apa ini dengan Tante Eliza?"
"Iya betul," kujawab sambil membukakan pintu apartment.
"Anda siapa?" kutatap seorang pribumi yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
"Ehmm aku dari toko komputer"
"Oh silakan masuk," sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
"Ini komputernya yang error"
Dari caranya berjalan dan tutur katanya, aku dapat menilai kalau dia sedikit pangling dan grogi berdekatan dengan diriku. Setelah tiba di hadapan komputer, dia langsung menekan tombol power dan berkata.
"aku cek dulu Tante"
"Silahkan"
Kemudian aku duduk di sofa dan melanjutkan nonton fashion TV. Aku tidak menyadari kalau sesekali matanya melirik ke aku yang mengenakan gaun sexy itu. Aku menumpangkan kaki kiri ke kaki kanan sehingga bagian bawah gaun aku sedikit tertarik keatas, membuat paha aku semakin nikmat ditonton oleh laki-laki pribumi itu.
"Ehmm Tante bisa nggak komputernya diformat, soalnya harus diinstall lagi"
Aku tahu dari awal bahwa memang dia ingin menatap tubuh aku yang sintal bukan untuk menanyakan hal itu. Akhirnya aku mempersilahkan duduk di sofa tempat dimana aku duduk di sebelahnya karena aku tidak terbiasa berbicara dengan berteriak.
"Ehmm iya Tante" dia berjalan sambil menatap paha aku yang terlihat sangat mulus sekali.
"Berapa lama untuk install komputer?"
"Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??"
Dia mencoba untuk memperbanyak omongan karena dia masih ingin duduk di dekatku yang mengeluarkan bau harum sekali.
"Soalnya Tante harus segera pergi ke pesta 15 menit lagi"
Aku menurunkan kaki dan mengambil minuman di meja dengan setengah membungkuk.
"Didit mau minum apa?" kulihat dia tampak bingung dengan pandangan tertuju ke kakiku.
"Mau Tante"
"Air putih atau soft drink"
"Terserah Tante aja"
Aku kemudian meneguk minuman di gelas dan meletakkan di meja sambil mengambil bungkusan rokok marlboro dan mengeluarkan isinya. Kemudian sebatang rokok terselip di bibir aku dan aku tampak kebingungan mencari korek yang tertinggal entah dimana. Didit melihat aku mencari korek yang tidak ketemu, kemudian dia langsung menyodorkan zippo.
"Nich Tante"
Kumemajukan sedikit tubuhku sehingga gaunku yang belahan dadanya rendah memamerkan tetekku yang tidak memakai BH. Setelah rokok tersulut aku lemparkan senyum kecil.
"Makasih dit," sambil menghembuskan asap rokok.
Aku tahu persis jika Didit saat itu terpesona dengan tetek yang menantang di dadaku itu.
"Kalau mau ngerokok isap saja," aku mengambil bungkus marlboro hijau dan membukanya tapi ternyata kosong.
"Ehhmm aku ada Tante, aku suka yang merah" matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
"Sebentar ya dit Tante ambil minuman dulu"
Aku berjalan ke dapur dengan melenggak-lenggokkan bongkahan pantatku yang aduhai ini.
"Iya Tante," jawabnya dan aku yakin sekali kalau Didit melihat pantatku yang melenggak lenggok itu.
Aku kembali membawa sekaleng coke dan sedotan kemudian duduk di sebelah kiri Didit, tanpa kusadar posisi dudukku sangat dekat sekali dengannya. Kuberikan minuman itu ke tangannya.
"Makasih Tante, kirain mo dikasih minuman yang seger-seger Tante," katanya sambil tersenyum.
"Didit bukannya bilang dari tadi, minuman apa yang Didit mau?" kupancing arah pembicaraannya dengan sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
"Minum susunya," jawab Didit yang mulai mencoba menggoda aku.
Yang terbersit dalam pikiranku saat itu adalah pasti Didit berpikir kalau ketiak aku saja mulus apalagi sesuatu yang tersembunyi di dalam selangkanganku.
"Sorry Dit, Tante belom belanja ke supermarket jadi nggak ada susu" jawabku pura-pura dan kembali menghisap rokok sampai pipiku terlihat kempot.
"Ada kok Tante" matanya melirik ke tetekku.
"Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas ada susu," jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.
Kemudian aku melanjutkan mengikat rambut dengan kedua tangan, tapi rokok tersebut masih melekat di bibirku.
"Ada Tante masa Tante nggak sadar sich kalau ada?" jawab Didit sekenanya karena aku yang selalu menantang terus.
Kusudahi sandiwaraku dengan menjawab, "Iihh Didit.. Ini kan punya Om" aku sambil tersenyum kecil.
"Oo punya Om yahh.. Kalau aku minta dikit gimana Tante" sambil tersenyum nakal.
"Nggak boleh, nih kalau mau keringat di ketiak Tante" tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
"Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja," jawabnya yang semakin bersemangat.
"Apa sih bonusnya"
Aku mulai tersenyum binal. Aku saat itu sudah tidak ingat daratan lagi, karena selama ini aku selalu tidak mendapat kepuasan baik dari suami ataupun pacarku sebelum aku married yang keturunan chinese.
Hari ini aku ingin mencoba kemampuan seorang pribumi yang pekerjaannya hanyalah sebagai teknisi. Perlu diketahui bahwa apartment itu adalah apartment yang kubeli secara sembunyi-sembunyi, sehingga suami aku, orang tuaku dan saudaraku tidak mengetahuinya.
"Susu itu tadi Tante"
"Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih"
"Masa nggak dapet bonusnya Tante?"
"Nggak ada bonus, hihihi" jawabku sambil tertawa kecil.
Aku tahu persis Didit sedang berusaha bagaimana caranya agar mendapatkan tetekku.
"Iya dech asal ketiak Tante mau dielus-elus" sambil tersenyum.
Aku mematikan rokok di asbak dan kembali bersandar sambil mengangkat kedua tanganku dan menekuk meraih sandaran sofa.
"Mau elus yang kiri, tapi jilat yang kanan" saat ini aku memang sudah terbakar untuk mereguk kenikmatan dari pribumi ini.
"Yang bener nich Tante?"
Didit mulai meraba ketiakku sampai mendekati tetekku yang sebelah kanan.
"Gelii Ditt" aku mulai merasa geli sambil menggeliatkan badan dan kedua tanganku yang memegang sandaran sofa mencengkram erat sekali.
"Achh nggak apa-apa kok Tante" sambil terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai pinggiran tetekku yang kanan.
"Udah Ditt gelii" badanku mulai melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak menantang yang berukuran 34B ini.
"Kan belum dijilat Tante, masa mau udahan" tangan kiriku berusaha mendorong tangan Didit yang masih berada disekitar ketiak dan pinggiran tetekku.
"Udah deh gelii Tante nggak tahan" tangan kananku mulai merengkuh bahu kanannya.
Kemudian Didit mengubah posisi dari jilatin ketiakku sampai pinggiran tetekku yang masih berlapiskan gaun satin itu dan memainkan lidahnya di pinggiran tetekku.
"Didit udah dong Tante kegelian nih"
Tangan kanannya yang sedang asyik mengelus-elus ketiak kiriku mulai ada dipinggiran tetekku yang sebelah kiri sambil meremas-remas lembut tetek kiriku. Aku tertawa menahan rasa geli yang teramat sangat sambil tangan kananku meremas-remas rambut Didit yang licin karena aku menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan licin.
Didit tampaknya tahu kalau aku mulai terangsang maka kedua tangannya saat ini sedang meremas-remas lembut kedua tetekku.
"Sebentar lagi enak kok Tante"
Lidah dan bibir tidak ada henti-hentinya mempermainkan ketiak kanan plus pinggiran tetek kananku sehingga kepalanya terjepit di sela-sela ketiak kananku yang memegang bahunya sambil meremas-remas kaos yang dipakainya karena menahan geli. Saat itu aku ingin tahu kelanjutan keberanian Didit untuk menikmati tubuhku yang mulus ini dengan berusaha bangkit berdiri.
"Udah stopp!!"
Ternyata Didit menahan tubuhku untuk berdiri, kedua tangannya semakin liar meremas-remasnya dikedua tetekku yang masih terbungkus gaun satinku. Kemudian mulutnya pun mulai mengarah ke tetek kananku. Tangan kiriku mendorong kepalanya dan tangan kananku menampar pipi kanannya.
"Plakk!!"
"Apa yang Didit lakukan hah!!"
Aku mencoba berpura-pura, dan menunggu keberaniannya untuk menikmati wanita chinese yang selama ini tidak pernah diperlakukan atau disentuh oleh laki-laki pribumi apalagi seperti Didit yang hanyalah seorang teknisi. Ternyata tindakanku tadi membuatnya semakin garang. Kedua tangannya kembali hinggap dan meremas-remas tetekku dua-duanya, terkadang memainkan puting dari luar gaun satinku.
"Oohh Ditt.. Ampunn jangan terusinn Tante mau ke pestaa" kata-kataku mulai terbata-terbata menahan rasa tegangan yang mulai mengalir ke ubun-ubun.
"Kita pesta sendiri saja Tante"
Tangan Didit masih memainkan kedua putingku, dan mulutnya bergerak semakin mendekat ke tetek kananku. Didit mulai membuka ikatan gaun satinku yang berada dibelakang leher agar mulutnya dapat melahap bebas kedua tetekku yang tidak memakai BH. Setelah gaunku merosot hingga ke perut mulutnya langsung mengulum habis tetek kananku yang terlihat putingnya berwarna merah kecoklatan.
"Sshh bajingan kamu Ditt.."
Aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya bergerak dengan lincah memainkan puting tetek kananku itu. Sedangkan tangannya yang satunya meremas-remas lembut tetekku yang sebelah kiri.
"Bajunya jangan diberantakin Dit.. Sshh.. Nanti Tante harus pergii.. Oohh"
Setelah puas dengan tetekku yang kanan mulutnya pindah ke tetek kiriku. Sedangkan tetekku yang kanan dimainkan dengan tangan kirinya.
"Suka ngisep tetek cina Ditt sshh" kupancing Didit dengan kata-kata yang menggairahkan sambil kedua mataku terpejam.
"Suka banget Tante" Didit semakin kuat menyedot-nyedot tetek kiriku.
"Pernah ngentotin wanita cina nggak Ditt aahh"
"Belum Tante.."
Kedua tanganku meremas-remas rambut Didit yang terasa sangat licin karena sarung tangan satin yang kupakai. Tangannya berpindah meraba dari perut sampai bagian bawah gaunku yang sudah tersingkap kemana-mana. Didit mengelus-elus terus paha kananku bagian dalam. Sedangkan mulutnya pun tidak pernah diam untuk memainkan tetek kiriku.
"Kalau mau ngentotin cina, Tante kasih waktu 10 menit Dit.. Mmhh" aku meregangkan kedua pahaku sehingga terbuka lebar.
"Nggak cukup Tante.."
Tangannya mulai semakin keatas paha bagian dalam, hingga tangannya menyentuh CD g-string ku. Jari tengahnya mencoba bermain diatas CD g-string ku.
"Harus cukup Ditt.. Sshh oohh.. Besok bisa dilanjutin lagi.. Mmhh" sambil terpejam nikmat.
"Maunya aku sekarang Tante"
Tangannya mulai mengelus-elus lembut diatas CD g-string ku yang mulai basah. Kadang mengelus-elus kadang Didit menekan-menekan sedikit pas diatas memekku yang berjembut lebat sehingga CD g-string ku tidak dapat menutupi lebatnya jembutku ini. Jembutku yang tidak tertutup CD g-string ku juga sesekali terkena usapan.
"Tante harus pergi.. Sshh.. Kalau tidak pergi.. Besok Didit nggak bisa ngentotin Tante lagi.. Oohh.." rangsangan yang kudapat begitu hebatnya.
"Besok yah besok Tante, sekarang kita ngentot aja" tangannya masih terus mengusap memekku dari luar CD.
Didit semakin memberanikan diri, bukan tangan saja, tetapi jari-jarinya dimasukin ke CD g-string supaya menyentuh langsung ke bibir memekku.
"Sshh Ditt.. Tante bisa digampar Om kalau nggak pergi sekarang.. Makanya tolong Tante.. Mmhh.. Kalau mau entotin Tante.. SEKARANG!!" aku berteriak saking tidak dapat menahan rangsangan.
"Ok Tante"
Didit mulai menarik CD g-string ku hingga lepas, tapi aku tetap mengenakan sepatu hak tinggiku. Posisiku saat itu masih bersandar disofa dengan pakaian yang sudah tidak karuan lagi. Didit menatap kawah yang sudah amat sangat basah itu dan tercium bau harum ciri khas memek.
"Bentar Tante aku mau bikin Tante semakin horney lagi.."
"CEPETAN BAJINGAN," teriakku semakin tidak sabar.
Mulutnya mulai menciumi dari paha dan akhirnya tertuju ke terminalnya atau memekku. Lidahnya langsung menyentuh pinggiran memekku.
"Aahh," aku berteriak sambil menggeliat.
Akhirnya Didit mulai menjilat memekku dari bagian pinggir. Tanganku menarik kepalanya semakin dalam terbenam di selangkanganku. Sesekali mulutnya menyedot-nyedot bagian dalam memekku.
"Aahhnjingg enakkhh"
Aku meremas rambutnya dengan dua tanganku yang memakai sarung tangan. Lidahnya mulai bermain di itilku yang sudah membesar itu sambil terkadang disedot-sedot.
"Bajingann.. Terussinn aahh cepett"
Badanku menggeliat-menggeliat tidak karuan ke sana kemari. Lidahnya terus bermain didalam memekku, kedua tangannya juga mengangkat kedua kakiku agar mudah lidahnya menjilati setiap bagian dari memekku.
Dia trus bermain di memekku dengan rakusnya. Tangan kiriku akhirnya memegang betis kiri dan tangan kanan memegang betis kanan sehingga kedua kakiku saat itu terangkat keatas membentuk huruf V untuk memudahkannya melahap habis memekku.
"Terusshh" aku semakin bernafsu karena selama ini aku belum pernah merasakan dijilat memeknya. Didit terus menjilat memekku yang sudah basah sekali dari bawah keatas, dari atas kebawah terus diulang-ulang. Badanku tergetar-getar dan kepalaku menggeleng terus ke kiri dan kekanan, sedangkan pinggulku berputar-putar.
"Tantee udahh nggaak tahaann oohh"
Lidahnya menerobos masuk ke dalam memekku lalu ditarik lagi, itu terus dilakukannya berulang-ulang, dengan diselingi sedotan ke memekku. Aku yang tidak kuat menahan kenikmatan ini akhirnya kedua kakiku menjepit kepalanya dan tanganku menggapai langit-langit yang tidak bisa diraih sedangkan badanku membusung kedepan.
Aku lalui orgasme dengan teramat sangat indahnya yang melambungkan diriku ke impian yang selama ini tidak pernah kudapatkan. Semburan demi semburan terus keluar dengan tubuhku yang berkelojotan.
Didit tahu kalau aku sudah orgasme, sehingga Didit semakin kuat menyedot-nyedot belahan memekku.
"Aahhnjingg bangsatt oohh enakk"
Memekku basah kuyup setelah orgasme yang begitu deras. Lidahnya ternyata belumlah berhenti memainkan itilku, tangan kirinya meremes-meremes tetek kananku. Tubuhku masih tersandar disofa dengan gaun yang masih terpakai tapi sudah tersingkap kemana-mana. Karna basahnya teramat sangat, gantian tangan dengan kedua jarinya bermain dipinggiran memekku.
"Cepet Dit kalau mau ngentot.. Mmhh.. Sisa waktu Tante tinggal 5 menitt.. Sshh"
Kedua pahaku masih berada di bahunya kiri dan kanan. Tangannya masih mengusap-mengusap memekku, kadang Didit memainkan itilku dengan jari-jarinya. Aku mencoba berdiri sehingga kepalanya terjepit diselangkanganku. Gaun bagian bawah turun menutupi wajahnya, sedangkan gaun bagian atas kurapikan dengan mengikat kembali simpul dibelakang leherku.
Posisi seperti ini membuat mulutnya pas berada dibawah memekku, dan Didit memberikan sedotan yang kuat. Aku mencondongkan tubuh Sedikit kedepan karena tidak kuat menahan sedotan di memekku. Tangan kananku menekan kepalanya yang tertutup bagian bawah gaun satinku. Didit mengulangi lagi sedotan itu cuma sekarang yang jadi sasarannya adalah itilku yang kena disedot.
"Ahhnnjingg.. Enakkhh.." aku tidak kuat akhirnya menahan tubuh dengan kedua tangan diatas meja tamu sehingga posisiku jadi menungging. Lidahnya bergoyang menikmati itilku kekanan kekiri, sedangkan tangannya mengelus-elus pahaku.
"Entotin Tante Ditt.. Tante udah nggak tahannhh.." setengah berteriak sambil mendesah kuat. Tangannya mengelus puserku, mulutnya masih asik bermain dimemekku.
"Buka celananya Ditt.. Tante mau lihat kontol.. Sshh oohh"
Aku sudah tidak sabar ingin melihat kontol yang selama ini terbayang begitu besar dan kuat.
"Ok Tantee.."
Didit sambil mempermainkan memekku, kemudian dia berdiri untuk membuka celana dan CD nya sendiri. Didit langsung mengacungkan kontolnya yang sejak tadi ngaceng keras. Aku melihat kontol yang begitu besar dengan nafsunya karena tidak seperti kontol biasa, memekku sudah gatel sekali rasanya ingin dientot oleh kontol itu.
"Duduk Dit di sofa.. Please" aku mencoba untuk memohon.
"Yupss.." Didit langsung duduk di sofa dengan kontolnya berdiri tegak seperti monas.
"Baju Tante jangan dibuka ya dit.."
Aku masih berdiri dan meremas-remas kedua tetekku dengan tanganku yang terbungkus sarung tangan.
"Nggak apa-apa Tante.."
Tangannya kembali menerobos masuk dari bagian bawah gaun satinku dan mulai mengelus-elus memekku lagi. Aku menampar pipi kanannya dengan tangan kananku. Plakk!!
"Bajingan kamu Ditt sshh"
Aku langsung mengangkat gaun satin bagian bawah dan berlutut disofa diatas kontolnya. Jari tengahnya berusaha masuk dan akhirnya bisa walau sedikit menembus ke memekku. Didit langsung mengobok-obok isi memekku. Serangan tiba-tiba membuatku tidak kuat dan dengan kedua tangan bertumpu di bahunya.
"Aahhnjingg sshh" aku mendesah keenakan.
Tangan satunya membuka gaun satinku bagian atas, mulutnya langsung mengulum tetekku. Tangannya terus bermain di dalam memekku.
"Aahh" aku membekap kepalanya sehingga terbenam di tetekku.
Mulutnya terus menyedot-nyedot tetekku. Tangan kiriku menggapai kontolnya lewat belakang pantatku. Memekku yang dimainkan dengan jari-jarinya membuat memekku mulai basah kembali. Aku mencoba meremas-remas kontol yang gede dan hitam itu.
"Achh pelan-pelan dong Tante" Didit keenakan dan semakin kuat mengobok-obok memekku sambil memainkan itilku.
"Sshh masukin Ditt.. Tante mau kontol.. Pleasee" aku semakin tidak sabar untuk dientot sama Didit.
"Ok Tantee" Didit mulai naik sedikit agar kontolnya bisa masuk ke memekku.
"Achh" aku merasakan kepala kontolnya masuk dan ditarik kembali. Dan kontolnya dimainkan diatas memekku dulu, Didit sentuh-sentuhkan ke itilku.
"Masukin bangsatt!! Oohh" memekku terasa semakin gatal dan aku menjadi wanita binal dibuatnya.
"Yupss" Didit kembali memasukan setengahnya lalu diputar-diputar kontolnya, dan ditarik sedikit lagi.
"Seret Tantee.. Memek Tante masih sempitt achh.."
Didit mulai meracau tidak karuan. Aku tidak kuat menahan kontol yang begitu besar masuk ke memekku. Aku langsung melampiaskan dengan mengulum bibirnya dengan buas sambil meremas-remas rambutnya.
"Mmhh" aku bergumam menikmati sodokan kontolnya yang begitu nikmat. Didit langsung menekan kontolnya lagi dan bless..
"Aduhh enak banget memek Tantee achh" Didit berteriak kenikmatan karena ini yang pertama kali baginya ngentotin memek cina.
"Aahhnnjingg!! Ennakkhh!!"
Kemudian aku mengulum bibirnya dengan lembut. Didit menarik pelan-pelan kontolnya, lalu mendorong lagi kontolnya. Sedangkan lidahnya bermain di mulutku. Terkadang Didit bergerak memutar pantatnya agar kontolnya ikut bergoyang dimemekku. Aku mengimbangi putaran kontolnya dengan berlawanan arah.
"Ditthh.. Sshh.." aku mendesis merasakan kontol yang begitu penuh berputar-putar di dalam memekku. Didit bergoyang kekanan dan kekiri sambil memaju mundurkan pantatnya.
"Sshh Tante enak banget Tantee truss Tantee" erangannya karena aku menggoyangkan pinggul maju mundur kadang berputar sambil memainkan otot dimemekku.
"Sshh Ditt.. Mmhh"
"Achh Tante truss enak Tantee"
Didit rupanya sangat ketagihan dengan permainan memek yang kulakukan terhadap kontolnya. Aku kembali mengulum bibirnya dengan lembut. Sedangkan Didit mengimbangi goyanganku sambil tangannya meremas-remas tetekku, kadang sambil memainkan putingku.
"Terusshh Ditthh kontol kamu enakkhh sshshh"
Aku benar-benar ketagihan dibuatnya, kemudian aku sedot-sedot lidahnya. Diditpun tak ingin kalah dengan menyedot juga lidahku. Tangannya mash menempel di putingku sambil memainkan dengan jari-jarinya yang kasar. Aku bergerak naik turun semakin cepat karena memekku sudah basah sekali sehingga jalan keluar masuknya kontol menjadi lancar sekali.
"Ayo Ditt.. cepet keluarinn hhss" aku yang sudah berada diujung titik kenikmatan berteriak sambil mengangkat kedua tanganku keatas meremas-remas rambutku sendiri. Kemudian tangannya meremas-remas kuat di tetek ku karena Didit tahu kalau aku akan keluar.
"Iyahh tanntee truss Tante enakk" sambil kadang tangan yang satunya mengelus-elus perutku yang mulus.
"Achh enak Tantee memek Tante enak sekalii"
"Ini memekhh apa Dittsshh.." aku bergerak naik turun dan memutar semakin gila.
"Memek yang enakk Tantee memek chiness Tantee achh"
Diditpun terbawa dengan liar menggerakkan pantatnya.
"Cephheett Ditthh kita keluar barengghshshh"
Aku merasakan nafsu sekali dikatakan memek cina, sehingga aku sudah tidak kuat menahan detik-detik yang teramat sangat indah itu selama hidupku.
"Ok Tantee okkhhss"
Aku menekan kuat memek kebawah dan menggesekkan maju dan mundur dengan cepat. Kedua tanganku terus meremas-remas rambutku sendiri sehingga berantakan. Karena permainanku yang hot ini otot-otot seluruh tubuh Didit tampak bergerak disuatu tempat untuk melakukan finishingnya.
"Ayoo tanttee kita main yang lebih hottss"
Didit meremas tetek ku dan memainin putingku dengan kedua jarinya sambil menjepit-menjepit putingku.
"Diditt bangsshhaat teerruss!!" teriakku semakin binal sambil memutar-memutar kontol Didit yang terbenam penuh di memekku.
"Accduhhss enakss Tantee" Didit mulai menyedot-nyedot putingku bergantian.
"Cepett Ditthh semprott pejunyaa sshh!! tanthhee udahh gaa tahhaann!!" teriakku semakin kencang kemudian aku mengulum bibirnya dan menekan kepalanya sehingga rapat sekali wajahku.
"Tahan bentar Tantee" suaranya kacau akibat bibirku itu mendekati bibirnya.
Setelah deket langsung Didit langsung menyantap bibir sexy yang kumiliki. Tak lepas pantat dimaju-mundurkan kadang bergoyang yang semakin cepat gerakannya. Aku melawan terus dengan memainkan otot memekku sekuat tenaga agar Didit orgasme. Tubuhku terus menggeliat karena nikmat yang tiada tara ini.
"Tantee truss achhss ayo Tante kita keluarinn Tante dah mo muncrat lomm Tantee achh" teriaknya yang udah mulai kewalahan tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk orgasme.
"Aahhnnjinngg" aku bergoyang dengan amat sangat liar dan akhirnya tubuhku mulai menggelepar-gelepar.
"Ayo dit Tante mau keluarr"
"Ayokk Tantee keluarin didalemm yah Tantee achss"
"Aasshh"
Akhirnya titik puncak itu dapat kuraih dengan begitu indahnya selama hidup ini. Tubuhku mengejat-mengejat Sambil memeluk Didit erat sekali. Anganku melayang jauh merasakan gelombang orgasme yang sedemikian hebat yang belum pernah kurasakan sebelumnya dengan kontol ini.
"Achhzz" Didit menyemprot begitu kuat dan derasnya didalam memekku. Crot berulang-ulang.
"Aahhmmhh" aku kembali bergumam di alam mimpi yang indah ini.
Bibirnya mengecup bibirku yang ranum dan aku langsung mengulum bibirnya dengan liar sambil memeluknya yang tercium bau aroma khas itu. Tangannya mengelus tetekku lembut.
"Memek Tante enak sekali yahh gilee bener Tante uueennaakk Tante" bisiknya perlahan dengan napas yang masih terengah-engah.
"Dit Tante puas sekali hari ini" aku tersenyum dan berbisik ditelinganya sambil tetap memeluk tubuhnya kemudian mengecup bibirnya dengan lembut dan perlahan.
"Baru kali ini Didit ngentot sama wanita yang hebat.. Tante benar-benar hot sekali" jawabnya puas. Tangan kananku memegang pipinya.
"Tante harus pergi sekarang Dit.."
Didit memandangi wajahku yang sangat cantik ini.
"Ohh iya Tantee" tak terasa kontolnya masih didalam memekku.
"Besok Tante mau jalan-jalan ke mal, Didit mau ikut?"
"Kalau nggak ngerepotin Tante boleh juga Tante"
Aku peluk erat tubuhnya berbau sangat menyengat itu seakan tidak ingin kehilangan dan mengecup keningnya.
"Didit nggak malu ke mal sama Tante?"
"Kenapa musti malu dan karena apa Tante?"
"Nanti orang-orang kirain Didit simpenan Tante" candaku manja dengan suara setengah berbisik dengan napas yang masih terengah-engah.
"Yah nggak apa-apa lagi Tante.. atau mungkin Tante malu jalan sama Didit nich?" sindirnya sambil mengecup lembut ke bibir ranumku.
"Mmhh Ditt.. Kalau Tante sih bangga bisa bawa anak muda di mal.."
"Kalau anak mudanya jelek gimana Tante?" sambil tersenyum menyatakan kejelekan wajahnya.
"Biarin.. Mereka nggak tahukan kalau jelek-jelek kontolnya bikin nggak bisa tidur-tidur 7 hari 7 malam hihihi" candaku sambil tersenyum.
Kemudian aku bangkit berdiri sehingga kontolnya keluar dari memekku. Aku merapikan gaun satinku yang tidak kusut dan terbuka itu serta rambut yang berantakan.
"Tante mau nggak kalau Didit dijadikan simpanan Tante??" sambil membantuku merapikan gaun pestaku.
Aku duduk di meja ruang tamu yang pendek itu sambil menghias kembali dandanan yang berantakan. Dalam hatiku berkata mau Dit, kontol kamu enak sih..
"Didit mau jadi simpenan Tante soalnya memek Tante legit sich" candanya sambil merayuku.
"Udah beresin pakaian Didit, Tante harus berangkat" aku menarik sarung tangan yang sedikit turun di pergelangan tangan.
"Iya Tantee" Didit menarik CD dan celana jeansnya ke pinggangnya. Aku beranjak ke depan pintu apartment karena tergesa-gesa.
"Tunggu Tante" sambil merapikan pakaiannya yang sudah dikenakannya.
"Sorry Tante nggak bisa antar Didit, soalnya Tante udah telat 15 menit nih"
"Ohh ya dech Tante.. nggak apa-apa daripada ketahuan Om nanti kita nggak bisa ngentot lagi" sambil tersenyum dan berharap rupanya dia untuk ngentotin aku lagi.
Aku buka pintu apartment dan menunggunya untuk keluar terlebih dahulu. Sambil keluar Didit mencuri untuk mengecup bibirku dengan gerakan yang amat sangat cepat khawatir ada yang melihatnya. Aku tarik tangannya agar masuk ke dalam dan membiarkan pintu terbuka kemudian kupeluk erat sekali tubuhnya seakan rindu dan kangen sama orang yang jelek dan bertubuh bau ini.
"Jangan cium Tante lagi nanti berantakan"
"Ok Tantee"
"Tante cuma ingin pelukin Didit mmhh"
"Habis bibir Tante itu sich"
"Kenapa bibir Tante?" kupancing sambil berbisik mesra dan ternyata dia membalas dengan memeluk tubuhku erat-erat.
"Bibir Tante sexyy buanggett.." dibisikan di dekat telingaku.
"Kontol kamu enak Ditt.." candaku yang sebenarnya aku berharap bisa ngentotin dia lagi sambil menekan lagi tubuhnya hingga rapat.
"Apalagi memek Tante legit buangett" aku mulai membayangi andaikan memekku ini hanya dientotin sama dia terus.
"Makasih ya Dit.. Tante harus pergi.." aku cubit pipinya dengan tanganku yang bersarung tangan sehingga cukup licin dikulitnya.
"Ok Tante ntar hubungi saja kalau ingin ngentot lagi yah" Didit berharap.
"Makasih juga Tante telah bikin Didit puas dan nggak terlupakan, soalnya Tante wanita chinese pertama yang Didit entotin"
Aku tersenyum manis dan beranjak keluar dari apartment. Diiringi Didit yang langsung kembali menuju ke toko tempat dia bekerja.
bersambung
Cerita Tubuhku Diservis Teknisi Komputer (Bag.1) Selesai !
https://cerpen-21.blogspot.com/2021/03/tubuhku-diservis-teknisi-komputer-1.html