Sahabat Istriku (Bag.1)

Cerita Dewasa Sahabat Istriku (Bag.1) - Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan

Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Sahabat Istriku (Bag.1)". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Selingkuh,

Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.


Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yang masih sangat baru. Belum banyak penghuni yang menempatinya, malahan di gang rumahku (yang terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yang ditempati, yaitu rumahku dan rumah Tora.

 Tora juga sudah beristri, namanya Nadia. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 thn. Rumah Tora hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, kami jadi cepat sekali akrab.

 Aku dan Tora jadi seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama, catur. Nadia, yang berumur 26 thn, juga sangat dekat dengan istriku, Nina. Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja, dan soal seks juga sering mereka perbincangkan.

 Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Nina menyuapi Niko, anak kami. Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering "menguping" rumpian mereka dari kamarku.

Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Nadia dan suaminya. Intinya Nadia kurang "happy" soal urusan ranjang ini dengan Tora. Bukannya Tora ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ejakulasi ya sudah, dia tidak peduli dengan istrinya lagi.

Sehingga Nadia sangat jarang mencapai kepuasan dengan Tora. Sebaliknya istriku cerita ke Nadia kalau dia sangat "happy" dengan kehidupan seksnya. Dan memang, sekalipun aku bukan termasuk "pejantan tangguh", tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku.

Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering Nadia secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh oleh Nina.

Wajah Nadia cukup cantik, sekalipun tidak secantik istriku memang, tapi bodinya sungguh sempurna, padat berisi. Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Nadia termasuk wanita yang "berani" sekalipun masih dalam batas2 kesopanan.

Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengaggumi tubuh Nadia, diluar tahu istriku tentu saja. Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual, sering aku berpikiran kotor begitu. Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dengan akal sehatku.

Jum'at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Nina, dan Niko tentu saja, paginya pulang ke rumah orangtuanya di M, karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi akan akan menyusul ke M. Kesepian di rumah sendirian, setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Tora. Maksud hati ingin mengajak dia main catur, seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.

Rumah Tora sepi2 saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu, karena aku pikir mereka sedang pergi. Tapi lamat2 aku dengar ada suara TV. Aku ketuk pintu sambil memanggil "Tora... Tora," Beberapa saat kemudian terdengar suara gerendel dan pintu terbuka.

Aku sempat termangu sepersekian detik. Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.

"Eh... Mas Benny. Masuk Mas," sapaan ramah Nadia menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Nadia. Sungguh aku belum pernah melihat Nadia secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut, tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

"Nnng... Tora mana Nad?"

"Wah Mas Tora luar kota Mas."

"Tumben Nad dia tugas luar kota. Kapan pulang?"

"Iya Mas, kebetulan ada acara promosi di Y, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Tora?"

"Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Nina ama Niko ke M."

"Wah kalo cuman main catur ama Nadia aja Mas."Sebetulnya aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah. Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan: "Emang Nadia bisa catur?"

"Eit jangan menghina Mas, biar Nadia cewek belum tentu kalah lho ama Mas." kata Nadia sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya."Ya bolehlah, aku pengin menjajal Nadia," kataku dengan nada agak nakal.

Lagi2 Nadia tersenyum menjawab godaanku. Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan aku duduk di kursi tamu."

Sebentar ya Mas, Nadia ambil minuman. Mas susun dulu caturnya."

Nadia melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang. Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu menyembunyikan lekuk tubuh Nadia yang begitu padat.Goyangan kedua puncak pantatnya yang berisi tampak jelas ketika Nadia melangkah. Mataku terus melekat sampai Nadia menghilang di pintu dapur. Buru2 aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.

Pas ketika aku selesai menyusun biji catur, Nadia melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Tora kalau lagi main catur. 

Ketika Nadia membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat.Darahku berdesir kencang, ternyata Nadia tidak memakai bra! Tampaknya Nadia tak sadar kalau sudah "mentraktir" aku dengan pemandangan yang menggiurkan itu. Dengan wajar di duduk di kursi sofa di seberang meja.

"Siapa jalan duluan Mas?"

"Nadia kan putih, ya jalan duluan dong," kataku sambil masih ber-debar2.Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar, Nadia cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah Nadia membuat aku harus berpikir keras. Nadia pun tampaknya kerepotan dengan langkah2ku.

Beberapa kali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang2 dia membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Konsentrasiku mulai buyar.

Satu dua kali dalam posisi seperti itu Nadia mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya. Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja, dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dengan tangannya, seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini.

Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku. Aku betul2 terpesona, sehingga permaian caturku jadi kacau dan dengan mudah ditaklukkan oleh Nadia.

"Cckk cckk cckk Nadia memang hebat, aku ngaku kalah deh."

"Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas," jawab Nadia sambil tersenyum menggoda. "Ayo main lagi, Nadia belum puas nih." Ada sedikit nada genit di suara Nadia.

Kami main lagi, tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi. Permainan berjalan lbh seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah "mati" ke lantai.

Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dengan tangan kananku. Rupa2nya Nadia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah Nadia, dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam.

Jari2 tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku. Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Nadia dengan sangat mesra. Dia sedikit terperanjat dengan "langkah"ku ini, tapi hanya sepersekian detik saja. Matanya masih memejam dan bibirnya yang padat sedikit terbuka dan melenguh pelan,

"oooohhh ..."

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Nadia dengan bibirku, dia menyambutnya dengan mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.

Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kuluman bibir Nadia ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dengan sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Nadia. Aku bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Nadia. Belum sedetik aku duduk Nadia sudah memeluk aku dan bibirnya yang kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.

Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini "hot", bahkan dengan istriku sekalipun. Rasanya seumur hidup kami berciuman begini, sampai akhirnya Nadia agak mengendorkan "serangan"nya.

Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Nadia yang putih jenjang merangsang itu. 

Rintih kegelian yang keluar dari mulut Nadia dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatku.Ciumanku aku geser ke belakang telinga Nadia, sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya. Nadia semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

"Aaaahhhh... aaaahhhhh," rintihan pelan yang keluar dari mulut Nadia yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke leher Nadia. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan menuju puncak buah dada Nadia yang sebelah kanan. Wow... payudara Nadia, yang sedari tadi aku nikmati dengan sapuan mataku, ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2ku mulai menari di sekitar puting susu Nadia yang sudah tegak menantang.

Dengan ibu jari dan telunjukku aku pelintir lembut puting yang mungil itu. Nadia kembali menggelinjang kegelian, namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun. Dia menolehkan wajahnya ke kiri, dengan mata yang masih terpejam dia melumat bibirku.

Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya. Reaksi kenikmatan Nadia dia salurkan melalui ciuman yang semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Nadia. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Nadia. Lambat namun pasti, usapan tanganku aku arahkan semakin keatas mendekati pangkal pahanya.

Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Nadia di sekitar bukit kemaluannya, aku menghentikan gerakanku. Tangan kiriku aku kembali turunkan, aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut. Gerakan ini aku ulang beberapa kali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Nadia dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciuman Nadia semakin mengganas pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku. Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu. Entah hanya perasaanku atau memang demikian, aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Nadia.

Dengan jari tengah tangan kiriku, aku tekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan disana.

"Aaahh... Mas Ben... aahhh... iya... iya,"

Nadia melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannnya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya. Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Nadia.

Bukitnya menyembul indah, bulu2nya cukup tebal sekalipun tidak panjang bergerombol hanya di bagian atas. Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan. Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yang terhampar di depan mataku ini.

Kemudian jari2 tangan kiriku mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Betul2 lembut bulu2 Nadia, aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini, hampir selembut rambut bayi

Nadia mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk aku. Tangan kananku dari tadi tak berhenti me-remas2 buah dada Nadia yang sangat berisi itu.

Jari2ku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Nadia yang sangat halus itu. Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sediit lembab dan agak berlendir. Aku menyusup lebih dalam lagi sampai aku menemukan klitoris Nadia yang sangat mungil dengan ujung jariku. Dengan gerakan memutar lembut aku usap benda kecil yang nikmat itu.

"Ahhhh... iya... Mas... Ben... ahhhh... ahhhh."

Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Nadia, sambil aku gosokkan naik turun. Nadia meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanyan, namun gerakannya terhalang celana dalam yang masih bertengger di kedua lututnya.

Sejenak aku hentikan gosokan jariku, aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Nadia itu. Nadia membantu dengan mengangkat kaki kirinya sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya. Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Nadia dan gerankan Nadia sudah tak terhalang lagi.

Dengan leluasa Nadia membuka lebar kedua pahanya. Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Nadia yang begitu tebal merangsang, hampir sama tebal dan sensualnya dengan bibir atas Nadia yang masih menciumi leherku. Jariku sekarang leluasa menjelajah seluruh kemaluan Nadia yang sudah sangat licin berlendir itu.

Aku gosok2 klitoris Nadia dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek keatas kearah klitorisnya. Aku tahu ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita, tak terkecuali wanita molek yang di sampingku ini. Nadia menggelinjang semakin hebat.

"Aaaaaahhhhh .... Mas... Mas ..... ahhhhh... terus... ahhhhh," pintanya sambil merintih.Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Nadia.

"Iya... ahhh... iya... Mas... Mas... Mas Ben."

Nadia sudah lupa apa yang harus dia lakukan. Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak kebelakang, matanya tertutup rapat. Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya tak lagi memelukku.

Tangan kananku pun sudah berhenti bekerja karena merangkul erat Nadia agar dia tidak melorot ke bawah. Daster Nadia sudah terbuka sampai ke perutnya, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Celana dalam Nadia masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya menganngkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan Nadia, yang semakin aku pandang semakin indah itu. Aku sengaja belum nenyentuh bagian dalam lubang surganya.

Kepala Nadia sekarang meng-geleng2 kiri kanan dengan liarnya. Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak2an, malah menambah keayuan wajah Nadia.

"Mas... Mas .... ahhhhh .... enak .... ahhhh nggak tahaaann... ahhhh."

Aku tahu Nadia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang sudah sangat basah itu.

Aku sorongkan sampai seluruh jariku tertelan lubang Nadia yang cukup sempit itu. Aku tarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan keatas sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Nadia.

Gerakan ini aku lakukan berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, Tiba2 Tubuh Nadia menjadi kaku, kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak kebelakang. Mulutnya terbuka lebar. Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi.

"Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh."

Nadia melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Nadia, dan bersaman dengan itu aku rasakan kehangatan cairan yang menyiram jariku. Nadia telah mencapai orgasmenya. Aku tidak menghentikan gerakan jariku, hanya sedikit mengurangi kecepatannya.

Tubuh Nadia masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek2 yang dia keluarkan lewat mulutnya. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat.Kemudian tubuh Nadia berangsur melemas, aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dengan sangat perlahan aku cabut dari liang kenikmatan Nadia.

Mata Nadia masih terpejam rapat, bibirnya masih sedikit ternganga. Dengan lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Nadia. Aku cium mesra bibirnya yang sangat sensual itu. Nadia pun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta.Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya.

"Nikmat Nad?" Dengan lembut aku berbisik di telinga Nadia.

"Mas Ben... ah... Nadia blm pernah merasakan kenikmatan seperti tadi... sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter... Makasih Mas... Nina sungguh beruntung punya suami Mas."

"Aku yang beruntung Nad, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu."

"Ah Mas Ben bisa aja... Nadia jadi malu."

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama, tapi aku tahu sesungguhnya tak lebih dari 5 menit. Oh, ternyata Nadia wanita yang cepat mencapai orgasme, asal tahu bagaimana caranya. Sungguh tolol dan egois Tora kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini. Aku berpikir dalam hati.

Nadia kemudian sadar akan kondisinya saat itu. Dasternya awut2an, kemaluannya masih terbuka lebar, dan celana dalamnya tersangkut di lutunya. Dia segera duduk tegak, menurunkan dasternya sehingga menutup pangkal pahanya. Gerakan yang sia2 sebetulnya karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

"Nadia mau cuci dulu Mas."

"Aku ikut dong Nad, ntar aku cuciin," aku menggodanya.

"Ihhh Mas Ben genit."

Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ka kamarnya. Aku tahu ada kamar mandi kecil disana, sama persis seperti rumahku. Sampai di kamar Nadia aku berkata:

"Aku copot pakaianku dulu ya Nad, biar nggak basah."

Nadia tdk berkata apa2 tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku semantara aku melepaskan kaosku. Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.

Nadia melirik ke arah celana dalamku, atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yang ada di balik celana dalamku. Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Nadia sampai keatas dan Nadia mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas.

Baru sekarang aku bisa melihat dengan jelas tubuh mulus Nadia. Sungguh tubuh wanita yang sempurna, semuanya begitu indah dan proporsional, jauh melampaui khayalanku sebelumnya. Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dengan jelas di hadapanku.

Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh Nadia yang sexy itu. Putingnya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri. Warna putingnya coklat agak tua, sungguh kontras dengan warna kulit Nadia yang begitu putih.

Perut Nadia sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahanya sangat mulus dan padat, betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa2 Nadia sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya. Dengan agak malu2 di berkata:

"Mas curang... Nadia udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya."

Tanpa menunggu reaksiku, Nadia maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku. Aku membantunya dengan melangkah keluar dari celana ku. Tongkat kejantananku yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya.

Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Nadia, aku maju langsung aku peluk erat tubuh Nadia. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit halus tubuh Nadia tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

"Kamu cantik dan seksi sekali Nad."

"Ah Mas Ben ngeledek aja."

"Bener kok Nad."

Sambil berkata demikian aku rangkul Nadia lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi. Aku semprotkan sedikit air dengan shower ke kemauluan Nadia yang masih berlendir itu. Kemudian tangan kananku aku lumuri dengan sabun, aku peluk Nadia dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Nadia dengan lembut.

Rupanya Nadia suka dengan apa yang aku lakukan, dia merapatkan punggungnya ke tubuhku sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya. Dengan gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Nadia dengan sabun.

Nadia mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulnya seirama dengan gerakanku. Gesekan tubuhku dengan kulit halus mulus Nadia seakan membawaku ke puncak surga dunia.


bersambung




Cerita Sahabat Istriku (Bag.1) Selesai !


Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Sahabat Istriku (Bag.1) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema Fiksi, Selingkuh, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google: Fiksi, Selingkuh, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Sahabat Istriku (Bag.1) :
https://cerpen-21.blogspot.com/2021/04/sahabat-istriku-1.html

Lebih HOT !!!