Sahabat Istriku (Bag.2)

Cerita Dewasa Sahabat Istriku (Bag.2) - Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Sahabat Istriku (Bag.2)". Cerita panas ini memiliki tema tentang Fiksi, Selingkuh,

Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.


Akhirnya selesai juga aku membantu Nadia mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Nadia, betul2 halus dan sempurna. Nadia pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Nadia kepuasan sebanyak mungkin malam ini. Aku ingin Nadia merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dengan seorang pria. Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu karena, dari cerita Nadia ke Nina, aku tahu tak ada pria lain yang pernah menyentuhnya kecuali Tora, dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Nadia aku telentangkan, kemudian aku melorot mendekati kakinya. Aku mulai menciumi betisnya, perlahan keatas ke pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dengan sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya.

"Ahhhhh Mas Ben .... ah... jangan... nanti Nadia nggak tahan lagi... ah."

Sekalipun mulutnya berkata "jangan" namun Nadia justru membuka kedua pahanya semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutku itu.

"Nikmati saja Nad .... aku akan memberikan apa yang tdk pernah diberikan Tora padamu."

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Nadia yang sudah menganga lebar. Aku lihat jelas bibir vaginanya yang begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Nadia. Sambil "berciuman" aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Nadia yang merangsang dan wangi itu.

"Ahhhh .... Mas Ben... aaaaahhh... please... please."

Begitu mudahnya kata2 Nadia berubah dari "jangan" menjadi "please". Bibirku aku geser sedikit keatas sehingga menyentuh klitorisnya yang berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya ber-kali2. Sekarang Nadia bereaksi tepat seperti yang aku duga.

Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya. Aku segera memegang pantatnya sambil me-remas2nya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Nadia.

"Aaaaaahhhhhh .... enak Mas .... enak .... ahhhh... iya .... ahhhh ahhhhh."

Hanya itu yang keluar dari mulut Nadia menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini. Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku, aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Nadia yang begitu mungil, Aku sedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu.

"Maaaaasss .... nggak tahaaaan... ahhhhh... Maassss."

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Nadia dengan jari aku tahu pertahanan Nadia tinggal setipis kertas. Lalu aku rubah taktik ku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Nadia, kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.

Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Nadia sejauh yang aku bisa. Sungguh luar biasa respon Nadia. Tubuhnya menegang membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat, kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

"AAAaaaaahhhhh... maaaaaaaaaaaaaassssssss."

Bersamaan dengan erangan Nadia aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku. Aku julurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa aku rasakan.

Tiba2 Nadia memberontak, segera menarik aku mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya. Sambil matanya masih terpejam, dia memeluk aku dan langsung mencium bibirku yang masih belepotan dengan lendir kenikmatannya. Aku tahu apa yang dia mau.

Aku biarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tanganku aku benamkan kedalam vaginanya dan aku gerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh Nadia kembali menggigil dan vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya.

Kami masih berciuman sampai tubuh Nadia mulai melemas. perlahan aku angkat tangan kananku dari selangkangannya, aku peluk dia dengan lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Nadia.

Tubuh Nadia tergolek lemah seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku. Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

"Mas .... itu tadi luar biasa Mas... Nadia belum pernah digituin... Mas Ben hebat... makasih Mas... Nadia hutang banyak ama Mas Ben."

"Nad aku juga sangat senang kok bisa membuat Nadia puas seperti itu."

Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Nadia berbinar penuh rasa terima kasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yang luar biasa saat itu. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Penisku masih tegang berdiri, tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Nadia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku biarkan di membersihkan dirinya sendiri. Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak berapa lama Nadia sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku. Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu disana.

"Mas Ben pengin diapain?" Nadia bertanya manja.

"Terserah kamu Nad, biasanya ama Tora gimana dong?" Aku coba memancing

"Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Nadia jarang puas ama dia."

"Oh... terus Nadia penginnya gimana?"

"Ya kayak ama Mas Ben tadi, Nadia puas banget.... Nadia pengin cium punya Mas Ben boleh nggak?"

"Emang Nadia belum pernah?"

"Belum Mas," agak jengah dia menjawab, "Mas Tora nggak pernah mau."

"Ya silahkan kalau Nadia mau."

Tanpa menunggu komando Nadia segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku. Dia pegang batang penisku, dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung.

"Ayo Nad,, aku ngak apa2 kok. Kalau Nadia suka, lakuin apa yang Nadia mau."

Dengan penuh keraguan Nadia mendekatkan mulutnya ke kepala penisku. Pelan2 dia buka bibirnya dan memasukkan helmku kedalam mulutnya. Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.

Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yang seharusnya. Rupanya dia benar2 belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Dengan lembut aku pegang tangan kiri Nadia. Aku genggam jemarinya yang lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku. Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku. Aku gerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali aku jilat dengan lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.

Nadia segera paham bahwa aku sedang memberi "bimbingan" bagaimana seharusnya yang dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktekkan apa yang aku lakukan dengan jarinya.

Batang penisku dimasukkan kedalam mulutnya, kemudian kepalanya di-angguk2kan sehingga senjataku tergesek keluar masuk mulutnya yang sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan "pelayanan" yang diberikan Nadia kepadaku.

Semakin lama dia semakin tenang dan tdk kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya. Wow... dlm sekejap Nadia sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Nadia sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang dia lakukan dengan mulut dan lidahnya. Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.

Sesekali dia hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Nadia.

"Gimana Nad rasanya?"

"Mas... Nadia merasakan rangsangan yang luar biasa, Penisnya Mas enak... Nadia suka."

Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Nadia langsung tahu harus bagaimana. Dia duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali menghisap penisku. Kepalanya tetap digerakkan maju mundur.

Dan sekarang dia menemukan cara baru. dia menjepit batang penisku diantara kedua bibirnya yang terkatup.

Kemudian dia meng-angguk2kan kepalanya. Wow... sungguh Nadia cepat belajar dalam hal beginian. Batang dan kepala penisku dia gesek degn bibir tebalnya yang terkatup. Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju mundur.

"Ohhh Nad .... mulutmu enak sekali... terus Nad."

"Mas Ben suka? Nina sering ya giniin Mas Ben?"

"Iya Nad... tapi aku lebih suka kamu... bibirmu seksi sekali... ooohhh Nad... Nina juga suka... isep bolaku dan jilati semuanya Nad... ohhh."

Nadia rupanya nggak mau kalah, dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan menghisap bola kembarku. Tangannya sambil mengocok batang kelakianku.

Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Nadia dan aku usap kepalanya. Nadia suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dengan lidahnya. Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali tidur telentang dan Nadia aku minta merangkak diatasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salah satu favoritku. Nadia sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex.

Dia segera mengulum batang penisku, aku pun mulai menjilati vaginanya. Dengan posisi ini liang kenikmatan Nadia sangat terbuka dihadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahku.

Aku jilat dan hisap klitoris Nadia yang sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya. Sesekali aku cuimi bibir vaginanya yang begitu merangsang. Nadia pun tak mau kalah, dia melakukan segala cara yang dia tahu terhadap tongkat kejantananku. Dia mainkan pakai lidah, dia kocok sambil dia hisap, dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.

Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Nadia sudah tdk bisa menahan lagi, Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian, namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku me-nusuk2 liang kenikmatannya. Akhirnya Nadia sampai juga di puncak nikmatnya.

Tubuhnya menegang, gerakan anggukan kepalanya sambil menghisap penisku semakin menggila. Tubuhnya gemetaran tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya. Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dengan jariku. Tubuh Nadia tiba2 mematung dan aku rasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Nadia dengan mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.

Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Nadia. Otot Nadia sudah agak mengendur juga. Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahnya ke penisku. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, Nadia mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.

Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Nadia dan mulai membelai dan meremas lembut. Nadia menanggapinya dengan sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Nadia.

Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Nadia kembali gemetaran. Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam munggkin ke dalam guanya yang merangsang.

Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol. Nadia mempercepat gerakan kepalanya dan akupun menghisap makin kuat vaginanya. Aku sudah tak kuat menahan amarah spermaku dan ...

"Croooottsss crooots croots."

Lahar hangatku menyembur didalam mulut Nadia. Untuk sedetik Nadia agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.

"Croots... croots."

Sisa maniku kembali menyembur, dan kali ini Nadia menyambutnya dengan hisapan kuat di penisku, seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa didalam sana. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Nadia.

Rupanya Nadia juga sudah hampir mencapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai. Akhirnya sekali lagi tubuh Nadia menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya. Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera aku telan.

Beberapa saat kemudian, dengan enggan Nadia bangkit dan berbaring telentang disampingku. Penisku, walaupun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Nadia memelukku dengan manja dan kami berciuman dengan mesra.

"Nad... gimana?... puas?... sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu."

"Nadia puas sekali Mas... sampai dua kali gitu lho .... Nadia suka sperma Mas Ben... asin2 gimana gitu. Kapan2 boleh minta lagi dong Mas," Nadia mulai keluar kenesnya.

"Boleh aja Nad ,,, asal disisain buat Nina... hehehe,"

Nadia mencubit genit lenganku. "Ihhh... Mas Ben... paling bisa deh... emang Mas sering gaya gituan dengan Nina?"

Aku tahu Nina juga sering bercerita soal kegiatan sex kami ke Nadia jadi aku yakin Nadia sudah tahu juga.

"Enggak lah... ini baru pertama dengan kamu Nad."

"Ah Mas bohong... Nina kan sering cerita ke Nadia, katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam2 Nadia pengin main ama Mas."

"Udah kesampian kan keinginanmu Nad."

"Iya sih... tapi Mas jangan marah ya... Nadia sering bayangin kita main bertiga dengan Nina... Mas mau nggak?"

Kaget juga kau mendengar keinginan Nadia ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan Nina dan Nadia sekaligus. Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dengan Nina. 

Bisa pecah Perang Dunia III, lagi pula itu kan hanya fantasi liar saja.

"Mau sih Nad... tapi kan nggak mungkin... Nina pasti marah besar."

"Iya ya... Nina kan orangnya agak alim."

Kami terus berbincang hal2 demikian sampai kira2 10 menit. Kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Aku jadi semakin mengagumi tubuh Nadia. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Nadia, Tak bosan2nya aku meremas dan mengusap buah dadanya yang sangat segar itu. Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Nadia dengan ciumanku. Tak sampai disitu saja, mulutku mulai aku arahkan ke dada Nadia.

Buah dadanya yang tegak mulai aku cium dan aku gigit2 lembut. Nadia sangat menyukai apa yang aku lakukan.

"Ahhhh... iya Mas .... disitu Mas... ahhhhh Nadia terangsang Mas."

Lidahku menjilati puting susunya yang mungil dan keras itu. Nadia semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yang masih agak lemas.Dia permainkan penisku dengan jari2nya yang lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Nadia dengan lembut mengocok tongkat kelakianku.

Sambil masih mengulum putingnya, tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Nadia. Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Nadia sembari aku gerakkan memutar. Dia juga menimpali dengan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan memutar yang seirama.

"Mas .... aaahhhh Mas .... enak Mas... ahhh terus... iya."

Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya. Akhirnya aku terpaksa melepaskan hisapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya. Nadia terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yang sudah tegak menantang. Tangan kiriku aku tampatkan dibelakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yang agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.

"Oooh Nad... enak Nad... aku suka Nad ..."

Aku pun menggerakkan pantatku maju mundur. Nadia membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya ter-gesek2 lidahnya. Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.

Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Nadia. Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit diantara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Nadia.

"Ahhh Mas... Nadia nggak tahan Mas... ahhhhh... iya .... aaahhhh."

Aku segera merubah posisi. Kedua tangan Nadia aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya. Aku angkat pahanya sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas. Nadia menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya. Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Nadia. Penisku aku arahkan ke lubang yang sudah menganga itu.

Aku tusukan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan disana. kemudian dengan tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Nadia.

"Maassss... ahhhhh... nggak tahan... ayo... ahhhhhh."

Aku sengaja tdk mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Nadia. Aku gesek2an kepala penisku ke klitoris Nadia. 

Dia semakin menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul Nadia bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dengan kepala penisku, tentu rangsangannya lebih dahsyat.

"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhhh Massssssss."

Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya. Nadia kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di klitorisnya. Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya kedalam gua kenikmatannya. Aku berbaring telungkup diatas tubuh molek Nadia sambil menumpkan berat badanku di kedua sikuku. Aku cium lembut mulutnya yang masih terbuka sedikit. Nadia membalas ciumanku dan mengulum bibirku.

Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya. Di telinganya aku bisikan:

"Nad... nikmat ya ..."

"Oh Mas... Nadia sampai nggak tahan... nikmat Mas .."

Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam lubang senggama Nadia yang sudah basah kuyup. Aku tahu Nadia pasti bisa orgasme lagi dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.

"Ayo Nad .... nikmati lagi... jangan ditahan... aku akan pelan2."

"Ahhhh... iya Mas .... Nadia pengin lagi... ahhhhh."

Masih dengan sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Nadia yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 thn. Buah dada Nadia yang menyembul tegak meng-gesek2 dadaku ketika aku turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

"Aaaahhhhh... ahhhhhhh... iya... ahhhhh... Nadia terangsang lagi Mas... iya .... ."

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Nadia menanggapinya dengan memutar pantatnya sehingga penisku rasanya seperti di peras2 dalam liang vaginanya. Gerakkan Nadia semakin liar, Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.

"Aaaaahhhhhh .... Mas ..... aaaahhhhhhh"

Aku semakin kencang dan dalam memompa pantatku. Mata Nadia sudah terpejam rapat, kepalanya meng-geleng2 liar ke kiri ke kanan seperti yang dia lakukan di sofa tadi. Gerakannya semakin ganas dan ...

"Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhhh ........."

Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya. Aku menekan dalam2 penisku ke lubang senggamanya. Jelas aku rasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku. Tubuh Nadia maish terbujur kaku.

Aku pun menghentikan seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dengan penisku. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Aku memberi kesempatan kepada Nadia untuk menikmati klimaks yang barusan dia dapat.

Akhirnya badan Nadia mulai mengendur. Tangannya membelai lembut kapalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.

"Mas .... Nadia sungguh nikmat .... Mas Ben jago deh... Mas belum keluar ya?"

"Jangan pikirkan aku Nad .... yang penting Nadia bisa menikmati kepuasan."

Kemudian dengan lambat aku mulai memompa lagi. Liang senggama Nadia terasa sangat licin dan agak sedikit longgar. Selama beberapa saat aku terus memompa lambat2.

"Aaaahhhhhh... iya... iya .... Mas .... Nadia mau lagi... iya... ahhhh"

Nadia kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai men-desah2 penuh kenikmatan.

Aku cabut batang kemaluanku dari vagina Nadia. Aku lalu berbaring telentang di sebelahnya.

"Kamu diatas Nad."

Nadia segera berjongkok diatas selangkanganku, Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Nadia kemudian duduk diatas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya. Pantatnya mulai bergerak maju mundur.

"Ayo Nad... kamu sekarang yang atur... ohhh iya nikmat Nad."

Nadia semakin bersemangat memajumundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah dihadapanku. Secara reflek kedua tanganku meremas bukit daging yang mulus itu. Tangan Nadia dia letakkan dibelakang pantatnya sehingga tubuhnya agak meliuk kebelakang membuat dadanya semakin membusung.

"Ohhh Nad... susumu sexy sekali... terus Nad... ohhhh... lebih keras Nad."

"Aaaaahhhh Mas... Nadia sudah mau sampai lagi... ahhhhh ahhhhhh Mas"

"Ayo Nad .... terus Nad... cepat .... ohhhhh iya... iya Nad... memekmu enak sekali."

"Mas... ahhhh... Nadia nggak tahan... puasi Nadia lagi mas... ahhhh."Gerakan pantat Nadia semakin cepat dan semakin cepat. Aku merasa penisku ter-gesek2 dinding vagina Nadia yang sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.

"Nad... oooohhhh Nad .... aku nggak tahan... ohhh Nad .... enak... enak."

"Ahhhh... ayo... Mas ..... Nadia juga udah nggak tahan... sekarang mas... ahhh sekarang."

Tepat pada detik itu bendunganku ambrol tak mampu menahan terjangan spermaku yang menyemprot kuat.

"Oooooooohhhhhhh Nad ..... crooots crooots croots"

"Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas .... ahhhhhhhhhhh .."

Kami mencapai puncak kenikmatan ber-sama2. Penisku terasa hangat dan aku yakin Nadia juga merasakan hal yang sama di dalam vaginanya. Nadia masih duduk diatasku tapi sudah kaku tak bergerak. Vaginanya dihujamkan dalam melahap seluruh batang kemaluanku.

"Oooohhh Nad .... nikmat sekali... makasih Nad... kamu pinter membuat aku puas."

Akugapai tubuh Nadia dan aku tarik menelungkup diatas tubuhku. Buah dadanya yang masih keras menghimpit dadaku. Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.

"Mas... ahhhhh... Nadia sungguh puas Mas... "

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua, kami memadu kasih beberapa kali lagi. Atau lebih tepatnya Nadia mengalami orgasme beberapa kali lagi sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi,

Segala gaya kami coba, bahkan aku sempat "membimbing" Nadia untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari2nya yang lentik itu. Aku betul2 puas dan senang bisa membuat wanita secantik Nadia bisa mencapai sekian kali orgasme.

Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Nadia. Sebetulnya Nadia meminta aku bisa bermalam menemani dia, tatapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta. Maaf Nina, aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu, Nadia..




Cerita Sahabat Istriku (Bag.2) Selesai !


Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Sahabat Istriku (Bag.2) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema Fiksi, Selingkuh, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google: Fiksi, Selingkuh, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Sahabat Istriku (Bag.2) :
https://cerpen-21.blogspot.com/2021/04/sahabat-istriku-2.html

Lebih HOT !!!