Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Senyum Manis Widya (Bag.2)". Cerita panas ini memiliki tema tentang ABG, Fiksi, Selingkuh,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
-neng ndi kowe goleki Abah Mas-
(Dimana kamu Mas? dicari Abah)
RX King kupacu dengan kencang dan kulihat jam. Coook 15 menit telat
Kedutan orgаѕmе mеmеk Widya masih terasa dikоntоlku, sewaktu aku memacu RX King 96 kebanggaanku. Kоntоl ini juga tidak mau mengecil, setengah tiang, apa mungkin kurang lama. Maklum dulu pacarku memang tergolong agak hyper. Jadi sering banget minta dan aku juga selalu siap melayani.
Kami biasa menyebutnya kenthu marathon. Masa-masa indah itu, tapi kenyataan yang harus dihadapi LDR merubah pacar menjadi mantan, eh bukan ding menjadi alumni aja biar bisa reuni.
-kok mung di read Massss-
( kok cuman di read Mas)
-nek abah duko mbuh lho ya-
(Kalo abah marah, gatau lagi lho ya)
Aku balas -sek diluk dek- (sebentar dik)
WA dari anak Bosku yang bungsu dari 3 anak perempuan Abah. Nur Malika, yang berarti Ratu Cahaya. Dia lebih suka dipanggil Icha daripada panggilan Abahnya kepadanya. Nur, menurut doa terlalu kuno.
Aku memang bisa dibilang dekat dengan anak Abah ini, karena sering dimintain bantuan untuk menutup-nutupi kalau dia kabur dengan pacarnya malam hari. Mas Baihaq anak juragan kebon dari Dander.
Icha dan Bay pacarnya selalu merepotkanku, apalagi pada waktu icha ulang tahun yang ke 19 kira-kira satu atau dua bulan lalu. Nekat Icha tidak pulang dan bermalam dengan pacarnya. Abah menelponku subuh-subuh. Untung saja icha memberitahuku hotel dimana mereka menginap. Aku susul dan aku bangunkan mereka.
Kemudia Icha aku ajak pulang, dalihku menemukan icha di masjid berhasil. Tapi dosa ada padaku karena aku harus ambil mukena umum dimasjid tersebut buat icha. Abah percaya padaku setelah aku membantu Umi istri Abah jatuh dari sepeda motor waktu itu.
Tapi kalo urusan telat beda lagi urusannya. Muka Abah sudah memerah dan berkacak pinggang didepan kantor.
"Lapo telat kowe cok?" (kenapa kamu terlambat?)
Aku tidak kaget kadang Abah sering mengumpat kalo lagi kesal, apalagi dengan supir -supir truknya yang sering mangkir dari kerjaan.
"Abah!" suara Icha dari belakang terdengar
"Astagfirullah, iyo Nur. Lha bocah siji iki neng ndi wae yo, jam yah mene lagi teko, kapan leh mu sugih Le, Le.." (iya Nur. Ini anak kemana aja, jam segini baru datang, kapan kamu mau jadi orang kaya)
Aku berlari dari parkiran motor dan kemudian mencium tangan abah
"ngapunten Bah motor kulo..." (maaf Bah, motor saya...) belum selesai beralasan abah memotong
"motormu lapo, masuk angin? Pilek? Watuk? Isien tolak angin ojo bensin. Motor model ngono isih di gawe, ditimbang wae kono opo ijolno brambang" (motormu kenapa? Masuk Angin? Flu? Batuk? Diisi Tolak Angin saja jangan bensin. Motor seperti itu masih dipakai, di timbang/jual atau ditukarkan Bawang Merah saja)
Abah memang punya kata-kata yang tajam, tapi aku tidak pernah sakit hati karena sebenarnya abah orang yang sangat baik dan penyayang hanya masa lalunya saja yang keras.
Icha berkedip, memberiku tanda segera menyingkir. Dan segera dia mengingatkan Abah untuk menanda tangani slip gaji karyawannya, karena hari ini adalah tanggal 25. Tanggal gajian kantor kami. "Oh iyo Nur, kaliren mengko wong wong" (oh iya nak, nanti orang-orang terlantar)
Waduh. Aku bakalan ketemu Pak Haji lagi ini. Karena Abah selalu membagi gaji tiap karyawan dengan uang cash, karena ingin bertemu dengan setiap karyawannya. Salah satu sikap abah yang aku suka, dia selalu menghargai dan ingin kenal dengan karyawannya, mendengar keluh kesah mereka.
Icha terlihat agak murung hari ini, apa gara-gara aku telat tadi dan dia jadi repot disuruh Abah hubungi aku. Tidak cuman murung, tapi terlihat agak pucat juga. Kenapa ini anak. Dia sekali dua kali melihat kepadaku tapi ketika aku tanya, dia hanya menggeleng kepala lemah. Ketika mau aku belikan makanan kesukaannya khas lamongan Nasi Boran, dia bilang tidak selera. Tumben banget. Ada sesuatu ini.
Menjelang pulang Abah memanggilku. Wah ini pasti dibahas masalah telatku tadi. Dan panjang cerita Abah sewaktu berjuang semasa muda, tapi aku sudah mendengarnya berkali-kali sehingga tidak lagi menarik.
"Abah"
"Mlebu" (masuk)
"Iki gajimu, iki bonuse tak potong sedino. Kowe telat iki mau" (ini gaji kamu, bonusnya aku potong 1 hari. kamu telat hari ini tadi)
"Njih Bah" (iya Bah)
Abah terdiam. Aku kikuk harus bagaimana. Beberapa menit Abah hanya terdiam sembari melihat kosong ke arah jendela.
"Menawi mboten wonten dhawuh kula pa.." (kalau sudah tidak ada perintah saya mau pa...)
"Sek, lungguho meneh!" abah tiba-tiba berkata dengan agak keras. (Sebentar! Duduklah kembali)
"Pa...til lele.." saking gugupnya aku salah menyebut kata (sebutan lokal untuk penyakit menular seksual)
"Kowe keno patil lele? Wah nom noman ruwet jebule" (kamu terserang PMS, wah ternyata kamu anak muda yang ruwet juga)
"Oh mboten Bah, klentu, lha abah ngageti kula" (oh tidak Bah, salah sebut, abah ngagetin saya)
"Oalah yo wes, sak ngertiku kowe bocah genah" (oalah ya udah, setauku kamu anak yang lurus)
"Njih Bah, ngapunten" (iya bah, mohon maaf)
"Nur, Yud, tulung yo"
"Nur kenging menopo Bah? " (Nur kenapa Bah)
"Golekono ngerti, dee gek ono masalah, tapi ra gelem crito aku, aku pasrah neng kowe" (cari tahu, dia lagi ada masalah tapi ngga mau cerita aku, aku mennyerahkan ke kamu)
Memang sejak bu haji pindah rumah, untuk tinggal bersama kakak Nur nomor 1 di Pekanbaru. Nur agak kesepian karena tidak ada tempat bercerita. Dan abah tahu anak perempuannya tidak bisa bercerita ke Bapaknya. Apalagi dia terkenal keras dan tegas dirumah pun.
"Sendiko Dhawuh Bah" (siap terima perintah Bah)
Berat ini memang tugas dari Abah. keluar dari ruangan Abah aku menuju ke parkiran untuk pulang, aku membuka WA untuk melihat status-status, siapa tahu Widya mengirim pesan lewat status. eh benar
Hanya background hitam, dan ada tulisan
Hati-hati dijalan dan emoticon senyum,
selanjutnya ada lah foto selfie dirinya tersenyum manis.
sedang enaknya menikmati senyuman widya tiba-tiba. ada WA masuk.
-Mas wes mari karo Abah? aku pengen ngomong, mreneo neng gudang mburi kantor- (mas sudah selesai sama Abah, aku mau bicara, sini ke gudang belakang kantor)
belum lama telpon berbunyi, "Mas"
aku menjawab "iyo dek sabar, iki gek meh dibales" (iya dik sabar, ini lagi mau dibalas)
"lak suwi mesti" dengan suaranya yang agak manja (lama kan pasti)
"iyo aku mrono ono opo" (iya aku kesitu ada apa)
"tuuut...tuut" sudah ditutup, tumben banget dia agak tergesa begini. padahal biasa dia santai orangnya.
aku berjalan menuju ke ruang tersebut, dari jauh terlihat Icha sedang berdiri menunggu melihat hpnya. Icha ini manis juga sebenarnya, cuman karena aku sudah menganggap adik sendiri, tidak ada perasaan lain selain sayang dari kakak ke adik.
Icha ini kulitnya sawo matang, idungnya mancung senyumnya lebar dan matanya menandakan orangnya tegas, bentuk badannya termasuk bagus karena dia jaga sekali makanannya. rambutnya di beri warna agak kemerahan. Aku baru memperhartikan Dia memakai baju panjang dan lebar hari ini. padahal biasanya dia memakai baju khas anak-anak sekarang yang simple dan kekinian.
belum sempat menyapa icha menarik tanganku untuk masuk ke gudang. setelah didalam, dia berbalik badan dan dengan muka menahan tangis dia bilang "Mas aku hamil"
tiba-tiba dia memelukku dan menangis sejadi-jadinya. "iyo Mas aku bingung saiki, aku kudu piye"
Bay mau untuk tanggung jawab tapi takut sama orang tuanya, icha lebih-lebih lagi, dia tidak takut kalo hanya dimarahi atau dihukum, tapi dia takut kesehatan Abah dan Uminya bakalan terganggu. jadi mestinya sewaktu mereka menginap bersama itu.
"lha piye kok bisa lho"
"lha jarene bay ra enak nek nganggo karet, lha kok dilebokne ra suwe metu, yo telat nyabute"
"owalaah padahal yo wes ra bocah lho, kok koplak sih kalian"
"iyo Mas enak sih mung diluk tok, dadi rasane kuwi keri-keri trus.."
"hush, piye to malah bahas kuwine" aku memotong penjelasan Icha daripada nanti dia bercerita detail dan sungkan kan kalo, kelihatan kоntоlku mengacung.
karena daritadi aku sudah menahan, ketika dipeluk icha dan susunya menempel ke aku, dia mepet sekali tanpa sungkan, kоntоlku mepet ke perutnya. kalau ditambah cerita seperti ini, tidak bisa lagi aku menahan untuk tidak ngасеng.
"kamu mau gimana Cha, aku bantu wes apapun itu"
"Kata Si Robby dia punya pil yang bisa jatuhin mas"
"Cha!, kamu ga takut dosa"
"mau gimana mas, aku ga tega, cuman aku ga mau Abah Umi kenapa-kenapa gara-gara ini. ini si Bay udah beli Mas, nanti malam diantar kesini, cuman aku mau minta tolong Mas Yud"
"iya gimana dek"
"temani aku yah, pas jatuhin, please mas"
"iya gapapa sama bay juga kan"
"ngga mas, bay ga ikut, takut dia sama darah katanya, takut aku kenapa-napa"
pikirku, gimana sih ini pacarnya, katanya takut ceweknya kenapa-napa gantian waktu genting gini malah takut. tapi bener juga nanti malah ngerepotin kalo ikut pingsan atau apa.
"ya udah kapan? dek"
"Nanti malam ya mas, aku kabarin"
aku pulang sambil menerawang, aku belum pernah melakukan ini, atau menemani siapapun melakukan hal ini. kuparkir RX Kingku, dan tengak tengok ke arah toko, siapa tahu ada Widya. ternyata tidak ada. dengan kecewa aku melangkah menaiki tangga.
"Yud makasih lampunya ya"
"sama-sama bu" aku menoleh ke bawah dan ternyata ibu kost pulang dari latihan. kelihatan belahan dadanya yang penuh. aku terpana.
"kamu lihat apa jangan kurang ajar"
"lho bu maaf ngga kok ngga liat apa apa saya"
ibu kost segera menutupi belahan dadanya dan pergi memasuki rumah. sewaktu berbalik kelihatan pаntаtnya yang besar bergerak memantul.
eh udah, malah ketauan lagi nanti berabe. kenapa tadi juga aku lihatin, wah, salah deh aku. siap-siap pindah kost ini. jauh deh dari Widya. duuh. gimana sih aku ini,
-Mas ibu kok marah-marah, ada apa?-
ternyata bu kost tidak cerita ke Widya, untunglah, bisa dianggap apa aku ini.
-Ga tau mbak-
-Mas sih gitu, kursi masa ga dibalikin, abis ganti lampu, ibu kesandung kakinya, jarinya bengkak itu-
-oh maaf maaf, saya perlu kesana kah?-
-kata ibu ga perlu Mas-
-oke mbak sampaikan maaf ke ibu ya mbak-
-ok-
kok ibu kost ngga cerita yah?, apa mungkin malu yah untuk kejadian seperti itu. ya sudah lah, aku kemudian mandi dan merebahkan diri ke kasur. membuka-buka status WA melihat status Icha yang hanya berlatar gelap.
jam 20.00 perutku mulai lapar, aku merebus mie kaldu ayam dengan topping telur ceplok di taburi boncabe level 30. sedap sekali, handphoneku berbunyi ada WA dari Icha.
-Mas kamar 217, Santika Wahidin-
kok Icha bisa keluar yah? wah jangan-jangan dia kabur. aku menunggu dengan cemas apa ada wa dari Abah atau Umi. ternyata aman.
sekitar jam 23.00 aku sampai di lobby hotel disambut oleh resepsionis yang manis, lumayan buat penghilang rasa dingin abis kehujanan dijalan. untung bajuku ngga basah banget, hanya celana yang agak basah.
kuketok dan bel, kamar 217 dilantai 2. tanpa ada jawaban pintu terbuka, terlihat muka Icha nongol sambil membuat tanda diam dibibirnya
"njih Bah, kula atos-atos, menika sampun badhe tilem bah" ternyata dia pamit untuk menginap dirumah temannya di daerah Menganti perbatasan Gresik Surabaya
aku masuk cuman ada tas Icha yang ditaruh di tempat tidur dan tv yang menyala, lampu remang-remang khas kamar hotel dan lagu dari TV yang membuat tempat ini nyaman. memang beda hotel berkelas dan hotel biasa yang dulu aku tempati sewaktu bercinta dengan pacarku di kaliurang Jogja. hotel 60 ribu dapet kopi atau teh, hehehe sederhana tapi indah.
Icha mengambil obatnya yang sudah di berikan oleh Bay. dia menyerahkan nya kepadaku, aku membacanya Cyt****. iya ini sepertinya yang dibicarakan sama kawan-kawan dulu. tapi efeknya juga bakalan parah ke pemakainya. sebenernya ini obat lambung tapi memang biasa digunakan untuk pengguguran.
"kamu udah siap beneran ini dek?" kataku memecah keheningan
"iyo Mas piye meneh, cuman.." icha tertahan,
"aku harus minta tolong mas 1 lagi" sembari dia duduk di pinggiran tempat tidur.
"apa Cha? kalo mas bisa bantu mas bantu"
"Mas harus nidurin icha"
"CHA? yang bener aja jangan gitu" aku beranjak untuk segera keluar dari kamar.
Bukan tidak mau, munafik itu namanya. tapi posisi Icha siapa dan bagaimana baiknya Abah ke aku yang membuat aku tidak mampu hanya memikirkan saja untuk memacari anak-anak pak haji. kalo boleh jujur, ketika Icha bilang bahwa aku diminta menidurinya dengan suara manja, ada sedikit rasa geli di kоntоlku, seakan menyambut ajakan itu. bukan manja kepadaku, namun memang suara icha terkesan kekanakan dan manja.
"Tunggu Mas, Bukan gitu, ini harus gitu" icha menarik tanganku dan memegangnya dengan kencang, sehingga tubuhnya menempel di tangan kiriku. "Mas sabar dulu"
"apa?" aku hanya menjawab pendek dan kembali duduk, karena jika aku teruskan pasti Icha bisa tertarik dan mungkin terjatuh.
"Gini Mas, obat ini emang harus didorong pake itunya Mas biar bisa masuk sempurna" . sebagian diminum juga. "Bay mana? harusnya bay donk dek" aku masih emosi karena teringat pacarnya yang setengah-setengah saja bertanggung jawab.
"Bay ga berani mas, aku juga sebel sama dia sebenarnya, cuman ya sudahlah dia tetep mau bertanggung jawab kok sebenarnya. mau ya mas?" setengah bergelendot dan mukanya memelas.
aku bergegas bangun dari duduk dan bilang "iya dek" karena sebenarnya pembicaraan ini menggugah kоntоlku yang sedang tidur karena kedinginan. untuk menutupinya aku berjalan ke arah jendela, dan melihat keluar dari jendela yang besar itu.
"ya udah yuk mas"
tanpa waktu lama, icha melepas celana jeans nya dan kemudian celana dalamnya. kemudian Icha tidur terlentang di pinggir ranjang sambil kakinya terbuka.
temaram cahaya kamar membuat wajah manis Icha tampak cantik, dia tidak melepas kemejanya putihnya sambil menoleh ke arahku dia memanggilku
"Mas"
aku berjalan menghampirinya, dan melihat ke arah mеmеknya yang mungil dengan Rambut tipis di atasnya aja, tapi di sekeliling sudah bersih. pahanya mulus hanya ada tanda lahir di bagian paha kanan dalam, perutnya masih terlihat kecil karena memang belum ada 2 bulan.
"dek beneran ini?"
"iya mas, aku pengen mas, karena aku percaya sama mas"
"ya udah dek obatnya mana?"
"mas buka dulu celananya"
aku hanya terdiam, aku setengahnya tidak sampai hati, tapi setengahnya sаngе karena situasi ini.
tiba-tiba icha bangun dan mengulurkan tangannya ke arah kancing celanaku, retsleting dibukanya dan munculah kоntоlku yang sudah mengeras.
"eh" Icha tersentak "kalo ini mana cukup mas, beda sama punya Bay tapi pasti bisa sampe dalem sih obatnya" sembari tangannya mengukur panjangnya kоntоlku memakai jarinya.
tangan kirinya terlihat kebawah mengukur mеmеknya juga. Dia segera berbalik terlentang dan menunjukkan mеmеknya kepadaku, terlihat di garis mеmеknya mengkilat terkena pantulan cahaya TV.
"obatnya mana dek" Pikirku ya udah bentar aja didorong terus sudah karena toh ini hanya prosedur.
"jangan pake obat dulu mas, takutnya ngga masuk itu punya mas di Icha, coba dulu aja mas"
bener juga sih, aku sudah tidak berpikir yang ini itu. aku berjalan mendekati ranjang tempat Icha terlentang, dan aku mencoba untuk mengarahkan kоntоlku ke mеmеk Icha. Icha mendesis "ssh" ketika ujung kоntоlku mengenai itіlnya.
trus kuarahkan ke lobang dan ternyata tidak bisa, karena memang lobang mеmеk icha imut sekali dan Icha belum terlalu basah. "au" icha merintih kecil
"Tuh kan mas ngga cukup, gimana donk mas"
kalo gini ngga selesai-selesai. kemudian kepalaku turun ke mеmеk icha dan mulai menciumi dari lutut, turun ke paha dalam, dan kemudian lidahku beradu dengan itіlnya.
"mass"
"geli, ini apa, mas ngapain"
paha icha menjepit kepalaku, tapi lidahku tetap tidak berhenti untuk mengeksplorasi mеmеknya. setelah itіlnya keras, mulai lidahku bergeser ke arah bibir mеmеknya, aku menciuminya layaknya ciuman bibir.
icha menggelinjang dan mendesis desis "ssh" "ssh" jepitan pahanya melunak, kemudian malah terbuka lebar. aku melanjutkan ke lobang mеmеknya, yang sudah berlimbah lеndіr dan bercampur ludahku. lidahku kumasukkan ke dalam lobang mеmеknya, memang sangat sempit namun lama kelamaan kendur dan lidahku bisa leluasa bermain.
tidak lama Icha mulai bergerak tidak tentu arah, icha bangun dari tidurnya tangannya menekan kepalaku ke arah mеmеknya, sembari pаntаtnya bergoyang-goyang. memaksa mulutku untuk beradu dengan mеmеknya lebih kencang. dan tiba-tiba rambutku dijambak. "Masss" Masss "Enaaaak" sambil menjatuhkan diri ke belakang tapi aku tetap memegangi pаntаtnya dan menghisap mеmеknya kuat-kuat agar semua cairan itu masuk kemulutku. Slurrrp. Slurrrp.
icha menoleh ke arahku dan bilang "aku diapain mas"
aku bilang ini pemanasan dulu, foreplay agar mеmеkmu bisa dimasukin dek. Icha mengangguk dan tanpa sadar tangan kirinya menelusup ke arah Bajunya dan meremas-remas susunya dari luar.
"Mas kok gini yah aku rasanya, gerah geli, campur-campur"
aku bukain yah dek? icha menjawab "kaos mas dulu lepas"
setelah melepas kaos, dari antara pahanya aku membuka kancing kemejanya dan terlihat bra senada dengan celana dalamnya, setelah aku buka terlihat susu ranum khas dengan putіng coklat muda, serasi sekali dengan kulit icha.
tangan icha memainkan putіngnya sendiri dan dia melenguh-lenguh "mas" "mеmеkku gatal, geli" tiba tiba kaki icha merangkul pinggangku dan menariknya. aku terjatuh kedepan tapi masih bisa menahan dengan kedua tanganku. Icha menatapku tajam
"Masukin mas"
pelan aku memasukkan kоntоlku ke dalam mеmеk icha, icha seperti tertahan, menggigit bibir bawahnya. dan tangannya merepas tanganku. mеmеknya meregang mencoba untuk menyesuaikan kоntоlku.
"gimana dek? lanjut" icha melihatku dan mengangguk
aku kemudian menarik sedikit dan memasukkannya lagi untuk membiasakan mеmеknya icha dengan keberadaan kоntоlku. dan akhirnya bless kоntоlku masuk. Aku dan icha berbarengan melenguh "ohmm" reflek pinggulku bergerak-gerak dan Icha semakin menikmatinya.
aku berusaha menepis rasa sаngе yang sangat parah ini dan bilang |
"udah ya cha mas cabut ambil obatnya"
tiba-tiba icha menjawab "ngga mau, mas enak" dan dia menggoyangkan pаntаtnya membuat kоntоlku semakin keras dan terasa sangat nikmat. reflek aku membalas goyangannya dengan sodokanku. mata icha terbelalak dan berteriak "ughh"
aku mulai dengan goyangan pelan, kuangkat kaki icha dan kupeluk dua-duanya didada sembari tetap aku memompa mеmеknya, icha mengejang, dan tangannya berusaha menggapaiku tapi terlalu jauh, akhirnya dia meremas tempat tidur dan "ahhh enak masss"
aku sudah lupa dengan maksudku kesini dengan Icha, ku pompa terus mеmеk icha dengan kencang, keluar bunyi plop plop dari mеmеk icha tanda sudah sering orgаѕmе.
sayup-sayup terdengar suara lagu dengan lemas Icha menoleh ke samping. Icha terbelalak dan teriak "ABAH Mas" aku sontak mencabut kоntоlku dan menengok kanan kiri, pintu kamar masih tertutup, jendela juga.
dengan panik dia mengangkat HP "diangkat ngga ya mas?"
jangan aku bilang, aneh kan. nafasku memburu, pikiranku kacau, karena tanggung banget karena aku belum keluar. aku berusaha menenangkan diri dengan duruk di pinggiran tempat tidur sambil kоntоlku masih menegang sempurna, berlapiskan lеndіr orgаѕmе icha, baunya menyeruak membuatku susah untuk menghilangkan sаngеku.
"Abah WA mas"
icha menunjukkan kepadaku
-angkat nduk wes rapopo abah ra nesu-
Icha tidak berani membuka WAnya, dia hanya scroll dari depan deg-degan
ringtone WA berbunyi lagi
-wes ojo diterusno, kuwi putuku nduk-
pikiranku jadi semakin kacau, apa Abah tau semua, dengan siapa Icha sekarang, tahu darimana. belum lagi kоntоlku yang tidak mau lemas sangat tidak enak kondisiku sekarang. aku menoleh ke arah Icha.
Icha terlihat mengetik sesuatu dan menoleh ke arahku tersenyum.
"Abah ngga marah mas" Icha disuruh pulang aja, yang ngomong ke Abah si Umi. Umi dikasih tau sama Mbak Dila setelah di ceritain sama orang tuanya si Bay. ya gitu lah mas.
"lho mas kenapa?" Icha beringsut ke arahku. "oh iya maaf sini mas icha bantuin" dia melihat ke arah kоntоlku yang masih tegak mengacung.
"udah gpp cha biarin aja, ntar kan ya lemes sendiri"
"gapapa mas, Icha sering kok kocokin punya Bay" dia berjongkok didepanku meraih kоntоlku dengan lembut, dan mulai mengocok rasanya sangat enak karena masih terlapisi dengan lеndіr orgаѕmе icha.
kemudian sorot mata icha berubah sayu, tangannya mulai memegang dan memainkan itіlnya sendiri. lama -lama icha mulai kelihatan cape, karena рејuku tidak menunjukan mau keluar. dia kemudian bilang mas merem aja biar fokus, sambil rebahan yah.
aku menurut saja karena daripada tidak sama sekali, malah sakit semua di badan. aku merem dan menikmati kocokan icha, memusatkan pikiranku agar cepat keluar, tiba-tiba kоntоlku terasa lebih enak, dan ada yang menindihku. aku membuka mata ternyata Icha sudah diatasku memompa kоntоlku dengan mеmеknya yang sudah basah.
"Cha?"
"tangan icha pegel mas, siapa tahu dengan begini lebih cepat mas keluar" sambil terengah-engah dia menjawab. goyangan icha mulai menjadi-jadi tangannya mulai meremas dadaku. "mass, mass, kok malah ich..a yang ke..luarrrr" aku segera mengangkat sedikit pаntаt icha dan mulai memompa mеmеknya dari bawah, tanpa babibu langsung aku goyang dengan kecepatan tinggi.
"aahhh Chaaa Mas keluarrr" рејuku menyembur kedalam mеmеk icha, icha sekali lagi kelihatan menggelinjang pada waktu menerima рејuku. "ahhhh" kemudian dia ambruk didadaku dan nafas kami saling beradu.
"Icha maaf ya jadi gini".
Tanpa memalingkan muka, masih menaruh kepalanya di dadaku Icha menjawab
"Mas jangan minta maaf, Icha kok yang minta, kapan-kapan boleh... eh maaf mas ngga jadi?"
"kenapa Cha?"
"gapapa mas, Icha ga bakal lupa aja sama malam ini"
-----
Pagi itu aku bangun agak malas, karena semalam kehujanan lagi sewaktu pulang. dan itu juga sudah menjelang subuh. badan agak demam, aku merebus air dengan maksud untuk membuat Teh Panas.
Ternyata Bay berani juga pikirku, patut diacungi jempol, dia dengan waktu yang singkat mampu menyelesaikan masalah tersebut. memang kelihatan Bay sayang sama Icha, begitu pula Icha. yah semoga mereka bisa menyelesaikan masalah nya.
aku duduk di dekat kompor, sambil menghidupkan rokokku, tapi terasa pahit. wah sakit ini aku pikirku. yah tapi mau gimana lagi. kompor ini berada didepan kamar mandi, jadi berbatasan langsung dengan tempat setrikaan Widya. Iseng-iseng ku tempelkan telingaku ke pintu penghubung rumah induk dengan kost.
suara renyah yang kukenal "Iya Bu Widya, ambil baju mas nanang dulu disetrikaan"
kutunggu sebentar dan aku berdehem untuk memberi sinyal Widya "EHEM!"
kutempelkan telingaku lagi, namun tidak ada suara. "EHEM!" kedua kalinya, dan tetap tidak ada suara apapun dari balik pintu. ya sudahlah pikirku, semoga nanti ketemu dibawah.
tapi tiba-tiba 'cekrek' pintu hanya dibuka sedikit dan Widya nampak tersenyum, kami berdua ngobrol tapi tanpa suara, hanya saling membaca bibir.
"Hai Mas"
"Widya, Mas kangen"
"Aku juga Mas Yud"
aku mengulurkan tanganku untuk membelai pipinya yang halus, dan widya membalas menaruh pipinya di telapak tanganku sambil memejamkan mata. seakan-akan merasakan belaianku.
"Mas, kamu demam?" mukanya berubah dan tiba-tiba dia membuka pintu lebar-lebar dan memegang jidatku. "astaga, demam kamu mas" mukanya cemas. semakin menggemaskan ketika dia khawatir, dahinya berkerut dan mimik mukanya serius.
"duh gimana ini, bentar-bentar"
"wid..sst" aku memberikan kode karena Widya kelepasan bersuara
"Maaa" terdengar suara Mas Nanang memanggil Widya "bentar Pa"
kemudian widya bergegas masuk dan menutup pintu.
"ee kaka, ada siapa disitu, suara Nona" 'cekrek' pintu kamar paling dekat dengan dapur terbuka. muncul wajah Dedy teman kost dari kupang.
"eeh kamu ded, iya kayaknya tuh dari sebelah"
"ee..suara jelas sekali ee..beta pasti bermimpi, bermimpi tapi tidak basah ee" sambil nyengir dia menutup pintunya lagi
"owalah koplak, wes turuo meneh kono"
memang sih badanku agak hangat, mungkin widya lebay aja sih, soalnya dia sayang sama aku. sewaktu mandi air terasa lebih dingin dari biasanya, tapi mungkin cuaca yah.
aku berkendara agak pelan pagi itu karena udara terasa menusuk dan terkadang aku bergidik kedinginan.
"sampai kantor bikin kopi hangat ah" pikirku
aku memasuki halaman kantor. terlihat Alphard Putih Abah sudah nongkrong, Radi supir Abah yang dulunya kernetnya, sedang asyik mengelap kap mobil abah.
"wes kang ilang cat'e lho" sapa ku
"eh pitik pitik..enak kenthu isuk isuk...cook yuddd kaget aku" dengan kaget dia menjawab sapaanku, agak latah memang tapi tidak ngondek.
berbanding terbalik dengan badannya yang gempal dan tato di lehernya bergambar jangkar yang sudah memudar. dia menepuk punggungku dan menyalamiku.
"Weh kamu sakit? kok panas tanganmu"
"rapopo kang sing penting atine adem"
"bocah kok guyon wae, loro kowe kuwi, mulih kono"
aku meninggalkannya sambil melambaikan tangan.
sekilas terlihat Icha sedang ngobrol serius dengan abah di ruangnya. aku hanya berdoa semoga masalah bisa terselesaikan dengan baik. terlihat abah mondar mandir sambil berkata serius kepada icha, sedang icha hanya duduk dan dua tangannya ditaruh di pahanya.
aku segera ke mejaku setelah membuat kopi, angin dari kipas angin ruangan terasa dingin di badanku.
-Mas Yud, repot?-
-Piye Bay?-
-Icha udah cerita semua sama aku pas di Santika-
degg...
cerita apa aja Icha ke Bay, harusnya tidak mungkin Icha cerita mengenai semuanya. pasti bay bakal marah. aku tidak langsung membalas aku tunggu balasan dia selanjutnya.
-ya seharusnya ga sampe gitu Mas, gimana-gimana kan aku pacare-
celaka 13, duh icha kenapa kamu cerita. aku harus jawab gimana ini.
-yo sorry yo Bay, aku ga niat gitu-
aku sedang menata kata-kata kemudian balasan Bay melegakanku
-kok malah sorry Mas, harusnya aku terimakasih sama Mas udah nemenin, aku harusnya yang disana buat Icha tapi aku ga berani, maturnuwun yo Mas-
-eh kok ga paham aku Mas, ga niat opo-
wuaduh salah lagi segera aku menetralkan topik ini.
-aku haruse ngga ikut campur terlalu dalam-
-oh rapopo mas, malah mungkin nanti aku bakalan banyak repotin Mas ini-
-oh monggo Bay, santai ae-
Mobil Abah terlihat mundur dan keluar dari halaman kantor. dan Icha dari belakang menepuk pundakku. "serius banget mas, wa pacarnya ya"
aku mendongak dan terlihat wajah Icha lemas"
"oalah Nur, Nur iki Bay WA aku"
"Nur gundulmu mas" sentak Icha manja.
dia mengambil HPku dan membacanya, tapi ketika tangan kita bersentuhan, Icha kaget, dan kembali memegang tanganku.
"Mas sakit to? ke Rumah Sakit Yuk"
"emoh Cha, iki gawean isih akeh"
"Mas lho bandel"
kemudian Icha masuk ke ruang Abah dan kembali membawa termometer tanpa ijin dia memasukkan termometer ke ketiakku lewat bawah lengan baju. 39 derajat.
"Mas nanti step lho"
"emang aku bayi" eyelku
bau parfum atau tubuh Icha sejenak mengingatkan ku ketika aku menindihnya semalam.
"KRIIING KRIIING"
Telepon kantor berbunyi. aku segera mengangkatnya.
"Halo, Selamat Pagi"
"Yud Muliho, loro yo kowe?" (Yud pulang gih, kamu lagi sakit kan?)
aku segera mengenal suara itu
"mboten menopo bah, namung greges sekedik" (tidak mengapa Bah, cuman demam sedikit"
"Mulih!, daripada kowe step, malah ngrepoti uwong, sopo sing ngelem ngekep"
"oh njih bah" jawabku dengan suara agak kesal, masak udah tuwir gini masih dibilang step sih.
"Ketularan motormu sing sok masuk angin kuwi paling, yo wes ndang lho yo" celetuk Abah.
"Njih Bah"
kemudian aku membereskan mejaku sedikit dan beranjak pulang ke kost. Icha berlari kecil menyusulku, memaksa aku untuk kerumah sakit. aku menolaknya dengan segala cara dan aku segera menghidupkan motorku. terlihat Icha manyun, karena tidak berhasil membujukku untuk ke Rumah Sakit.
sampai di kamar kost aku langsung merebahkan diri tanpa melepas pakaian maupun jaketku. memang lemas sekali terasa badanku. HPku berbunyi, ternyata telepon dari widya, ketika aku angkat sudah dimatikan.kemudian aku cek WA
ternyata ada beberapa WA dari Widya selama aku dijalan tadi. Memang perjalananku agak lama karena aku tidak berani memacu motorku terlalu kencang, kepalaku terasa agak nggliyeng.
-Mas gimana badannya?-
-tadi ga usah kerja kenapa mas-
-Mas-
-P-
-P-
-kok ga dibalas mas? mas gpp? widya khawatir-
aku membalasnya
-Saya dikamar mbak, sudah balik dikamar kok, tadi disuruh pulang sama abah-
melihat layar HP mataku terasa panas
tiba-tiba aku merasa ada yang mengelus-elus kоntоlku, dari luar boxerku. "emhh" aku menggelinjang
aku mencoba membuka mataku, terlihat wajah ayu dengan senyuman yang aku sangat mengenalnya. dengan jilbab ungu muda, dan sedikit poninya muncul, dibalut baju lengan panjang dan baju panjang widya terlihat tersenyum. ah senyum itu. ini mimpi?
"bukan' aku segera terkaget dan terduduk dari rebahku. "Widya kok disini?" tanyaku cemas.
"Mas sayang rebahan aja" dia mendorong lembut badanku, dan suaranya terdengar merdu ditelingaku. lama sekali aku tidak mendengar widya memanggilku sayang.
"Ibu tau kok Mas, ibu yang nyuruh widya kesini. tadi pagi Ibu lihat muka mas pucat, Widya bilang aja mas abis bantuin benerin genteng bocor pas hujan kemarin"
"pintar sayangnya Mas" tanganku kuarahkan ke membelai pipinya.
"ini Widya antar makanan dan minuman panas, tadi Ibu juga kesini trus pergi karena di telpon ada rapat di Dinas Pendidikan, kayaknya ibu jadi masuk Dinas Mas"
Tangan widya masih diatas boxerku didalam selimut. tadi Widya dan ibu berusaha membangunkanku tapi tidak bisa, kemudian setelah ibu kost pergi. Widya melepas celana panjangku dan menyelimutiku, dia memakai cara lain. cara yang aku sangat suka ini.
"Wid" sambil mataku menunjuk kearah bawah "kok tangannya masih disitu"
"Mas sakit tapi masih bisa keras kaya gini, emang sayangnya Widya ini yah hebat, jadinya Widya pengen deh...eh tapi ngga ah mas sakit, kasian" Widya menarik tangannya. tapi aku segera memegang tangan widya dan mengarahkannya kembali ke kоntоlku yang sudah keras.
Masih didalam selimut tanganku menurunkan boxerku dan membimbing tangan Widya mengocok kоntоlku pelan-pelan. dia menggigit bibirnya kecil, dan segera tahu apa yang aku mau.
"Mas gpp kоntоlnya panas gini?" tanya widya ke aku. aku tidak menjawabnya dan tetap membimbing tangan widya mengocok kоntоlku.
Widya duduk dikursi plastik tanpa sandaran, pаntаtnya sudah tidak nyaman duduk, bergerak gerak. aku mengerti widya pasti juga sаngе karena kita lama tidak bercinta.
tangan kiriku bergerak mengelus pahanya, widya merespon dengan memajukan tempat duduknya. tanganku bergerak menelusup dari bawah kaki, terasa kulit kaki yang halus. tanganku merayap ke atas sampai ke paha widya yang sudah terbuka. Tangan Widya masih mengocok dengan lembut kоntоlku, sesekali memainkan lеndіr yang keluar dari lubang kоntоlku.
"emmh" rasa geli membuat batangku semakin mengeras. Tanganku segera menelusup ke lipatan kenikmatan Widya, disana jariku menemukan sebuah celana dalam yang sudah lembab dan licin, kumainkan itіl widya dari luar, matanya terpejam dan wajahnya mendongak ke atas. dia seperti tersetrum kecill ketika celana dalamnya aku singkap dengan jari dan jari tengahku memainkan bibir mеmеknya.
tiba-tiba widya membungkuk dan membuka selimutku sampai ke paha, bibir mungilnya segera mencaplok kepala kоntоlku, dengan lembut, lidahnya menusuk-nusuk lubang pipisku. "mmmhh" nikmatnya sampai ke ubun-ubun, paha ku terasa geli dengan perlakuan widya itu.
Tangan ku tidak berhenti sampai disitu ku colokkan jari tengahku semakin dalam, dan kukocok juga mеmеk widya yang sudah banjir dengan lеndіr kenikmatan. widya menggoyang-goyang pаntаtnya sesuai irama kocokanku, dan mulutnya masih mengulum pеnіѕku.tangan kirinya meremas susunya sendiri dari luar.
beberapa saat, widya berhenti mengulum pеnіѕku, wajahnya menegang, pahanya menjepit tanganku. dengan masih ada kоntоlku dimulutnya widya orgаѕmе "ehhkp" masp" pahanya menjepit keras tanganku yang terus mengocok mеmеknya.
"ehhhkkkppp" nafas widya tersengal-sengal tapi dia tidak mau melepas kоntоlku, matanya terpejam dan terbuka berkali kali, ludahnya meleleh dari mulutnya ke batang kоntоlku. terlihat sangat menggairahkan.
"Mas enak banget" Widya melepas kulumannya "kоntоl mas panas lho" sambil masih dengan nafas tersengal dia bertanya "Mas mau dikeluarin?"
"iya sayang mas pengen" sambil tanganku ku tarik dan kujilat lеndіr orgаѕmе widya dari jariku. aku melepas bajuku dan widya membantuku, widya menaruh bajuku di kursi.
"mmmh Mas nakal bikin widya tambah sаngе, sini widya emut lagi mas" tapi aku tidak memperbolehkannya, dan aku bangkit sedikit dari tidurku, dua tanganku memegang pinggang kecil Widya dan mengarahkannya keatas tubuhku
mata widya kaget, "mas gpp ? mas kan lagi sakit?"
"gpp sayangnya Mas"
Widya segera menaikkan bajunya, melepas celana dalamnya yang lembab. kaki kirinya melangkahi tubuhku. terlihat menyembul susu kiri widya lepas dari behanya.pеntіlnya tegak mengacung pertanda widya sudah sаngе sekali. widya berjongkok diatasku dan tangannya bertumpu didadaku, "mas badannya panas lho" tidak ku gubris rengek widya.
kоntоlku kuarahkan ke mеmеk widya, aku ingin merasakan mеmеk widya yang sudah basah banjir dengan cairan orgаѕmе. ketika kepala kоntоlku masuk ke mеmеknya.
"AHHK" widya agak terpekik "kоntоl mas panas, enakk" "ahhhk"
spontan widya menjatuhkan pаntаtnya sehingga kоntоlku ambles ke dalam mеmеknya. "ah mentok mas" teriak kecil widya kesakitan
"sayang gpp" khawatirku
"ngilu mas tapi enak" widya menggerakkan pаntаtnya maju mundur beradu dengan pahaku, tanganku kananku meremas pаntаt widya, yang membasah karena keringat.
tangan kiriku meremas susunya, memilin-milin pеntіlnya. "ehk mass" goyangan widya semakin menggila, ranjangku terasa bergoyang-goyang kemudaian tangan widya bertumpu ke belakang, tangannya meremas betis depanku, tubuhnya mendongak sambil pinggangnya masih memompa kontoku maju mundur. kedutan mеmеk widya meremas-remas batang kоntоlku memaksa keluar рејuku.
widya menegang sambil wajahnya mendongak. mеmеknya berkedut dan pinggangnya seperti tersentak-sentak kecil "Mas...ahhhh" dia orgаѕmе lagi. widya menjatuhkan badannya ke depan dan memelukku.
"Mas widya sayang banget sama mas" widya membisikiku
"sayangnya mas" aku hanya menjawab pendek
setelah memberi waktu widya menikmati orgаѕmеnya, kemudian tanganku meremas kedua pаntаtnya dan menggerakkan nya maju mundur di kоntоlku.
widya melenguh panjang "mmhh mеmеkku kerasa banget mas" cairan mеmеk widya dipahaku terasa enak sekali melumasi gesekan paha widya di pahaku.
"kоntоl mas rasanya penuh"
widya membantu menggoyang pаntаtnya lebih kencang sambil terus memelukku, perutnya dan perutku beradu bertukar keringat. keringat widya menetes dari hidungnya masuk ke mulutku, asin terasa dilidahku.
"maaf mas" aku hanya tersenyum dan tanganku tetap menggerakkan pаntаt widya. mulut widya menganga nafasnya tersengal, segera kusambut bibir widya dengan bibirku. kita berciuman, lidah widya dan lidahku menari didalam mulut Widya. kita saling bertukar air ludah.
aku pandang matanya "buka mulutmu sayang" widya membuka bibirnya, dan juhh aku ludahi mulut widya dari bawah, widya tetap membuka mulutnya sehingga ludah itu menetes dari bibir mungilnya, dia terpekik.
suka sekali widya diludahin, kemudian dia memompa kоntоlku semakin keras. dan kami sampai orgаѕmе bersamaan. ahhh nikmat sekali rasanya. tanganku memeluk tubuh widya.
рејuku menyembur didalam mеmеk widya, mеmеk widya berkedut dan menyambut рејuku dengan cairan orgаѕmеnya.
Basah. Lembab. Puas. Lemas.
Widya mencoba berdiri dengan lutut yang gemetar, рејuku meleleh keluar dari mеmеknya, sebagian ada yang menetes kembali ke perutku.Widya mengambil tissue dari mejaku, aku kira akan mengelap рејu di perutku. tapi dia malah menyeka mukaku yang berkeringat.
Widya menunduk dan menjilat рејu yang ada diperutku. "ahhh" geli dan puas rasanya. gila memang widya ini, dan aku suka. kalo saja badanku tidak sedang sakit aku kuhabiskan mеmеknya. aku kangen sekali menjilati mеmеk widya, kangen sekali bau khas mеmеk wanita.
Widya beranjak membenahi pakaiannya dan beranjak keluar, tidak lama dia kembali dengan handuk basah dan ciduk kecil. widya menyeka badanku, kоntоlku dia membersihkan sisa-sisa lеndіr yang ada dibadanku dengan telaten.
sesekali dia melihatku dan tersenyum. "udah mas tiduran aja yah biar widya yang bersihin mas"
kemudian kembali menyelimutiku. Aku hanya bisa tertegun dengan baiknya Widya, Mas makan dulu yah, Widya suapin. ketika Widya berdiri mengambil makanan. Tiba-tiba ibu kost muncul dari pintu kamar.
"Wid"
akankah ibu kost mencium sesuatu hal yang tidak beres? aku hanya pasrah.
Cerita Senyum Manis Widya (Bag.2) Selesai !
Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Senyum Manis Widya (Bag.2) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema ABG, Fiksi, Selingkuh, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!
Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google:
ABG,
Fiksi,
Selingkuh, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Senyum Manis Widya (Bag.2) :https://cerpen-21.blogspot.com/2020/02/senyum-manis-widya-2.html