Halo pembaca setia Cerpen 21! Dalam cerita kali ini kami akan membagikan sebuah cerita dewasa hub badan berjudul "Cuma Sekedar Fantasi (Bag.1)". Cerita panas ini memiliki tema tentang ABG, Fiksi, Setengah Baya,
Cerita dari Cerpen 21+ ini cocok dibaca saat senggang atau disela-sela kesibukan rutinitas harian karena bisa membangkitkan gairah hidup dan membuat hari-hari anda semakin menyenangkan. Selamat membaca.
Pandanganku menerawang jauh menembus jendela. Aku tidak memperhatikan ceramah sang dosen. Bukan karena aku sok pinter atau pemalas, tapi karena emang si dosen yang gak pandai mengajar. Cara dia menyampaikan materi perkuliahan sangat membosankan. Apalagi mata kuliahnya juga sudah sangat membosankan. Tambah jenuh deh.
Hufh, kuliah itu membosankan banget. Aku sebenarnya pengen ngurusin bisnis aja. Tapi orangtuaku ngotot banget agar aku kuliah dulu. Umurku yang masih 19 tahun dianggap terlalu muda oleh orangtuaku untuk ngurusin bisnis, jadi aku harus fokus kuliah aja. Padahal di luar sana kan banyak yang muda tapi udah sukses, iya nggak? Eh, tapi kuliah itu sebenarnya juga asik sih. Nilai-nilaiku sejauh ini juga lumayan bagus-bagus. Tapi malas juga kalau kebanyakan dosennya kayak gini.
"Intan, nanti lo ikut kita gak?" tanya teman di belakangku berbisik.
"Kemana? Karaokean lagi? Males ah... gue pengen istirahat di rumah" jawabku.
"Yaahh... ngapain bengong sendirian di rumah? Emang lo udah punya pacar baru? Hahaha"
Aku tidak menghiraukan perkataannya. Pandanganku kembali menerawang ke luar jendela. Pacar? Banyak sih yang pengen jadiin aku pacar setelah aku putus dua bulan yang lalu. Lagian aku ini kan emang cantik dan baik hati, pasti banyak dong cowok yang ngedekatin aku, hihihi. Tapi sekarang aku masih pengen sendiri. Aku gak ingin sembarang pilih cowok, apalagi cowok yang otaknya hanya seputar selangkangan, karena aku yakin sebagian besar cowok yang mendekatiku pasti karena tertarik dengan wajah dan tubuhku. Tapi meskipun aku sudah beberapa kali pacaran tapi aku masih perawan kok. Aku hanya mau ngasih virginku pada orang yang benar-benar pantas kelak.
Meski masih perawan, tapi kuakui aku punya nafsu yang tinggi. Gak tahu deh keturunan siapa. Hampir setiap hari aku selalu masturbasi. Jika gak ada orang di rumah aku bahkan sering berbugil ria. Aku akan beraktifitas dan keluyuran bugil di dalam rumah jika lagi sendirian, lalu dilanjut dengan masturbasi sepuasnya. Saat masturbasi aku bisa sampai membayangkan hal-hal gila. Ngebayangin disetubuhi di luar ruangan di tempat rame lah, digangbang banyak cowok lah, sampai disetubuhi cowok-cowok dari kalangan bawah. Ngebayangin semua itu waktu masturbasi bikin aku cepat sampe. Tapi tentunya ini cuma fantasi kok, hihihi.
~
"Ntan, mau pulang? Gue anterin ya..." seorang cowok langsung menghampiriku begitu kelas terakhir hari ini selesai. Namanya Andra, salah satu dari sekian banyak cowok yang ngejar-ngejar aku. Dia bintang basket di kampusku dan anggota BEM. Orangnya cukup tampan. Dia juga tinggi, dan setahuku dia anak orang kaya. Cewek-cewek banyak banget yang pengen jadi pacarnya, namun dia kayaknya lebih tertarik untuk jadiin aku pacarnya, hihihi. Dia sering ngasih hadiah yang mahal-mahal padaku. Tapi sayang banget... aku gak tertarik pacaran dulu.
Aku tersenyum dan menolak ramah ajakannya. "Gak usah, gue bawa mobil kok hari ini, makasih ya..."
"Ohhh... gitu, oke deh... gimana kalau besok gue jemput?" tanyanya lagi.
"Duh, gak usah... gue bisa pergi kuliah sendiri kok..."
"Ayo dong... sekali aja..." pintanya memohon. Dia memang sering banget nawarin antar jemput aku untuk pergi kuliah bareng. Kebanyakan tawarannya selalu aku tolak, tapi kadang sesekali aku nerima tawarannya karena merasa gak enak dipaksa terus.
"Hmm, ya udah deh..."
"Asik... makasih Intan..."
"Oke... gue tunggu..." balasku singkat lalu berbalik badan meninggalkannya. Aku langsung menuju parkiran tempat mobilku berada. Lalu meluncur pergi dari sana.
Sekitar setengah jam kemudian aku sudah hampir sampai di rumah. Namun saat mau masuk ke lingkungan komplek, terjadi hal yang tidak diinginkan. Aku gak sengaja nyerempet orang! Aku ternyata menyerempet seorang kakek-kakek. Barang bawaannya berserakan. Dia sendiri terduduk kesakitan di jalan. Langsung aku turun dari mobil dan menghampiri kakek tersebut.
Seorang pria tua bertubuh pendek tampak terduduk di depan mobilku. Badannya kurus, kulitnya hitam dekil, bajunya compang-camping, tampangnya super jelek dengan kepala hanya menyisakan beberapa helai rambut beruban. Pokoknya gak sedap banget dipandang. Udah jelek, pendek lagi orangnya. Aku langsung tahu kalau kakek ini adalah seorang pemulung karena dia membawa karung berisi tumpukan plastik kemasan air mineral.
"Duh kek... Maafin aku ya kek...maaf... Kakek gak apa kan? Kakek terluka?" ujarku panik.
"Shhhh... hati-hati dong neng bawa mobil" ujarnya sambil meringis kesakitan. Tangan dan lututnya ternyata lecet digaruk aspal. Gak banyak sih, tapi pasti perih juga.
"Kita ke klinik aja yuk kek..." ajakku kemudian.
"Udah gak papa... lain kali hati-hati aja neng bawa mobil" ujarnya bangkit berdiri. Aku bantu dia berdiri.
"Kakek beneran gak apa-apa?"
"Iya... gak apa" jawabnya sambil memegangi luka lecetnya. Dia kemudian ingin pergi, tapi aku tahan, soalnya aku masih merasa gak enak sama kakek ini.
"Hmm... tunggu kek, lukanya diobatin dulu... rumah aku dekat kok... istirahat dulu di sana, sekalian nanti ada banyak yang bisa kakek ambil," ajakku kemudian. Selain gak enak karena udah nyerempet dia, aku juga jadi ingin sedikit membantunya. Kebetulan di rumahku emang banyak barang gak kepakai yang bisa dia bawa. Terlebih lukanya itu emang perlu diobati.
"Hehehe, ternyata neng ini baik orangnya..." ujarnya tidak menolak. Dia tampak senang mendengar ajakanku. Apalagi mendengar kalau banyak barang yang bisa dia ambil di dalam. Ya udah, diapun ikut naik mobil ke rumahku setelah memungut barang bawaannya yang sempat tercecer. Begitu masuk mobil, bau busuk langsung tercium. Pemulung tua ini bau sampah banget! Aku juga dapat mencium bau amis ikan dan bau bangkai darinya. Gak heran sih, kerjaannya emang di tempat sampah soalnya. Aku bisa maklum. Tahan bau aja deh.
"Wah... rumah neng bagus yah..." ujarnya begitu kami sampai.
"Makasih... yuk kek masuk"
"Gak apa nih neng kalau saya masuk?" tanyanya.
"Gak apa kok... masuk aja..... Itu karungnya dibawa masuk aja..." ujarku saat melihat dia meninggalkan karungnya di depan pintu. Pemulung itupun kembali membawa karungnya.
Aku kemudian masuk ke dalam diikuti oleh pemulung itu. Dia tampak celingak celinguk melihat isi rumahku. Sebenarnya rumahku gak mewah mewah banget sih, tapi dia sepertinya gak pernah masuk rumah bagus, haha.
"Silahkan duduk kek... kakek mau minum apa? Sirup mau?"
"Boleh neng..." jawab pemulung tua itu kemudian duduk di sofa. Karung bawaannya dia letakkan di samping sofa. Duh, sofaku bakalan bau sampah deh ini.
Aku kemudian ke dapur, tak lama kemudian aku kembali membawa minuman sirup dingin untuk kami berdua.
"Silahkan kek... minum dulu... kakek pasti haus kan?"
"Hehehe, iya..." pemulung itu mulai minum. Sambil minum dia terus melirik ke arahku. Agak risih ngelihatnya memperhatikanku. Padahal pakaianku biasa aja dengan kemeja dan celana jeans. Rambutku diikat ke belakang.
"Ntar abis ini kita ke belakang ya kek, kakek ambil aja sebanyak yang kakek mau, ada banyak kardus dan botol bekas di sana" ujarku.
"Iya neng, ngomong-ngomong neng ini namanya siapa?" tanyanya kemudian.
"Intan"
"Neng tinggal sendiri ya di sini?"
"Nggak sih kek, Intan tinggal sama keluarga, tapi sampai besok Intan sendiri di rumah..."
"Hehehe, saya mau tuh nemenin neng Intan sampai besok..."
"Hihihi, ada-ada aja kakek ini, ntar dicariin lho..." balasku tertawa. Meskipun risih dengan bau badan dan tatapannya yang terus menatapku, tapi aku tetap melayani obrolannya dengan ramah. Soalnya aku emang gak pilih-pilh kalau bergaul sama siapapun.
"Oh ya, obat untuk lukanya!" Aku kemudian beranjak dari sana, lalu kembali lagi dengan membawa obat merah dan plester luka.
"Intan bantu ya..." ujarku kemudian membantu membersihkan dan mengobati luka pemulung tua itu. Niatku emang sekedar pengen membantunya, tapi pemulung itu kayaknya kege-eran. Dia jadi senyum-senyum sendiri. Biarin deh, yang penting hatiku lega, hutangku karena udah menyerempetnya udah lunas.
"Hehehe, neng Intan emang baik banget, cantik lagi... pasti beruntung banget pacarnya..." ujarnya setelah aku selesai.
"Hihihi, makasih"
"Seandainya kakek punya istri kayak neng Intan, pasti kakek bahagia banget" ujarnya kemudian. Duh, pemulung ini mulai ngomong yang macem-macem. Kenapa banyak banget sih yang pengen jadiin aku istri? Hihihi.
Aku hanya balas tertawa menanggapi perkataannya itu. Gak mungkin banget lah aku jadi istrinya. Aku kan lebih pantas jadi cucunya, haha. Tapi... kok aku jadi horni ya memikirkan diriku yang lagi berduaan dengan seorang pemulung. Ugh, pasti karena aku sering berfantasi yang tidak-tidak waktu masturb. Saat masturbasi aku sering membayangkan begituan dengan orang dari kalangan bawah. Semoga gak jadi kenyataan deh. Jijik soalnya ngebayangin beneran terjadi. Cukup jadi fantasi aja
"Udah kek minumnya? Kalau udah selesai kakek ke belakang aja ya... ntar kakek pilih aja apa yang mau kakek ambil... Intan tinggal dulu ya... mau mandi..." ujarku kemudian.
"Hehehe, iya neng..."
"Intan tinggal ya kek..." ucapku kemudian meninggalkannya. Tampak pemulung tua itu menuju halaman belakang rumahku, sedangkan aku langsung pergi mandi.
Akupun mandi. Saat mandi, akupun jadi kepikiran. Apa yang akan ku lakukan setelah ini? Rasanya ada yang kurang jika aku membiarkan pemulung itu pulang begitu saja. Aku... jadi kepengen berduaan lebih lama dengan pemulung itu. Ah, kacau nih akunya! Please deh Intan! Fantasy lo itu jangan dipancing-pancing untuk jadi kenyataan!! Dia itu pemulung, dan lo ini gadis kuliahan anak orang kaya. Terlebih lo baru aja kenal dia. Tapi... aku... uh... keinginan untuk membuat fantasiku itu jadi kenyataan entah kenapa kuat banget. Rasanya aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk sedikit mewujudkan fantasi nakalku. Tentu saja aku gak ingin sampai beneran begituan dengan pemulung itu, aku hanya ingin nyaris mendekati fantasi aja.
Hufh, baiklah. Mungkin gak ada salahnya senang-senang dikit. Kapan lagi coba. Dengan cowok ganteng dan kaya udah biasa banget. Ah, keisengan gadis muda yang horni
Aku mandi sambil mencuci pakaian dalamku. Setelah selesai aku menuju halaman belakang untuk menjemur cucianku. Aku hanya memakai handuk putih kecil untuk menutupi tubuhku. Aku menemukan pemulung tua bertubuh pendek itu lagi sibuk memilih-milih barang.
"Udah dapat kek?" sapaku sambil menjemur dalaman. Dia tampak terkejut melihat kedatanganku. Kondisiku sekarang tentunya sangat menggairahkan di matanya. Rambutku kini tergerai. Aurat-auratku terbuka. Pahaku terekpos, nyaris memperlihatkan pangkal selangkanganku. Buah dadaku juga seakan ingin meloncat keluar, putingku hampir kelihatan. Malu banget tampil begini di depan laki-laki yang baru ku kenal. Apalagi pandangan pemulung itu makin nanar melihatku. Bikin aku deg-degkan. Ugh, horni.
"Eh, neng Intan... udah selesai neng mandinya?"
"Udah kek... kakek udah selesai?"
"Belum nih... sebenarnya banyak yang pengen saya ambil, tapi gak sanggup bawa sebanyak itu, hehe"
"Ya gak usah dipaksain kek, ntar pinggangnya sakit.... terus kakek gak bisa pulang, hihihi"
"Malah senang kalau gak bisa pulang, bisa sama neng Intan terus, hehehe"
"Hihihi, ntar sakit pinggang beneran baru tahu rasa"
"Amin... hehehe"
"Ish, diaminin, Intan aminin juga deh... amiiinnnn, hihihi" kamipun tertawa bersama. "Kalau ngobrol sama kakek kayak gini Intan jadi kangen sama kakek Intan..." ujarku kemudian.
"Owh... kalau gitu anggap aja saya kakeknya neng, kita jadi kakek dan cucu, gimana neng? Hehehe"
"Hmm boleh..." jawabku gak keberatan bermain kakek-cucuan sama pemulung ini.
"Tapi pengennya sih jadi suami istri, hehe" sahut pemulung itu kemudian.
"Ihh... kakek ini... udah jadi kakek cucu aja...."
"Hehehe, ya deh neng, sampai kapan neng?"
"Ya sampai kakek pulang..."
"Wah, saya gak mau pulang deh kalau gitu..."
"Ih dasar kakek ini, bilang gak mau pulang terus, ya udah terserah kakek deh, hihihi" kami lagi-lagi tertawa bersama. Aku benar-benar santai ngobrol dan bercanda dengan pemulung tua ini meski hanya pakai handuk mini
"Hehehe, karena udah jadi kakeknya neng Intan, saya boleh gak meluk neng Intan? Hehehe" ujarnya kemudian. Aku tersenyum geli mendengarnya. Dia ternyata emang punya pikiran mesum padaku. Aku mengangguk saja membolehkan sambil tersenyum manis. Dia langsung kesenangan dan segera memelukku.
"Awwhhh" aku menjerit kecil karena dia langsung memelukku dengan erat. Tangannya melingkar di pinggangku. Karena tubuhnya yang pendek, kepalanya hanya sebatas dadaku. Pemulung itu cuek saja membenamkan kepalanya di sana. Untung masih ada handuk yang membatasi kepalanya dan buah dadaku.
Aku balas saja memeluknya. Tubuh kami menempel. Aku yang baru saja mandi dan masih handukan lagi berpelukan dengan seorang pemulung tua yang bau dan dekil minta ampun. Bau tubuhnya makin tercium menyengat dengan jarak sedekat ini.
Setelah cukup lama membenamkan kepalanya di buah dadaku, dia kemudian menatapku. Aku balas tatapannya dengan tersenyum manis. Dianya makin kesenangan bergayutan manja memelukku.
Setelah beberapa lama diapun melepaskan pelukannya.
"Udah puas kek meluknya?"
"Belum sih..."
"Kalau belum kok dilepas?"
"Takut neng Intan gak suka kakek peluk lama-lama, hehehe"
"Ihhh... gak apa kakek... kan kitanya udah jadi kakek dan cucu... jadi Intan gak masalah dipeluk sama kakek"
"Hehehe, oke deh neng... pelukan lagi yuk..." ajaknya lagi.
"Bentar kek... Intan ganti baju dulu ya..." ujarku. Tapi pemulung itu dengan cepat melarangku.
"Jangan neng... gak usah..."
"Kok gak usah? Masa handukan terus sih...?" balasku.
"Iya, nanti aja... kan kakek pengen meluk dulu"
"Hmm... Iya deh iya..." jawabku senyum-senyum.
Pemulung itupun kembali memelukku. Tubuh kami kembali menempel sambil berdiri. Tangannya kembali melingkari tubuhku dengan erat. Kepalanya kembali dibenamkan di buah dadaku. Dan aku kembali harus menahan bau tidak sedap darinya.
Kali ini dia benar-benar lama memelukku. Mungkin sudah 10 menit kami hanya diam berdiri sambil saling memeluk. Wajah pemulung itu bergantian antara membenamkan mukanya di buah dadaku dan menatapku. Saat dia menatapku, aku terus memberinya senyum termanis yang aku punya.
"Capek kek berdiri terus, pindah ke dalam yuk... " ajakku kemudian. Karena emang dari tadi kami pelukannya di teras belakang rumah.
"Tapi masih boleh peluk kan?" tanyanya.
"Iya boleh..."
"Kalau cium boleh?" pintanya. Ugh, beneran akan makin jauh nih kenekatanku kalau aku bolehin. Tapi kalau cium kayaknya gak apa.
"Iya kek boleh..." Aku langsung membungkuk memberikan pipiku untuk dia cium. Dengan posisi membungkuk begitu membuat buah dadaku makin terpampang jelas olehnya.
"Yuhuuuu..." kakek pemulung itu bersorak gembira. Dia langsung mengecup pipiku.
"Yuk kek masuk dulu, lanjut peluk dan ciumnya di dalam aja" ajakku. Dia menuruti. Pemulung itu sudah lupa dengan tujuannya mencari barang bekas di rumahku, hihihi.
Kamipun masuk ke dalam rumah. Pemulung itu masih menempel di dekatku. Tangannya dari tadi terus memegang tanganku. Kadang seperti curi-curi kesempatan meraba pahaku. Dasar kakek kakek mesum, hihihi.
"Jadi Intan gak boleh ganti baju nih?" tanyaku.
"Nanti aja neng... hehe" jawabnya cengengesan. Aku balas tersenyum saja.
Aku ambil hape dan duduk di depan tv. "Sini kek... duduk sini" ajakku. Karena handukku yang super pendek, jadi kalau duduk selangkanganku pasti kelihatan, maka aku gunakan bantal sofa untuk kuletakkan di depan pahaku. Bagian depan selangkanganku emang tertutup sih jadinya, tapi paha dan pantatku masih bebas terbuka. Biarin aja deh, hihihi.
Pemulung itu kemudian malah menggunakan bantal itu untuk tiduran. Dia tiduran di atas pahaku yang dikasih bantal. Sambil tiduran dia menolehkan kepalanya menghadap ke buah dadaku. Tangannya juga mengelus-elus lenganku. Dasar, mana ada kakek yang seperti ini ke cucunya, hihihi.
"Ih, kakek ini manja banget..." ujarku.
"Neng Intan kalau pengen manja-manjaan sama kakek juga boleh, kakek gak ngelarang kok, hehehe" balasnya.
"Hihihi, bisa aja kakek ini..." ujarku tertawa. Bakal kesenangan dianya kalau aku manja-manjaan sama dia ^o^
Pemulung tua kurus dekil itu lanjut manja-manjaan tiduran di atas pahaku. Sedangkan aku pura-pura cuek saja nonton tv sambil mainin hape. Kadang kami ngobrol. Aku berkali-kali tertawa mendengar godaan dan celotehan pemulung ini. Dia tak henti-hentinya memuji kecantikanku.
"Neng Intan cantik banget... betah lama-lama dekat neng Intan, hehehe" ujarnya sambil mengusap-usap sisi pahaku yang terbuka, bahkan tangannya terus naik hingga ke bagian pantat. Aku sok cuek saja meskipun sebenarnya darahku berdesir karena horni.
Saat aku beranjak dari sofapun pemulung itu terus menempel padaku. Kontras banget kalau dilihat dari cermin. Yang satu cantik jelita, satunya dekil jelek minta ampun. Yang satu wangi karena abis mandi, satu lagi bau sampah. Aku sampai terbiasa mencium bau tidak sedapnya karena dia tidak melepaskan aku dari tadi. Pokoknya dia terus menempel denganku sampai tubuhku yang tadinya lembab dan basah karena abis mandi kini sudah mengering. Namun aku masih tetap memakai handuk kecil. Mati-matian aku menjaga handukku agar tidak lepas. Berkali-kali aku membetulkan posisi handukku agar vagina dan puting buah dadaku gak kelihatan. Permainan yang seru, hihihi.
Seharusnya aku takut dan risih, tapi entah kenapa aku malah suka ditempeli orang kayak dia
Tidak hanya memeluk, tapi dia juga terus menciumku. Berkali-kali aku memberikan pipiku untuk dicium olehnya. Berkali-kali aku membungkukkan badan agar dia bisa menciumku. Kalau sedang tiduran di pahaku, maka pahaku yang diciuminya.
Tanpa terasa hari sudah gelap. Matahari sudah terbenam tak terlihat lagi sinarnya. Aku dan pemulung tua itu masih menempel. Saat ini aku lagi di dapur mencuci piring, dan dia lagi di belakang memelukku. Tapi dia memeluk sambil membuat gerakan mesum. Ya... gerakan orang bersetubuh! Ini udah hampir mencapai batasnya!
"Kek.... Ngapain sih? Kok goyang-goyang?" ujarku memprotes kelakuan kurang ajarnya. Aku antara kesal dan takut dia makin ngelunjak, tapi entah kenapa aku juga horni dilecehkan begitu olehnya.
"Eh, gak kok neng..." dia menghentikan goyangannya, tapi setelah beberapa saat dia kembali menggoyangkan pinggulnya perlahan.
"Tuh kan kakek goyang-goyang.... Ntar handuk Intan copot kek...." Kataku lagi malah dengan nada manja. Ugh, aku terlalu lunak padanya. Perasaanku campur aduk. Aku galau antara nerusin kenekatanku atau menyudahinya.
"Hehehe, kakek kan cuma pengen manja-manjaan sama cucu kakek," jawabnya.
"Ih, kakek ini adaaaaa aja jawabannya.. Iya deh, puas-puasin deh manja-manjaan sama cucu kakek ini," balasku pada pemulung itu.
Akhirnya aku mengalah. Aku membiarkan diriku untuk terus bermain-main dengan nafsu. Aku tidak protes lagi saat dia kembali menggesek-gesekkan badannya ke badanku. Dia yang tahu aku tidak lagi memprotes kini makin mempercepat gerakan mesumnya itu. Aku kini bahkan dibuat tertawa dan menjerit manja saat hentakan goyangan tubuhnya terlalu kencang.
"Ahhhhh.. kek... aaahhhh.. hihihihi"
"Ahhh.. kek..... udah!" Tapi dia masih tidak mau berhenti, terus menggesek tubuhku dari belakang.
Hingga kemudian, lilitan handuk yang aku kenakan mulai terlepas, lalu jleb! "Awhhh...!" Aku langsung menjerit kaget. Handukku jatuh ke lantai. Bagian belakang tubuhku seketika terpampang semua di hadapan pemulung itu.
Aku putar badanku lalu ku ambil handuk itu dan langsung ku kenakan lagi.
"Tuh kan jatuh handuk Intan... gara-gara kakek nih" ujarku manja. Karena aku tadi memutar badan, bagian depan tubuhku pastinya juga terlihat olehnya walau sesaat.
"Hehehe, maaf deh neng..." ucapnya.
"Kek, Intan ganti baju ya... udah kering gini badan Intan kok masih handukan...." Ujarku.
"Ya udah neng, tapi kalau bisa pakai baju yang seksi ya... hehe"
"Ih, cucu sendiri disuruh pake baju seksi, dasar kakek mesum, hihihi... Ya udah, kakek yang pilih bajunya deh...."
"Wah, boleh banget tuh... milihin baju cucunya, hehehe"
Sambil senyum-senyum, kutarik tangan pemulung itu mengajaknya ke kamarku. Aku langsung membawanya ke depan lemari pakaianku.
"Silahkan kakekku sayang... pilihin baju untuk cucumu ini..." ujarku dengan senyuman manis.
Diapun mulai memilih pakaian untuk ku kenakan, setelah beberapa saat, pilihannya jatuh pada celana dalam dan tanktop. Simpel banget pilihannya, tapi tentu saja pilihannya itu sudah cukup untuk membuat aku terlihat begitu menggairahkan, hihihi.
"Kakek ngadap sana dulu... jangan ngintip.. awas kalau ngintip" suruhku.
"Gak mau ah... kakek pengen lihat, kan sama cucu sendiri, hehe" balasnya.
"Ih, dasar kakek ini... ya udah kalau pengen lihat" ujarku akhirnya membiarkan. Lagian tadi dia udah sempat lihat walau sesaat, jadi gak apa deh.
Sambil senyum-senyum aku mulai membuka lilitan handukku. Aku lakukan perlahan dengan maksud menggodanya. Sengaja membuatnya makin gemas padaku. Jleb! Handuk itu jatuh lagi ke lantai. Aku telanjang bulat lagi di hadapan pemulung tua ini. Jika tadi tidak sengaja, sekarang justru aku sengaja membugilkan diri di depannya. Jika tadi hanya sekejap, kini dia bisa melihat tubuh polosku dengan leluasa.
"Tuh, Intan udah telanjang depan kakek, suka?" tanyaku senyum-senyum. Aku bergaya imut dengan kedua tangan berada di belakang. Sumpah deg-degkan banget! Nekat akunya! Baru kali ini aku telanjang di depan cowok. Aku bahkan belum pernah bugil di depan pacar-pacarku yang dulu. Sekarang aku malah bugil di depan pemulung tua jelek dekil yang baru saja ku kenal. Hufh, semua ini gara-gara fantasi nakalku
"Awwwhhh... kek!!!" Gila! Pemulung itu langsung memelukku hingga aku terjerembab ke tempat tidur. Sepertinya poseku itu terlalu imut dan gemesin untuknya.
"Kek... geli.... Awwhhh.... Kakeeeeek... Intan pake baju duluuuu kek" dia menindih tubuh telanjangku dari atas sambil menghujani wajahku dengan ciuman. Aku sampai kewalahan menerima ciumannya.
"Ngghhh.... Pengen ngentot.... Ngentot...." Racau pemulung itu gak tahan. Ugh, kena batunya aku. Pemulung itu ingin menyetubuhiku! Aku tentu saja takut, tapi... kenapa lagi-lagi aku justru merasa horni. Memikirkan diriku yang lagi telanjang bulat ditindih seorang pemulung lagi-lagi bikin aku sange.
"Kakek mesum ah.... Masak cucu sendiri mau dientotin? Gak boleh" balasku tetap berusaha santai, bahkan menggodanya.
"Ahh, neng Intan... cup cup... ayo dong... kita ngentot dong... cup cup..." ujarnya lagi terus menghujani wajahku dengan ciuman. Bibirku juga dicium-ciumnya.
"Kakek pornooooo.... Mesum!" aku mencoba meronta.
"Ngentot... pengen ngentot sama neng Intan...." Dia terus meracau. Meski badannya kecil tapi tenaganya lumayan kuat. Aku gak bisa lepas dari tindihannya. Gawat.
Aku kena akibatnya karena eksib sembarangan. Mana eksibnya di depan pemulung mesum lagi, dan sekarang dia ingin menyetubuhiku!
Duh... apa yang harus aku lakukan!???
******
"Tunggu kek, lepasin dulu bentar.... Kakeeekk... awhh!!" Ujarku. Dia awalnya masih sulit dibilangin karena lagi birahi tinggi, tapi kemudian mau juga lepasin aku. Aku duduk di tepi tempat tidur, pemulung tua itu berada di sebelahku.
"Kakek beneran pengen entotin Intan?" tanyaku kemudian.
"Iya, kakek pengen entotin cucu kakek yang cantik dan nafsuin"
"Pengen banget ya kek?"
"Iya neng, pengen banget... ayo dong cucuku... kita ngentot... ah... neng Intan gemesin banget"
Duh... gimana nih.... Horni sih, tapi masa iya sama pemulung?? Ingat Intan! Jangan samain fantasi dengan dunia nyata!
"Ih, dasar kakek ini porno... nafsu banget ya sama Intan?" Tapi kenapa aku malah terus ngegodain pemulung ini. Aku justru semakin penasaran apa yang akan terjadi berikutnya antara aku dan si kakek pemulung.
"Iya... cucu kakek nafsuin banget, apalagi kalau bugil gini... gak kuat pengen entotin, kakek pengen manja-manjaan sama cucunya sambil ngentot-ngentotan, kontol kakek udah tegang banget nih... hehe"
"Hihihi, kakek ini bisa aja... jorok ah ngomongnya..."
Semakin aku dan pemulung itu berbalas kata-kata nakal, aku semakin dibuat horni. Aku horni, tapi aku gak ingin disetubuhi. Aku takut kalau sampai disetubuhi beneran olehnya, tapi aku penasaran. Sumpah gak jelas banget akunya. Galau.
"Tapi... kakek emang gak ada yang nyariin kalau lama-lama di sini?"
"Nggak ada kok neng"
"Ohh... Tapi... kayaknya ortu Intan bentar lagi mau pulang deh kek, kapan-kapan aja ya kita lanjutin..." ujarku kemudian. Separuh diriku mencoba mencari-cari alasan agar kebersamaan kami ini gak terus berlanjut, tapi separuhnya lagi pengen terus ngelanjutin.
"Kan katanya ortu neng Intan besok baru pulang" balasnya.
"Hehe, iya yah..."
"Ayo dong neng"
Aku diam sesaat. Aku memikirkan apakah perbuatanku ini beneran gak apa kalau dilanjut. Seharusnya tentu aja gak pantas dilanjut, tapi aku bingung kenapa aku masih aja meladeninya.
"Hmm... Gini aja deh, kakek boleh mesumin Intan, kakek boleh nginap di sini dan boleh mesumin Intan sampai besok, tapi gak boleh sampai entotin Intan ya..." balasku kemudian.
"Yaahh... tanggung banget neng kalau gak boleh entotin neng Intan..." protesnya.
"Iya... syaratnya gitu kek... boleh mesumin tapi gak boleh entotin Intan... Mana ada sih kakek yang ngentotin cucunya sendiri, hihihi"
"Kakek cuma pengen manja-manjaan kok, tapi sambil ngentot, hehe"
"Ish, bisa aja kakek ini jawabnya, dasar kakek mesum! Pokoknya gak boleh, kalau masih ngotot kakeknya aku usir!" ancamku.
"Hehehe... jangan dong neng... Ya udah deh neng... gak boleh ngentot juga gak apa, tapi sebagai gantinya kakek bakal mesumin neng Intan habis-habisan!"
"Hihihi, iya kakekku sayang... silahkan... kakek boleh mesumin Intan sepuas hati kakek... Intan milik kakek yang boleh kakek apain aja" ujarku senyum-senyum. Ya... akhirnya aku terus membiarkan diriku bermain-main dengan nafsu. Ah, betul-betul gila. Semoga saja aku masih bisa mengontrol diriku agar gak sampai beneran disetubuhi.
Pemulung itu semakin terbakar nafsunya. Dia langsung mendorong tubuhku ke kasur, menindihku, dan menciumiku habis-habisan hingga bikin aku kewalahan!
"Awhh!! Kek... ahh... hihihihi... geli kek...." Aku menjerit-jerit manja akibat ciuman dan remasan tangannya. Akupun tidak melarang-larangnya lagi saat tangannya menyentuh bagian sensitif tubuhku. Wajahku dicium-cium, tubuhku digrepe-grepe. Buah dadaku diremasnya, vaginaku juga diusap-usap pake jari-jarinya yang kotor bekas sampah itu.
"Kakek sedot ya neng susunya... nyusu..su..su" ujarnya dengan ekspresi konyol dan hap! Sebelum aku menjawab dia udah langsung mencaplok puting buah dadaku. Dia langsung mengulum buah dadaku dengan rakus. Geli banget rasanya ketika gigi hitamnya yang ompong dan jarang-jarang itu mengenai puting payudaraku. Dia menyedot seperti orang kehausan. Meskipun udah berumur, tapi kelakuannya sok-sokan seperti anak kecil. Manja-manja mesum gitu ke aku. Mentang-mentang dia dan aku udah jadi kakek dan cucu, hihihi.
"Awwhhh... kakek ih... main sedot aja..." lirihku manja sok keberatan. Padahal aku senang banget dia suka sama buah dadaku. Bahkan aku juga horni banget. Nakal gini ya aku, seharusnya tubuhku ini untuk suamiku kelak, tapi sekarang aku malah dengan gratisnya ngasih ke pemulung tua, jelek, dekil dan bau yang baru aku kenal.
Sensasinya itu lho... membayangkan aku cewek cantik dari keluarga terpandang yang selalu rutin merawat tubuh, sedang manja-manjaan dengan pemulung tua dekil dan super bau yang tak jelas asal-usulnya justru membuatku semakin sange. Bikin memek aku tambah becek. Yang mana dulu hanya sekedar fantasi nakalku saat masturbasi, sekarang beneran sedang ku alami.
Kakek pemulung itu kemudian bergantian antara mengulum buah dadaku dan mencium bibirku. Dia terus berada di atas menindihku. Karena tubuhnya yang kecil dan kurus, aku jadi tidak merasa terlalu berat. Selagi dia mencabuliku, akupun memeluk dan membelai-belai kepalanya dengan manja.
Aku kemudian meraih hapeku, lalu iseng mengambil fotoku berdua dengan si kakek pemulung yang lagi sibuk mesumin aku. Jepret! Sebuah foto terabadikan, yang mana aku lagi menatap sange ke kamera dengan si pemulung yang lagi asik nyusu di buah dadaku.
"Kek..." panggilku lirih.
"Ya neng?"
"Buka aja bajunya... masa Intan sendiri yang telanjang sih?"
"Hehehe, lupa neng, saking gemasnya sama neng Intan sampai lupa belum buka baju... hehehe"
"Iya kek... kakek juga harus buka baju dong... biar lebih mesra kita manja-manjaannya..." ujarku senyum-senyum.
"Sip neng! Tapi neng Intan yang bukain ya, kakek pengen dibukain bajunya sama cucu kakek, hehe"
"Dasar, Iya deh... sini kakekku sayang... Intan bukain bajunya..." ujarku sambil tersenyum manis. Pemulung itu cengengesan senang bukan main.
Dia kemudian turun dari tubuhku dan berdiri di sebelah ranjang.
"Intan buka ya kek...." Aku lalu mulai melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya. Karena dia lebih pendek dariku jadi aku harus sedikit merunduk. Ugh, pakaian dan orangnya sama-sama dekil. Sama-sama gak pernah dicuci. Apek banget! Tak lama kemudian akhirnya aku dan pemulung tua itu sama-sama sudah telanjang bulat. Sepasang manusia yang berbeda jenis kelamin, beda usia, dan beda status sosial, lagi telanjang bulat berdua dalam satu kamar! Erotis banget kan? Hihihi.
"Nah... kalau udah telanjang gini kan makin afdol kita jadi kakek dan cucu, hihihi" godaku.
"Hehehe, iya neng, makin enak mesum-mesumnya..."
"Ish, dasar kakek ini pikirannya mesumin cucu sendiri terus, tapi gak apa deh, Intan boleh kok dimesumin sama kakek sampai besok, Intan ikhlas banget dimesumin kakek"
"Iya neng, tapi gimana kontol kakek neng? Gede gak? Hehehe" tanyanya cengengesan sambil mengocok-ngocok penisnya di depanku.
Meskipun badan pemulung ini pendek dan kurus, tapi ternyata penisnya lumayan gede. Penisnya sudah ngaceng banget mengarah kepadaku, gak sabar pengen merasakan nikmat tubuhku, tapi tetap aja penisnya itu dekil, hitam lagi, hihihi. Gak kebayang deh kalau penis itu sampai masuk ke vaginaku, pasti aku bakal jerit-jerit kenikmatan. Ugh, malah tambah horni kan aku mikirinnya.
"Neng Intan pengen dientotin gak pake ini?" tanyanya sambil menampar-nampar penisnya ke paha putih mulusku.
"Nggak..." balasku sambil memeletkan lidah. Aku kemudian menangkap penisnya. "Nakal ih kontol kakek... nampar-nampar sembarangan... udah keluar dari sarangnya malah makin bandel, hihihi" sambungku.
"Mungkin pengen masuk sarang baru neng, di memeknya neng Intan yang imut itu, hehe"
"Ish... Kontol kakek nakal banget! Penis kakek harus dihukum biar gak nakal lagi" ujarku sambil mulai mengocok penis hitamnya.
"Silahkan neng... hehehe"
"Ih, malah seneng, dasar kakek mesum" ujarku sambil duduk bersimpuh di depan penisnya. Aroma selangkangannya gak sedap banget.
Akupun mengocok penis dekil itu dengan tanganku. Aku keluarkan kocokan terbaik yang bisa kulakukan untuk 'menghukum' penis nakal si kakek pemulung ini. Kadang aku mengocok dengan pelan dan lembut, kadang juga dengan tempo yang cepat. Buah zakarnya yang kusam itu juga aku urut-urut manja. Sambil ngocokin, aku juga selalu menatap mata kakek ini sambil tersenyum. Total banget deh pokoknya aku untuk manjain dia. Kok aku bisa bertingkah nakal gini ya sama pemulung. Parah.
Pemulung itu berkali-kali meracau kenikmatan dan memuji nikmatnya kocokanku pada penisnya.
"Ugh, mantab neng.... Tangan neng Intan mulus banget... nikmat banget... arrghhhh"
"Ahh.. ahh... ahhh..." biar dia makin horni, akupun ikut-ikutan mendesah.
Pemulung tua itu seperti gak ingin berhenti. Dia tampak kecanduan merasakan kocokan tanganku. Akupun juga gak keberatan untuk terus ngocokin kontolnya selama yang dia mau. Semakin dia bernafsu padaku aku juga makin senang dan horni sendiri.
"Neng Intan cewek terbaik yang pernah kakek temui... sampai mau ngasih kayak gini ke kakek, hehe...." Ujarnya.
"Gak ada salahnya kan kek berbagi" balasku. Ya, sih, kalau dipikir-pikir aku terlalu baik kayaknya sama dia, apalagi sampai mau berbagi keindahan tubuhku yang seharusnya milik pacar atau suamiku kelak. Cewek-cewek lain pasti jijik kalau dekat-dekat dengan pemulung kayak dia. Ini semua gara-gara horni dan fantasi nakalku.
Cukup lama juga aku mengocok penis pemulung ini. Semakin lama ku kucocok, penis pemulung itu terasa semakin hangat. Dari ujung penisnya juga sudah keluar cairan bening. Pertanda kalau dia lagi mupeng banget padaku.
Aku colek cairan itu pake jari dan kukulum jariku di depan matanya sambil senyum-senyum. Dia terpana melihatnya. Aku sendiri juga heran mau-maunya berbuat itu.
"Apa?? Ngaceng ya kek?"
"Hehehe, iya neng... pengen ngerasain kontol kakek di mulut neng Intan jadinya" ujarnya. Aku hanya membalasnya dengan memeletkan lidah. Aku masih pengen bikin dia makin gregetan padaku, haha.
Aku yang tadinya bersimpuh kini sudah berlutut. Dengan posisi itu kini wajahku dan wajah kakek itu menjadi sejajar karena tubuhnya yang emang pendek. Aku kemudian mengajaknya berciuman. Makin panas dingin deh pemulung tua itu karena dikocokin dan diajak berciuman sama gadis cantik, hihihi.
Sambil keenakan dikocokin dan berciuman denganku, pemulung itu juga asik membelai-belai punggung, paha, pantat, hingga meremas buah dadaku. Vaginaku juga dibelai-belai oleh tangan kotornya. Benar-benar beruntung dia ini. Melihat tubuh telanjangku aja udah beruntung banget, apalagi sampai grepe-grepe gini. Gak banyak cowok di luar sana yang seberuntung dia. Terlebih dari kalangan yang status sosialnya rendah seperti dia. Mana ada pemulung yang seberuntung kakek ini.
"Mulus banget badan neng Intan... putih, lembut... sempurna banget untuk dientotin...." Racau pemulung itu. Aku hanya tersenyum kecil sambil terus ciuman dan ngocokin dia.
"Dasar kakek ini mesum banget" ujarku sambil menggesek-gesekkan hidungku dengan hidungnya. Dia hanya cengengesan. Kamipun berciuman lagi dengan panas. Saling membelit lidah dan berbagi liur satu sama lain. Yang mana posisiku berlutut, sedangkan pemulung tua itu berdiri di depanku hadap-hadapan.
Meskipun telanjang di ruangan ber-AC, tapi kami malah keringatan. Tubuh kami menempel erat berbagi kehangatan. Tubuh bagian depanku saling bersentuhan dan bergesekan dengan tubuh kotor pemulung ini. Aku dapat merasakan penis tegangnya menempel di bawah perutku. Hangat dan terasa begitu mengganjal.
Cup...
"Ugh... neng Intan"
Cup cup...
"Iya kekekku sayang..."
Cup.. cup... muaah....
"Pengen nempel terus sama neng Intan, hehe" Pemulung tua itu terus meracau selagi kami berciuman.
"Iya... boleh... bebas kok," jawabku yang juga lagi dilanda horni. Aku gak keberatan sama sekali kalau dia pengen terus menempel denganku. "Kakek boleh nempel terus sama Intan... boleh cium, grepe dan remas-remas badan Intan sesuka hati kakek sampai besok, terserah kakek deh pokoknya, asal jangan dientotin ... oke kakekku sayang?" sambungku lagi. Pemulung tua itu menjawab dengan mencium bibirku habis-habisan. Segitu nafsuinnya ya aku di mata dia? Hihihi.
Aku masih terus berciuman dan mengocok penisnya. Dia juga terus menggrepe-grepe tubuhku selagi berciuman denganku. Tapi tangannya yang usil begitu merepotkanku. Berkali-kali tangannya mencolek vaginaku sehingga membuatku jadi kewalahan. Akupun kemudian tidak sanggup lagi pengen orgasme. Sensasi berciuman seperti ini, serta ulah tangannya pada vaginaku membuatku mencapai klimaks!
Cerita Cuma Sekedar Fantasi (Bag.1) Selesai !
Anda telah membaca cerita hub badan berjudul Cuma Sekedar Fantasi (Bag.1) dari Cerpen 21, Kumpulan Cerpen 21 dan Cerita Hub Badan Paling Romantis di Wattpad. Semoga cerita bertema ABG, Fiksi, Setengah Baya, kali ini cukup menarik dan menambah semangat anda. Sampai jumpa di cerita berikutnya!
Anda mungkin membaca cerita ini karena mencari kata kunci berikut di Google:
ABG,
Fiksi,
Setengah Baya, cerita lucu 21, cerita cinta romantis 17, cerita pengalaman hidup seseorang, wattpad 21 hot, wattpad hot, portal dewasa, cerita cinta penuh dosa, wattpad asisten rumah tangga, wattpad 21, cerita cinta 25, kaskus 21, novel 21 pdf, hub badan, wattpad malam pertama 18, cerita pendek wattpad, bacaan stensil, wrong night terbawa suasana, wattpad cairan hangat, kisah asmara nyata tulisan, komik cinta terlarang, cerita cinta romantis 17 bahasa indonesia, kisah cinta di kantor, wattpad hubungan badan, artikel hubungan suami istri, cerita cinta kisah nyata, wattpad asisten rumah tangga
Cerpen21 - Cuma Sekedar Fantasi (Bag.1) :https://cerpen-21.blogspot.com/2020/03/cuma-sekeder-fantasi-1.html